Ketua DSKS: Waspadai Orang Yang Menjalin Ukhuwah dengan Syiah

Muin

Shoutussalam.com – Pada Senin malam (11/11/2013), redaksi shoutussalammewawancarai Pimpinan Ma’had Tahfidh Ibnu Abbas Klaten, Dr. Muhammad Muinuddinillah Basri, berkaitan dengan beberapa hal yang menyangkut Syiah. Ustadz Muin, begitu pria ini biasa disapa, memberikan wejangan yang penting terkait dengan orang yang masih menjalin ukhuwah dengan Syiah Rafidhah.

“Yang tersebar di Indonesia Imamiyah, Zaidiyah nggak ada. Zaidiyah itu cuma ada di Yaman sana.” pungkasnya saat menerangkan jenis Syiah yang ada di Indonesia. Ia pun menegaskan bahwa Syiah Indonesia jelas-jelas berkiblat ke Iran. “Mestinya kita tanya secara akademis bahwa, teori harus direfleksikan ke realita, yang di Indonesia mana? Yang di Indonesia yang Iran, yang Iran itu Itsna Asyariah, Itsna Asyariah itu Rafidhah, sehingga sama. Gitu masalahnya. Gak bisa dibagi-bagi, realita yang tersebar di Indonesia adalah Rafidhah.” tegas Ustadz Muin. Beliau juga menegaskan tentang Imam Asy-Syaukani, yang meski pernah menjadi Zaidiyah, pengarang Nailul Author ini adalah Ahlus Sunnah.

Ustadz yang ditunjuk sebagai ketua Dewan Syariah Kota Surakarta ini menerangkan dengan tegas bahwa tidak ada kata ukhuwah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang memiliki kepercayaan bahwa 12 Imam mereka ma’shum. “Sekarang gini permasalahannya, mungkinkah kita berukhuwah dengan Syiah? Mustahil!” terang alumni Universitas King Saudi ini. Ia menyebutkan bahwa mustahil ukhuwah dirajut dengan orang yang tidak beriman. “Jadi yang namanya ukhuwah itu harus berdasar iman, lha mereka nggak beriman!” terangnya.

Sehingga ia menyatakan bahwa membahas kesesatan Syiah bukanlah tindakan memecah belah. Namun kesemuanya adalah mendudukkan bahwa tidak mungkin merajut tali persaudaraan dengan Syiah Imamiah. Dan terakhir, beliau menegaskan bahwa umat Islam harus berhati-hati dengan orang yang membuka keran ukhuwah dengan Syiah. “Bagi kita berhati-hati dengan orang semacam itu. Ya karena apa? Karena ini bisa juga langkah-langkah ini mengaburkan haq dan bathil.” begitu bunyi pesan Ustadz Muin.