Dr. Ihsan Ilahi Dhahir yang telah jauh menulis sebelum buku ini terbit tentang bersatunya Zionis dan Syiah dalam menghantam Islam
Telah banyak pakar konspirasi terjebak dalam melihat konstelasi politik di dunia Islam. Mereka terjebak karena mendahulukan analisa ketimbang nash Qur’an, Sunnah, dan petunjuk para ulama. Hasilnya, sudah dapat terlihat. Dengan gegabah mereka menuding bahwa perjuangan umat Islam menurunkan dikatorisme Syiah sebagai permainan cantik Zionis Israel.
Sejatinya, buku Zionis dan Syiah bersatu hantam Islam bukanlah sebuah fakta baru yang mengungkap kerjasama kedua musuh umat Islam (Zionis dan Syiah). Buku ini ditulis hanya untuk melanjutkan temuan para ulama dan mujahidin terkait upaya mereka untuk memadamkan cahaya Islam. Maka penulis berterimakasih kepada Syeikh Abu Mushab As Suri, Dr. Imad Ali Abdus Sami’, Syeikh Abdullah bin Muhmmad as-Salafi, Syeikh Aiman Azh-Zhawahiri, Dr. Ihsan Ilahi Dhahir yang telah jauh menulis sebelum buku ini terbit tentang bersatunya Zionis dan Syiah dalam menghantam Islam.
Maka, jika pembaca mengharapkan buku ini mengupas kajian Zionis dan Syiah dalam sudut pandang konspirasi semata, sungguh dahaga pembaca tidak akan pernah puas merasakan itu. Karena dalam Bab pertama buku ini, penulis sudah menaruh tinjauan para ulama tentang ajaran Syiah.
Dengan tuntunan para ulama lah, maka kita kita akan jernih melihat siapa sesungguhnya Syiah. Mereka tidak lain adalah aliran yang menyempal atas nama Islam lalu menusuk dari belakang.
Dulu orang masing mengira bahwa Iran adalah negara terdepan dalam melawan Zionisme Yahudi. Namun buku ini justru memiliki fakta sebaliknya. Keduanya tampak di luar bermusuhan, tapi di bawah meja saling bersalaman.
Antara tahun 1962 sampai kejatuhan Syah Pahlevi pada tahun 1979, intelijen Israel melakukan kontak kuat dengan banyak petugas Iran yang dilatih oleh militer Israel. Rezim Khomeini menghabiskan dana hingga 500 juta US Dollar guna membeli peralatan perang dari Israel sepanjang tahun 1980 hingga 1983. Bahkan keduanya terlibat secara bersamaan dalam menyerang reaktor nuklir Irak pada tahun 1981. Tidak heran di Iran ada perpustakaan Yahudi dengan foto Khomeini di dalamnya.
Romantisme Syiah dan Zionis terus berlanjut hingga invasi Amerika Serikat pada tahun 2003. Brigade Sadr adalah milisi Syiah yang melindungi tentara George Bush dari Kuwait menuju Baghdad melewati gurun pasir An-Nashiriyah. Maka tidaklah aneh jika Ali As Sistani (Ulama Syiah Iraq) yang biasanya lantang menyuarakan perang atas invasi Israel tapi melarang jihad melawan hegemoni Amerika Serikat di Iraq. Itulah skandal sejarah yang dilakukan oleh sumber Syiah tertinggi di negeri 1001 malam itu.
Buku ini ditulis sebagai benteng mempertahankan akidah umat dari virus Syiah sekaligus untuk menjawab keresahan umat Islam yang selama ini dituding teroris oleh kelompok Syiah dengan berita-berita fitnahnya bahwa mujahidin Suriah dbiayai Amerika. Padahal tridente Syiah (Iran, Hizbullah, dan Nushairiyah) justru secara faktual membunuhi umat Islam, suatu hal yang sama dilakukan Zionisme kepada umat Islam.
Penulis berharap hadirnya buku ini dapat menjadi ibroh dan refleksi akan bergeliatnya Siah di Indonesia. Sungguh, persoalan Syiah salah satu masalah akidah terbesar di Indonesia. Ini adalah fitnah yang akan merusak kedamaian bagi umat Islam di Indonesia.
Meski sudah memenuhi sebagian kriteria sesat dari 10 kriteria sesat MUI, mengapa hingga kini fatwa sesat dari MUI juga belum muncul? Fatwa dari pusat ini dibutuhkan umat agar tidak terjadi konflik yang meluas antara umat Islam dengan Syiah di Indonesia.
Syiah jelas bukan bagian dari Islam, tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan anarkisme akidah dengan mencaci maki sahabat dan istri nabi. Sejarah membuktikan pengkhianatan-pengkhianatan mereka kepada para kholifah umat Islam.
Mereka selalu menggembar-gemborkan ukhuwah dan toleransi di Indonesia, tanpa mau berkaca penderitaan yang dialami umat Islam di Iran yang susah sekali mendirikan masjid dan menjalankan kegiatan ibadahnya.
Iran berbatasan langsung dengan Afghanistan dan Pakistan yang tiap hari diperangi Amerika Serikat. Ribuan bocah muslim mati akibat tembakkan yang dilancarkan Drone-Drone AS, tapi mana Rudal, Jet Tempur, dan milisi-milisi Syiah membantu umat Islam di sana memerangi Amerika Serikat. Yang terjadi moncong senjata Iran justru diarahkan kepada umat Islam di Suriah. Mereka satu kata dengan Amerika dan Israel bahwa Jabhah Nushrah adalah teroris yang mengancam kepentingan mereka.*