Perwakilan Syi’ah Menjenguk Ustadz Farid Okbah, Benarkah Bagian dari Misi Akhlaq?

Abu Haidar Abi

Oleh: Anung Al Hamat, Lc.,M.Pd.I

Direktur Forum Studi Sekte-Sekte Islam

Musibah tertabraknya Ustadz Farid Okbah, cukup menyedot perhatian umat Islam baik yang datang dari Indonesia maupun dari luar negeri. Yang simpatik kepada beliau maupun yang antipati. Ada satu fenomena yang cukup menarik untuk dicermati, yaitu adanya kunjungan dari kalangan yang sebenarnya antipati dengan sepak terjang Ustadz Farid Okbah. Dalam hal ini adalah kalangan Syi’ah. Hal ini dikarenakan beliau merupakan salah satu tokoh yang paling gencar dalam menyingkap kesesatan Syi’ah.

Sekitar bada Dzuhur (Ahad, 20/10/2013), penulis ditelepon oleh Abu Mu’adz yang baru saja menjenguk Ustadz Farid Okbah yang sedang dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di Kalimalang. Ada kegelisahan dalam pembicaraan Abu Mu’adz dengan penulis dalam dua hal. Yang pertama, berkaitan dengan adanya kunjungan kalangan Syi’ah yang mengatasnamakan delegasi dari IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia). Yang kedua, masalah adanya stiker di salah satu bis jurusan Lebak Bulus-Bandung yang beliau naiki. Di mana posisi stiker berada di sebelah depan kaca dan bisa dibaca para penumpang. Dan, dengan jelas isi stiker juga mengandung misi Syi’ah.

Dalam tulisan ini, penulis hanya akan memberikan tanggapan dalam point yang pertama. Adapun yang kedua ditunda sejenak. Dikarenakan gambar stiker yang dikirim kepada penulis kurang jelas. Barang kali dikarenakan Abu Mu’adz mengirimkannya kepada Handphone penulis yang masih jadul.

IJABI mengklaim kunjungannya menjenguk Ustadz Farid Okbah dalam rangka misi mendahulukan Akhlaq. Hal ini sebagaimana diungkapkan Abu Haidar Abi dalam status Facebooknya. Untuk lebih jelasnya berikut status Facebook yang penulis dapatkan;

Misi mendahulukan Akhlaq ; mengapa tdk? memang intisari ajaran Islam adalah akhlaq !! baik secara akhlaq nadzari maupun akhlaq ‘amali, baru saja sy mengunjungi ust Farid Okbah di rumah sakitnya. Dan memimpin doa untuk kesembuhannya dg membaca fateha. Dan menyampaikan salam dari keluarga besar IJABI.

Dalam status Facebook tersebut, paling tidak ada dua point yang perlu penulis kemukakan;

Pertama; Komentar ini diperlukan oleh banyak kalangan terlebih Abu Mu’adz dan Abu Jundi yang juga menyampaikan kepada penulis akan kegelisahan Ustadz Hatono Ahmad Jaiz atas kunjungan tersebut.

Kedua; Berkaitan dengan misi akhlaq. Memang benar Rasulullah shallallahu ’alaihi wassalam salah satunya dalam rangka mengemban misi akhlaq. Bahkan seorang anak Yahudi yang sedang berbaring sakit pun dijenguk oleh Rasul shallallahu ’alaihi wassalam. Dan, wajar jika para ulama Islam pun menyatakan bahwa salah satu dari empat pilar utama dalam Islam adalah akhlaq. Bahkan baiknya akhlaq seseorang juga merupakan indikasi baiknya keimanannya. Sehingga banyak kalangan yang menyatakan ‘al Akhlaq min tsamratil iman‘, akhlaq merupakan buah dari keimanan.

Yang jadi permasalahan kemudian, apakah benar yang dilakukan pihak IJABI adalah murni dalam rangka mengemban misi akhlaq? Atau merupakan bagian dari misi dakwah Syi’ah dalam hal ini adalah bagian dari taqiyah? Atau dalam ungkapan lain, ini merupakan bagian dari strategi untuk menarik simpatik Ustadz Farid Okbah secara khusus –paling tidak adanya harapan agar beliau lebih halus dalam menyikapi Syi’ah- dan umumnya kaum muslimin.

Penulis –secara pribadi- agak meragukan adanya kemurnian dalam kunjungan tersebut selama dalam ajaran Syi’ah masih melekat ajaran taqiyah. Belum lagi dengan munculnya beragam peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Seperti sikap arogan kalangan Syi’ah yang terjadi di Iran, Irak, Libanon, Suriah dan lain-lain. Kaum muslimin di sana hidup dalam keadaan tertekan, terusir, dipenjara, tidak adanya ruang kebebasan bahkan mereka dibunuh. Ada kekhawatiran dari penulis jangan-jangan ini merupakan bagian dari strategi kaum Syi’ah ketika kondisi mereka lemah dan minoritas.

Belum lagi bagaimana akhlaq kalangan Syi’ah terhadap para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wassalam. Yang ada, justru akhlaq mereka sangat buruk. Tidak sungkan-sungkan mencela dan mengkafirkan para sahabat yang mulia. Kita lihat salah satu contoh bagaimana sikap mereka kepada Ibunda ‘Âisyah istri Rasul shallallahu ’alaihi wassalam. Di antara bentuk penghinaan kepada ‘Âisyah yang cukup membuat penulis ragu akan kemurnian mengemban misi akhlaq tersebut adalah adanya ungkapan-ungkapan mereka yang menyatakan bahwa beliau merupakan pelacur Arab, syetan perempuan, Induk keburukan (Ummu Syurûr), pezina, sosok yang brutal, Khawârij, penghuni neraka, keledai betina kecil dan ungkapan-ungkapan lainnya.

Musai Razi bahkan menyatakan antara ‘Âisyah dan Rasûlullâh saw sangat bertolak belakang sehinga dia mengajak pendengarnya untuk memilih mana yang harus dipilih apakah Rasul saw ataukah ‘Âisyah? Jika memilih Rasul shallallahu ’alaihi wassalam maka hendaknya meletakan ‘Âisyah di bawah telapak kaki akan tetapi sebaliknya jika memilih ‘Âisyah maka sama halnya meletakan Rasul saw berada di bawah telapak kaki. Kemudian dia juga menyatakan bahwa benar ‘Âisyah adalah sosok wanita kafir (kafirah), kriminal (mujrimah) dan sosok yang benci kepada ‘Ali.

Hasan Syahatah setelah menuduh ‘Âisyah berzina kemudian dia mengeluarkan pernyataan, “Semoga Allah melaknatmu, wahai ‘Âisyah”. Dan laknatan ini diulangnya berkali-kali.

Begitu juga dengan salah seorang tokoh muda Syi’ah, Yâsir al Habîb, yang menuduh ‘Âisyah radhiyallâhu ‘anhâ sebagai musuh Allah dan Rasul-Nya, banyak melakukan kejahatan; membunuh Rasûlullâh saw dengan racun dan banyak memalsukan hadits,

Kemudian setelah melakukan berbagai tuduhan kotor tersebut, Yâsir al Habîb menegaskan dan menetapkan bahwa ‘Âisyah sekarang berada dalam api neraka, bahkan tidak hanya sekedar dalam neraka, bahkan dia bersumpah atas nama Allah, bahwa ‘Âisyah sekarang berada dalam dasar neraka Jahannam, dalam keadaan tergantung kedua kakinya, memakan bangkai, dan tubuhnya sendiri. Semua itu menurutrnya berdasarkan kandungan al-Qur’an dan sunnah. Mudah-mudahan laknat Allah dan seluruh manusia atasnya.

Belum lagi dengan pernyataan Yâsir al Habîb ketika mensyahadatkan sosok yang bernama Idris al Maghribi. Di mana salah satu bagian dari isi syahadat tersebut adalah menyatakan; Aku bersaksi bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah di neraka. Hal ini akan semakin tampak jelas dalam konsep mereka yang kemudian dijadikan rukun Islam Syi’ah yaitu al walayah dan al bara’ah. Mencintai Allah, Rasul, ‘Ali, Fatimah dan anak keturunannya. Serta membenci Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan Hafshah.

Muhammad bin Baqir al Majlisi dalam kitabnya ‘Baihar al Anwar‘ (11/517) menyebutkan riwayat; Kami meyakini adanya Al Bara’ah (doktrin kebencian) dan hukumnya adalah wajib. Yaitu benci kepada empat (4) berhala laki-laki dan empat berhala perempuan serta seluruh kelompoknya dan para pengikutnya. Mereka semua adalah makhluq Allah ‘Azza Wajalla yang paling buruk di muka bumi. Tidak benar keimanan seseorang kepada Allah, Rasul dan para imam hingga ia membenci (Al Bara’ah) musuh-musuhnya.

Yang dimaksud empat berhala laki-laki adalah; Abu Bakar, Umar, Utsman dan Mu’awiyah. Adapun yang dimaksud empat berhala wanita adalah ‘Aisyah, Hafshah, Hindun (Ibu Mu’awiyah) dan Ummu Hakam (istri Mu’awiyah).

Sebenarnya masih banyak bukti-bukti lain yang menunjukan betapa rusaknya akhlaq kalangan Syi’ah terhadap para sahabat Nabi saw. Bahkan mereka mewajibkan (dengan riwayat tersebut) membenci kaum muslimin yang mencintai para sahabat. Kalau saja akhlaq mereka terhadap sosok-sosok yang mulia demikian rusaknya. Lantas akhlaq apa lagi yang akan mereka usung? Jadi perbaiki dulu akhlaq terhadap para sahabat baru kemudian akhlaq terhadap kaum muslimin generasi berikutnya. Karena misi akhlaq merupakan intisari dari agama Islam. (islampos)