Amtsal Al-Qur’an

Ulumul Quran

Pengertian Amtsal

Secara bahasa: Jamak dari مثل yang artinya serupa atau sama.

Secara syar’I: Ibnu Qayim Al jauziyah mendefinisikan amsal Qur’an dengan menyerupakan sesuatau dengan yang lain dalam hukumnya. Dan mendekatkan sesuatu yang abstrak ( ma’qul) dengan indrawi ( kongkrit, mahsus) atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu dengan sebagaian yang lain.

Amsal di sebut juga dengan Qiyas At tamsily atau Dzarab.

Dalil-dalil Tentang Amtsal

Allah swt berfirman:

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.( Al-Baqarah : 17-20 )

Disebutkan juga dalam ayat lain di antaranya, ( Ar Ra’d: 17) (Al Hajj: 73)(Yunus : 24)

Sabda Rasulullah saw:

Dikelurkan oleh Baihaqi dari Abi Hurairah ia berkata: Rasululllah saw bersabda:

“sesungguhnya Al Qur’an turun atas lima bentuk, halal, haram, muhkam , mutsyabih dan amtsal (permpamaan) maka amalkanlah yang halal, dan jauhilah yang haram. Ikutilah yang muhkam dan berimanlah terhadap yang mutasyabih serta ambilah pelajaran dari Amtsal.”

Perkataan salaf :

Al mawardi berkata: Ilmu Al Qur’an yang paling agung asalah ilmu amtsalnya (perumpamaannya). Namun, kebanyakan orang lalai darinya di sebabkan sibuk dengan perumpamaan tersebut, dan lalaui dngan pembuat perumpamaan tersebut. Maka perumpamaan tanpa pembuatnya ibarat kuda tanpa perlana atau onta tanpa tali kekang.

Amtsal di dalam Al Qur’an di bagi menjadi tiga :

• Amtsal Mussarrahah, ialah yang di dalmnya di jelaskan dengan lafadz masal atau sesuatau yang menunjukan tasybih. Seperti dalam surat Al Baqarah:17-20 dan Ar Ra’du : 17 yang telah kami sebutkan diatas.

• Amtsal kaminah, yaitu yang di dalamnya tidak di sebutkan dengan jelas lafadz permisalannya tetapi ia menunjukan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila di peindahkan kepada yang serupa dengannya . seperti :

• Amtsal mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas tapi klimat itu berlaku sebagai misal.

Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.( Al Baqarah : 249)

Faidah-faidah Amtsal

• Memojokan hal yang ma’qul ( yang hanya bisa di tinjau dari segi akal, abstrak) dalam bentu kongkrit yang dapat dirasakan oleh indra manusia, sehingga akal dengan mudah menerimanya; sebab pengertian-pengertian abtrak tidak mungkin tertanam dalam benak kecuali di tuangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya Allah membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang menafkahkan harta dengan riya’ dimana ia tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari perbuatannya itu.

• Menyingkapkan hakekat-hakekat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak sekan sesuatu yang tampak

• Mengumpulkan makna yang manarik lagi indah dalam ungkapan yang padat , seperti amsal kaminah dan amsal musalah dalam ayat-ayat diatas.

• Mendorong yang dii beri masal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika ia merupakan sesuatu yang di senangi jiwa. misalnya Allah menjadikan masal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, dimana hal itu akan di berikan kepadanya kebaikan yang banyak. Allah swt berfirman:

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui ( Al Baqarah : 261)
• Menjauhi tanfir, jika masal berupa sesuatu yang di benci jiwaa untuk memuji orang yang di matsal. Seperti firman Allah tentang para sahabat.

• Untuk menggambarkan (dengan matsal itu) sesuatu sifat yang dipandang buruk oleh banyak orang.

• Amsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah berfirman:

Membuat Matsal dengan Qur’an

Pada perkembangannya para sastrawan menggunakan amsal si tempat-tempat yang kondisinya serupa atau sesuai dengan isi amtsal tersebut. Maka para ulama mereka tidak menyukai penggunaan ayat Al Qur’an sebagai masal . mereka tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan ayat amsal dalm kiabullah ketika ia menghadapi suatu urusan duniawi. Hal ini demi menjaga keagungan Al Qur’an dan kedudukannya dalm jiwa orang-orang mukmin.

Sumber: Diringkas oleh tim redaksi alislamu.com dari Manna’ Al-Qaththan, Mabaahits fie ‘Uluumil Qur’aan, atau Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA (Pustaka Al-Kautsar), hlm. 352 – 363.