Dengan angkuhnya anak-anak Syiah melempar fitnah “kelompok Takfiri.” Hal ini banyak kita dengar dari mulut mereka. Telunjuk mereka mengarah pada kita dengan vonis itu. Namun faktalah yang akan membuktikannya. Siapakah kelompok yang suka mengkafirkan golongan lain? Mari kita lihat betapa lihainya mereka membuat kata-kata yang indah untuk tujuan busuk itu, (hanya sebagai contoh kecil), “Tujuan kami sangat mulia. Ketika segelintir orang dan kelompok menjadikan takfir-isme sebagai kegiatan dan aktifitas, kami memilih untuk mendekatkan seluruh kaum muslimin di bawah panji Islam. Kami ingin berpartisipasi di dalam menjaga persatuan Islam sekecil apapun kontribusi yang bisa kami berikan.” Sangat cerdas dalam melakukan Lempar Batu Sembunyi Tangan, namun alhamdulillah, sebelum tangan itu bersembunyi kami sudah melihatnya. Alangkah mudahnya menuduh bahwa “segelintir” orang itu menjadikan takfir-isme sebagai kegiatan dan aktifitas. Tidak ingatkah warga Syiah ketika Bapak Jalal dalam selebaran asyuranya tahun 1431 H di Makasar menyebutkan, “Di salam Shahih Bukhari dan juga dalam Shahih Muslim, Nabi bercerita tentang hari kiamat. ‘Nanti pada hari kiamat -kata Rasulullah- aku akan menunggu di telaga al-Kautsar, kemudian datanglah kepadaku serombongan orang yang mengenalku dan aku mengenal mereka. Begitu dekat tiba-tiba mereka ditarik lagi dan aku berteriak, ‘Ini Sahabatku. Ini sahabatku’, lalu dikatakan kepadaku: Kamu tidak tahu bahwa mereka sudah mengubah-ubah agama sepeninggalmu.’ Lalu Rasulullah Saw bersabda: ‘Semoga dijauhkan dari kasih sayang Allah buat orang-orang yang mengubah-ubah agama sepeninggalku’.” Tulis Jalaluddin Rakhmat. “Masih dalam Shahih Bukhari diriwayatkan oleh beberapa sahabat lain, di antaranya ialah Abu Hurairah. Abu Hurairah berkata: Ketika sahabat-sahabat itu digiring dijauhkan, Rasulullah bertanya, ‘Mau dibawa kemana ini sahabatku?’ ke neraka, jawabnya. Lalu dikatakan kepada Rasulullah Saw: Tidak henti-hentinya mereka itu murtad meninggalkan agama kamu setelah engkau meninggalkan mereka. Innahum lam yazaaluu murtaddiin ‘ala a’qabihim mundzu faraqtahum. Rasulullah sangat sedih, bahwa sahabatnya akan murtad sepeninggal dia.” Jalaluddin Rakhmat melanjutkan. Jalaluddin Rakhmat dalam makalah Asyura-nya tersebut sengaja mengutip hadis dan membiarkan maknanya secara zahir ditangkap oleh orang awam, yaitu murtadnya para sahabat. Dan begitulah memang yang diinginkannya. Dan bahkan menyimpulkannya dengan berkata, ‘Rasulullah sangat sedih, bahwa sahabatnya akan murtad sepeninggal dia.’ Lihat selengkapnya disini: http://www.lppimakassar.com/2013/01/jalaluddin-rakhmat-para-sahabat-itu.html
Jika sahabat dikatakan murtad seperti itu, bagaimana lagi dengan seluruh kaum Muslimin yang jauh lebih rendah dibandingankan dengan generasi terbaik didikan Rasulullah tersebut? Tentunya jauh lebih berat kemurtadannya di mata sang Imam, Bpk. Jalaluddin Rakhmat.
Apakah warga Syiah tidak sempat membaca buku pedoman dakwah mereka sendiri, “40 Masalah Syiah” yang ditulis oleh istri tercinta dari Imam Jalaluddin Rakhmat, disana sangat jelas tertulis, yang tidak mengenal Imam (tentu maksudnya Imam Syiah dengan konsep wilayatul faqih, sedangkan kita saat ini tidak punya imam/khalifah) akan mati kafir. “Barang siapa yang mati dan tidak ada imam baginya, atau tidak mengenal Imam zamannya, ia mati jahiliyah. mati jahiliyah berarti mati tidak dalam keadaan Islam.” (40 Masalah Syiah, hal. 98) Dengan mantapnya Buku Pedoman Dakwah IJABI tersebut menulis, “mati tidak dalam keadaan islam” Setelah dua lembaran ini masih pantaskah mereka bermain lempar batu sembunyi tangan? Masih pantaskah mereka menuduh orang lain sebagai takfiri dan lupa berdiri di hadapan cermin untuk melihat dirinya sendiri? Sengaja kami sebutkan kaum Muslimin Indonesia dan Malaysia, agar kaum Muslimin di dataran melayu ini sadar bahwa Anda semua dikafirkan oleh segelintir manusia yang ada dalam IJABI. Padahal yang mereka kafirkan adalah seluruh kaum Muslimin yang berpedoman pada salaf (sahabat nabi) dan yang saat ini tidak mempunyai Imam atau Khalifah, ialah Kaum Muslimin Ahlus Sunnah wal Jammah di seluruh dunia. (Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)