KIBLAT.NET, Bekasi – Ketegangan mewarnai kajian syiah di masjid Baiturrahman, perumahan Sakura Regency, Jatiasih, Bekasi, Ahad pagi kemaren (29/9). Seorang jama’ah yang hadir berusaha memprovokasi jama’ah lainnya untuk menolak semua yang disampaikan pemateri.
Awalnya, kajian yang menghadirkan pemateri Ust. Farid Ahmad Okbah, pakar Syiah dari Majelis Ulama Muda Indonesia (MIUMI), dan Abdus Shamad, relawan Hilal Ahmar Indonesia (HASI) untuk Suriah, tersebut berjalan seperti biasa. Pembicara pertama, Farid Ahmad Okbah, menyampaikan materinya dengan disambut antusias puluhan jama’ah dari Ikhwan dan Akhwat yang memenuhi masjid.
Setelah satu jam berlalu, tibalah sesi tanya jawab. Seorang Jama’ah yang belakangan diketahui warga komplek berdiri dan mengkritik isi makalah pemateri pertama yang dibagi-bagikan ke Jam’ah. “Setelah saya membaca makalah tiga lembar ini (sambil menunjukkan makalah tulisan ust. Farid), saya melihat tidak ada kebaikan sedikitpun yang disebutkan untuk Madzhab Syiah, makalah ini hanya memprovokasi masyarakat” katanya dengan nada keras dan menolak apa yang disampaikan Ust. Farid.
“Siapa yang memprovokasi?” tanya Ust. Farid menyela perkataan Jama’ah yang mengaku menjabat ketua RT tersebut. Kemudian, dengan menunjukkan sebuah makalah yang berjudul ‘Risalah Amman’, yang juga ia bagi-bagikan ke Jama’ah untuk menandingi apa yang disampaikan Ust. Farid, ia mengatakan, “Semua madzhab yang berjumlah delapan, termasuk di dalamnya Syiah, di dalam makalah ini disebutkan masih dalam katergori muslim” jawabnya dengan nada meninggi. “Jadi, Ustad memprovokasi masyarakat untuk berpecah belah” tambahnya lagi. Seketika, suasana tegang pun menyelimuti masjid yang berada tak jauh dari sungai tersebut.
Ust. Farid yang tadinya duduk pun mulai berdiri. Beliau mengatakan, “Saya tahu, itu adalah risalah yang ditandatangani oleh perwakilan Negara-negara Dunia di Yordan, dan yang memprakarsai penandatangan itu adalah orang-orang Syiah” jelasnya dengan nada tegas.
“Itu (Risalah Aman) cuma politik yang dibuat orang-orang Syiah dan hasilnya selalu merugikan ummat Islam, sebagaimana terjadi di Irak, Iran dan lain sebagainya” tambah dai yang juga direktur yayasan Islamic Center Al Islam Pondok Gede, Bekasi, tersebut, seraya menyebutkan ulama-ulama Syiah yang memprakarasai kesepakan Risalah Aman itu.
Mendengar penjelasan itu, ia menyampaikan berbagai argument dan alasan untuk mematahkan argumen Ust. Farid. Melihat suasana memanas, Ust Farid pun menyela, “Sebentar, sebentar, anda syiah apa suni?” tanyanya. “Saya Syiah Jakfariyah” jawab Jama’ah tersebut dengan tegas dan di saksikan jama’ah yang hadir. Kemudian, Ustad yang sering dikenal dengan Farid Okbah itu melanjutkan pertanyaannya, “Rukun iman anda berapa?”. “Ada tiga” jawabnya kebingungan.
Mendengar jawaban pengakuan tersebut, Jama’ah yang sebagaian besar warga komplek pun gaduh dan kericuhan pun hampir terjadi. Panitia segera menenangkan situasi dan meminta penanya untuk duduk.
Beberapa hari sebelum hari H kajian, berbagai upaya provokasi dilakukan sejumlah oknum untuk memboikot kajian membongkar kesesatan Syiah yang baru pertama kali diadakan di masjid itu. Berbagai tekanan dari ketua RW, RT dan pihak petugas keamanan komplek pun dialami panitia selama persiapan acara yang rencananya digelar besar-besaran tersebut.
Provokasi dari pesan singkat (SMS) juga dilancarkan untuk mendesak acara tersebut batal. Di antara isi SMS provokasi yang sampai ke redaksi kiblat.net sebagai berikut:
“Mohon dukungan sms dan kirim ke Pak RW utk melarang masuknya tokoh radikal Farid Okbah ke BAI-Sakura Regency dalam kajian sektarian kilas balik ajaran syiah, anti Kristen pada Pengajian duha Minggu, 29 Sept 2013. Kajian tersebut melanggar hak-hak konstitusional warga, meresahkan dan bertentangan dengan Pancasila, UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika. Baca Undangan dan makalahnya yang diedarkan DKM Baiturrahman”
Dengan ijin Allah, akhirnya acara tersebut berjalan dengan lancar meskipun diliputi ketegangan. Bahkan, pihak pantia menyewa jasa keamanan kepolisian untuk mengawal Ust. Farid, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, pembicara kedua banyak menyampaikan pengalamannya selama menjadi relawan di Suriah. Ia menceritakan bagaimana kekejaman rezim Syiah Nushairiyah terhadap warganya yang mayoritas Ahlu Sunnah tersebut.
Sejatinya, kajian tersebut merupakan kajian Dhuha yang sering digelar DKM masjid Baiturrahman setiap hari Ahad. Namun, kajian kali ini tampak berbeda dengan mengambil tema ‘Bahaya Kesesatan Syiah’. Pihak panitia sebenarnya menginginkan acara tersebut menjadi acara tabligh akbar. Namun, berbagai tekanan yang dialami, pantia akhirnya menjadikan acara tersebut sebagai acara kajian Dhuha biasa.
Reporter : Sulhi
Editor : Hunef