Larangan Melecehkan Ulama, Menyia-Nyiakan Mereka, dan tidak Peduli dengan Mereka

Diriwayatkan dari 'Ubadah bin Shamit r.a. berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tidak termasuk ummatku siapa yang tidak menghormati orang yang lebih tua darinya, tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya dan tidak mengenal hak-hak alim ulama'," (Hasan, HR Ahmad [V/323]). Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Busr r.a. berkata, "Sungguh aku telah mendengar sebuah hadits sejak dahulu, yakni,'Jika engkau berada dalam satu kelompok berjumlah dua puluh orang, kurang ataupun lebih dari jumlah tersebut, lalu engkau periksa wajah-wajah mereka dan tidak engkau lihat ada seorang pun di antara mereka yang ditakuti karena Allah, maka ketahuilah bahwa agama ini telah rusak," (Hasan, HR Ahmad [IV/188]).

Kandungan Bab:

  1. Wajib hukumnya mengenal hak alim ulama, menghormati, dan meninggikan kedudukan mereka. Sebab itu merupakan hak ilmu, yaitu mengenal kedudukannya yang telah ditinggikan oleh Allah SWT.

    Allah SWT berfirman, "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat," (Al-Mujaadilah: 11).

    Al-'Allamah Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata dalam kitab Miftaah Daaris Sa'aadah (I/85) sebagai berikut, "Allah SWT telah mengabarkannya tentang kenaikan derajat dalam kitab-Nya pada empat tempat:

    1. Firman Allah SWT di atas tadi.
    2. Firman Allah SWT, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia," (Al-Anfaal: 2-4).
    3. Firman Allah SWT, "Dan barangsiapa datang kepada Rabb-nya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shalih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)," (Thaahaa: 75).
    4. Firman Allah SWT, "Dan Allah menjanjikan pahala yang baik (Surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat," (An-Nisaa': 95-96).

    Itulah empat tempat tentang kenaikan derajat. 'Tiga di antaranya kenaikan derajat bagi ahli iman, yaitu kenaikan derajat dengan ilmu yang berguna dan amal shalih. Dan yang keempat adalah kenaikan derajat dengan jihad. Kesimpulannya, seluruh kenaikan derajat itu sebabnya terpulang kepada ilmu dan jihad. Sebab keduanya merupakan pilar dinul Islam.

  2. Al-Hafizh Ibnu 'Asakir rhm dalam kitab Tabyiinu Kadzbil Mufari (halaman 29-30) berkata, "Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa daging para ulama itu beracun."

    Pembongkaran aib orang-orang yang melecehkan ulama adalah ketetapan Allah yang sudah pasti. Karena memfitnah mereka dengan sesuatu fitnahan yang mereka terbebas darinya merupakan perkara besar. Menjatuhkan kehormatan mereka dengan kedustaan dan fitnah merupakan perbuatan yang sangat tercela. Mengada-adakan dusta atas nama orang yang Allah SWT pilih untuk mengemban ilmu (ulama) merupakan akhlak yang sangat jelek. Meneladani ucapan orang-orang yang telah Allah SWT puji, yakni ucapan istighfar untuk orang-orang yang telah mendahului, merupakan sifat yang mulia. Allah SWT telah memuji mereka dalam kitab-Nya, Dia-lah Yang Mahamengetahui mana akhlak yang mulia dan mana akhlak yang tercela, "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a: 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Mahapenyantun lagi Mahapenyayang," (Al-Hasyr: 10).

    Melanggar apa yang dilarang Nabi saw. yakni menggunjing ulama dan mencaci orang yang sudah mati merupakan masalah besar. Allah SWT berfirman, "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih," (An-Nuur: 63).

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/194-197.