Syeikh Usama Rifa’i: Hakikatnya Perang di Suriah Dinahkodai oleh Iran

2110

Hidayatullah.com–Internasional Islamic Coordination Council (ICC) yang berlangsung di Kairo Mesir yang berlangsung selama 3 hari (15-17 Juni 2013) ini akhirnya menghasilkan beberapa resolusi dan sikap.

Dalam pernyataannya, Syeikh Dr. Yusuf Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Sedunia sempat mengklarifikasi jika dirinya mendukung Bassar Asad, Presiden Suriah. Menurutnya, isu itu sama sekali tidaklah benar adanya.

Baginya, sejak awal, ia mendukung perjuangan rakyat Suriah dalam meraih hak kebebasan sipilnya. Qaradhawi juga menyeru kepada seluruh tentara Suriah untuk menghentikan dukungannya terhadap Bassar Asad dan bersatu memperjuangkan revolusi bersama rakyat Suriah.

Qaradhawi juga meminta negara-negara Arab agar tidak membiarkan konflik Suriah berlarut-larut kondisi seperti saat ini. Lebih jauh, Qaradhawi mengeritik gerak negara-negara Arab yang lamban menangani masalah Suriah. Meski demikian, ia yakin, kelak akan ada perlawanan massal dari negara-negara Arab melawan pemerintah Suriah yang kini telah bekerjasama dengan Hizbullah, untuk membunuh secara sadis rakyat Suriah.

Apalagi sudah jelas secara terang-terangan mereka (Hizbullah) menganggap perang ini sebagai perang sektarian melawan sekte kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah.

“Perang di Suriah sebagai perang terhadap umat Islam secara keseluruhan dan bukan saja terbatas pada rakyat Suriah,” jelas Qaradhawi.

Di akhir sambutannya, Qaradhawy juga meminta PBB dan Dewan Keamanan Internasional serta dunia Barat agar mengambil sikap yang tegas kepada negara-negara yang jelas-jelas mempersenjatai pemerintah Suriah untuk membunuh kaum Muslimin di sana.

“Seharusnya dunia Barat juga menegakan kebebasan dan keadilan di Suriah,” pintanya.

Senada dengan Qaradhawi, Syeikh Dr. Mohammad Arifi, dari Ittihad ‘Alami Lidhuat (Ikatan Dai Internasional) mengeluarkan kecaman terhadap para pemimpin Arab.

“Jika kalian sudah kehilangan harga diri dan kehormatan untuk membela saudar-saudara kita di Suriah, maka minimal kalian bebaskan rakyat Arab untuk bertindak membantu saudara-saudaranya di Suriah, dan kalian akan disiksa di kubur jika tidak membantu perjuangan rakyat Suriah saat ini,” tegas Arifi.

“Biarkanlah rakyat berangkat berjihad dengan senjata ke Suriah. Umat ini tidak akan pernah sabar atas aksi pembunuhan yang terus terjadi di Suriah secara membabi buta. Sebaliknya, umat ini akan merekrut para pemuda jihad dari setiap negara Islam untuk meraih kemenangan. Dan itu akan dimulai dengan jihad di tanah Syam.”

Arifi dengan sangat tegas- menyebut Bassar Asad sebagai “anjing” dalam baris-baris bait syair yang dibacakannya. Arifi juga mengingatkan bahwa terdapat sekitar 900 Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang pernah hidup di bumi Syam (Suriah). Karena itu, anak-anak yang mati terbunuh, para perempuan yang diculik dan diperkosa adalah cucu-cucu para Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam

Sementara itu, Syeikh Dr. Shofwat Hijazi, Wakil Ketua Ikatan Ulama Ahli Sunnah menegaskan, bahwa organisasi yang dipimpinnya akan mengirim brigade ( pasukan) jihad ke Suriah. Bahkan sebelumnya, sudah setahun lebih organisasi ini aktif mengirim senjata untuk membantu para mujahidin sunni di Suriah. Harapannya agar langkah ini memicu para pemimpin Arab dan organisasi-organisasi Islam lainnya untuk menempuh hal serupa.

Mereka meminta agar negara-negara Arab untuk mengusir para Dubes Suriah yang masih berada di negara-negara mereka. Hijazi menilai bahwa pemerintah Bassar sebagai pemerintahan yang kafir.

Sedang Syeikh Usama Rifai, Ketua Ikatan Ulama Muslimin Suriah menyimpulkan bahwa pada hakikatnya perang di Suriah dinahkodai oleh Iran. Ambisi Iran di Suriah bukanlah akhir segalanya akan tetapi awal untuk memuluskan proyek dan kepentingannya syiah di kawasan Timteng secara umum.

Dan Syeikh Alamin El Hajj, Ketua Ikatan Ulama Muslimin sempat mengatakan, konflik Suriah adalah persoalan kaum Muslimin karena para mujahid yang berperang melawan rezim Bassar di sana hakikatnya demi kepentingan Islam.

“Jihad di Suriah hukumnya wajib bagi seluruh umat,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Dr. Sholah Sultan, Sekjen Majlis ‘Ala Syuun Islamiyah Mesir sempat mengatakan akan direalisasikan tiga langkah kongkrit terkait konflik Suriah: Pertama, mengirim brigade jihad dibawah kepemimpinan Dr. Showfat Hijazi, brigade kemanusiaan dengan target mengumpulkan minimal satu Milyar Dolar AS dan perjuangan jalur politik dibawah kepemimpinan Dr.Yusuf Qaradhawi.

Di akhir sambutannya Dr. Sholah meminta kepada Dr. Yusuf Qardhawi sebagai Ketua Persatuan Ulama Muslim untuk mengeluarkan orang-orang Syiah dari institusi yang dipimpinnya. Hal ini langsung mendapatkan respon dan dukungan dari peserta muktamar.
Di sela-sela muktamar, ditayangkan film dokumenter bertajuk “Menyingkap Tabir Konflik Suriah.” Dalam film ini diperlihatkan sejumlah aksi brutal dan kekejaman tentara dan pasukan Bassar Asad dalam membunuh kaum Muslimin Sunni di Suriah serta campur tangan Iran dan Hizbullah dalam tragedi tersebut.

Muktamar ini melahirkan “11 Butir Resolusi” terkait konflik di Suriah. Berikut hasilnya:

1. Kewajiban syar’I umat muslim berjihad di Suriah
2. Perang di Suriah adalah perang terhadap Islam
3. Menyerukan persatuan umat muslim sunni
4. Apresiasi terhadap peran pemerintah Turki dan Qatar, dan seruan terhadap para pemimpin Arab dan Organisai Negara Teluk (CCASG) untuk membantu perjuangan rakyat Suriah.
5. Seruan terhadap umat Islam untuk memboikot produk-produk Iran.
6. Optimalisasi peran para ulama dan cendekiawan muslim untuk menyadarkan umat perihal hakikat konflik Suriah.
7. Mengingatkan tentara Suriah akan haramnya darah kaum muslimin.
8. Mengingatkan PBB dan DK PBB akan peran yang seharusnya ditempuh dalam menangani konflik di Suriah
9. Mengecam kepada segenap pihak yang mengklasifikasi dan menilai sebagian organisasi pejuang kebebasan rakyat Suriah sebagai aksi teroris dan terorisme.
10. Maksimalitas upaya dan peran organisasi-organisasi kemanusian dunia Islam dalam membantu perjuangan rakyat Suriah, khususnya dalam menangani para eksodos dan pengungsi Suriah.
11. Pembentukan tim khusus untuk memantau segala upaya dan realisasi dari hasil yang telah dicapai melalui muktamar ini.

Acara ini dihadiri lebih dari 500 tokoh dan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dari 50 negara yang masing-masing berafiliasi kepada 70 organisasi dan yayasan Islam di dunia. Seperti: IUMS (Persatuan Ulama Sedunia) dibawah pimpinan Dr. Yusuf Qaradhawi, Ittihad ‘Alami Lidhu’at (Ikatan Dai Internasional) yang diketuai oleh Dr. Mohammad Al-Areefi, Rhabitah Ulama Muslimin (Ikatan Ulama Muslimin) yang diketuai oleh Syeikh Al-Amin Alhajj, Rhabitah Alam Islamy, Persatuan Internasional Ulama Al-Azhar, Ikatan Ulama Muslim Suriah

Ada 3 perwakilan Indonesia sebagai peserta dalam muktamar ini, Dr. Zain An-najah (Dewan Dakwah Indonesia), Ust. Farid Okbah, MA (MIUMI), Harman Tajang (Wahdah Islamiyah).*/kiriman Harman Tajang, dari Kairo