Hidayatullah.com– Ritual perayaan Asyuro Nasional 1435 Hijriyah di Balai Samudera, Jakarta Utara tampaknya tidak berjalan tenang. Acara bertema “Karbala, Inspirasi Kepahlawanan Menuju Indonesia Damai” ini berusaha digagalkan Majelis Mujahidin. Sejumlah pengikut Syiah sempat terpancing emosinya atas aksi damai massa di depan gedung acara.
Dalam pantauan hidayatullah.com, setidaknya 300-an massa di bawah koordinasi Majelis Mujahidin (MM) berkumpul menyuarakan aspirasi. Upaya mereka dihadang 350 personel kepolisian dibantu para prajurit TNI Angkatan Laut yang bersiaga di lokasi, Jalan Boulevard Barat, Kelapa Gading, DKI Jakarta, Kamis, 10 Muharram 1435 H (14/11/2013) siang hingga sore.
Sejumlah mobil berplat militer tampak parkir di sekitar gedung, termasuk mobil Water Canon yang siaga sekitar 50 meter dari kerumunan massa.
Pada pukul 14.30 WIB dalam catatan media ini, MM mengirim utusannya untuk mendekati gedung acara. Utusan ini dihalangi aparat, dibantu sejumlah pria yang diduga pendukung Syiah.
“Sama-sama Muslim aja kok (ribut),” dalih seorang penghalang berkemeja putih.
Wakil Amir MM Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdurrahman dalam orasinya menuntut pihak kepolisian membubarkan ritual tersebut. Salah satu alasannya, kata Jibril, karena ritual Asyura tidak dikenal dalam agama Islam.
“Tragedi sejarah pembunuhan Husein Bin Ali RA. dalam doktrin Syiah adalah dusta,” bunyi salah satu tuntutan MM dalam poster yang mereka usung.
Sementara itu di dalam Balai Samudera, ribuan pemeluk Syiah berpakaian serba hitam mengikuti acara demi acara. Mulai anak-anak hingga orangtua, wanita dan pria turut serta dalam kegiatan yang digelar Ahlul Bait Indonesia (ABI) dan LKAB (Lembaga Komunikasi Ahlul Bait) itu. Beberapa pembicara naik secara bergantian di atas mimbar di panggung utama.
Salah seorang pembicara menyebut-nyebut acara tersebut dihadiri Forum Betawi Rempuk (FBR). Bahkan FBR disebut-sebut memiliki kesamaan dengan Syiah, yaitu sama-sama sukashalawatan dan tahlilan.
Untuk masuk ke Balai Samudera, sejumlah awak hidayatullah.com harus melewati beberapa pintu pemeriksaan, termasuk sebuah pintu detektor.
MA, inisial seorang pengunjung yang mendapat kesempatan masuk ke gedung acara mengungkapkan, ada panitia yang dia duga seorang intel.
“Saat masuk dia yang persilahkan. Pas kita keluar, loh, kok dia sudah pakai baju putih (sebelumnya baju hitam seragam panitia. Red). Bukan penganut Syiah kayaknya tuh, tapi intelijen,” ujarnya menduga-duga.
Sebelumnya, sejumlah tokoh dan Ormas Islam mendesak pemerintah melarang perayaanAsyuro kaum Syiah yang dinilai rawan memancing konflik. Di sisi lain, MUI juga baru saja mengeluarlkan buku panduan tentang Kesesatan Syiah.*
Ket. Gambar: Ritual Asyura Nasional 1435 H di Balai Samudera, Jakarta