Surah Al-Fatihah Bag. 7

Cover Tafsir

Mahapemurah lagi Mahapenyayang. (QS. 1:3)

Î الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Ï, mengenai pembahasannya telah dikemukakan dalam pembahasan basmalah, sehingga tidak perlu lagi diulangi.

Al-Qurthubi mengatakan, Allah menyifati diri-Nya dengan ar-Rahman ar-Rahim setelah Rabbul ‘alamin, untuk menyelingi anjuran (targhib) sesudah peringatan (tarhib). Sebagaimana yang difirmankan-Nya:

Î نَبِّـىءْ عِبَادِي أَنِّـي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِـي هُوَ الْعَـذَابُ اْلأَلِيمُ Ï “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah yang Mahapengampun lagi Maha-penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” (QS. Al-Hijr: 49-50)

Juga firman-Nya: Î إِنَّ رَبَّكَ سَرِيـعُ الْعِقَابِ وَ إِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيـمٌ Ï “Sesungguhnya Rabb-mu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Maha-penyayang.” (QS. Al-An’am: 165)

Kata al-Qurthubi selanjutnya: “Ar-Rabb merupakan peringatan, sedang-kan ar-Rahman ar-Rahim merupakan anjuran. Dalam shahih Muslim, di-sebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, katanya, Rasulullah e bersabda:

( لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا عِنْدَ اللهِ مِنَ الْعُقُوْبَةِ مَا طَمِعَ فِي جَنَّتِهِ أَحَدٌ وَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللهِ مِنَ الرَّحْمَةِ مَا قَنَطَ مِنْ رَحْمَتِهِ أَحَدٌ )

“Seandainya seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada pada sisi Allah,

niscaya tidak seorang pun yang sangat bersemangat dalam (meraih) surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang ada sisi Allah, niscaya tidak akan ada seorang pun yang berputus asa untuk mendapatkan rahmat-Nya.”

Yang menguasai hari pembalasan. (QS. 1:4)

Sebagian qurra’ membaca “مَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ”, (dengan meniadakan alif setelah huruf mim). Sementara sebagian qurra’ lainnya membacanya dengan mengguna-kan alif setelah mim menjadi “مَالِكِ”. Kedua bacaan itu benar, (dan) mutawatir dalam Qira’at sab’ah.

“مَالِكٌ” berasal dari kata “الْمِلْكٌ” (kepemilikan), sebagaimana firman-Nya, Î إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ اْلأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ Ï “Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya. Dan hanya kepada Kami-lah mereka dikembali-kan.” (QS. Maryam: 40)

Sedangkan “مَـالِكٌ” berasal dari kata “الْـمُلْكُ, sebagaimana firman-Nya: Î لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ Ï “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Ke-punyaan Allah yang Mahakuasa lagi Mahamengalahkan.” (QS. Al-Mu’min: 16)

Pengkhususan kerajaan pada hari pembalasan tersebut tidak menafikan-nya dari yang lain (kerajaan dunia), karena telah disampaikan sebelumnya bahwa Dia adalah Rabb semesta alam. Dan yang demikian itu jelas bersifat umum di dunia maupun di akhirat. Ditambahkannya kata “يَـوْمِ الدِّيْـنِ” (hari pembalasan), karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-aku sesuatu dan tidak juga dapat berbicara kecuali dengan seizin-Nya. Se-bagaimana firman Allah U:

Î يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلاَئِكَةُ صَفًّا لاَّيَتَكَلَّمُونَ إِلاَّمَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا Ï “Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Rabb yang Mahapemurah, dan ia meng-ucapkan kata yang benar.” (QS. An-Naba’: 38)

Hari pembalasan berarti hari perhitungan bagi semua makhluk, disebut juga sebagai hari kiamat. Mereka diberi balasan sesuai dengan amalnya. Jika amalnya baik maka balasannya pun baik. Jika amalnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali bagi orang yang dimaafkan.

Pada hakikatnya, “الْـمَلِكُ” adalah nama Allah U, sebagaimana firman-Nya: Î هُوَ اللهُ الَّذِي لآَإِلَهَ إِلاَّهُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلاَمُ Ï “Dialah Allah yang tiada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia, Raja, yang Mahasuci, lagi Mahasejahtera.” (QS. Al-Hasyr: 23)

Dalam kitab shahih al-Bukhari dan Muslim, diriwayatkan hadits marfu’ dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah e bersabda:

( أَخْنَعُ اسْمِعٍ عِنْدَ اللهِ رَجُلٌ تَسَمَّى بَمَلِكِ اْلأَمْلاَكِ )

“Julukan yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang menjuluki dirinya Malikul Amlak (Raja-diraja).(Karena) tidak ada Malik (raja) yang sebenarnya kecuali Allah.”

Dan dalam kitab yang sama juga dari Abu Hurairah, Rasulullah e bersabda:

( يَقْبِضُ اللهُ اْلأَرْضَ وَيَطْوِى السَمَاءَ بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ: يَقُوْلُ أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ مُلُـوْكُ اْلأَرْضِ، أَيْنَ الْجَبَّارُوْنَ، وَأَيْـنَ المُتَكَبِّرُوْنَ؟ )

“Allah (pada hari kiamat) akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya, lalu berfirman, Aku adalah raja, dimanakah raja-raja bumi, dimana-kah mereka yang merasa perkasa, dan di mana orang-orang yang sombong?”

Sedangkan di dalam al-Qur’an disebutkan: Î لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ Ï “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah yang Mahaesa lagi Mahamengalahkan.” (QS. Al-Mukmin: 16)

Adapun penyebutan Malik (raja) selain kepada-Nya di dunia hanyalah secara majaz (kiasan) belaka, tidak pada hakikatnya sebagaimana Allah I per-nah mengemukakan: Î إِنَّ اللهَ قَدْ بَعَثَ لَكُـمْ طَالُوتَ مَلِكًا Ï “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi kalian.” (QS. Al-Baqarah: 247)

Kata ad-Diin berarti pembalasan atau perhitungan. Allah U berfirman: Î يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ Ï “Pada hari itu Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya.” (QS. An-Nuur: 25)

Dia juga berfirman: Î أَءِنَّا لَمَدِينُونَ Ï “Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan.” (QS. Ash-Shaffat: 53)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah e bersabda:

( الْكَيِّسُ مَنْ دَان نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ )

“Orang cerdik adalah yang mau mengoreksi dirinya dan berbuat untuk (ke-hidupan) setelah kematian.”

Artinya, ia akan senantiasa menghitung-hitung dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin al-Khaththab t:

( حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزَنُوا أَنْفُسِكُمْ قَبْلَ أنْ تُوزَنُوا وَتَأَهَّبُوا لِلْعَرْضِ اْلأَكْبَرِ،

عَلَى مَا لاَ تَخْفَى عَلَيْهِ أَعْمَالُكُمْ )

“Hisablah (buatlah perhitungan untuk) diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab, dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Dan bersiaplah untuk menghadapi hari yang besar untuk diperlihatkannya (amal seseorang), yang mana semua amal kalian tidak tersembunyi dari-Nya.”

Allah berfirman: Î يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لاَتَخْفَى مِنكُمْ خَافِيَةٌ Ï “Pada hari itu kalian di-hadapkan (kepada Rabb kalian), tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang ter-sembunyi (bagi-Nya).” (QS. Al-Haaqqah: 18)

Sumber: Diadaptasi dari Tafsir Ibnu Katsir, penyusun Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ishak Ali As-Syeikh, penterjemah Ust. Farid Ahmad Okbah, MA, dkk. (Pustaka Imam As-Syafi’i)