LONDON, muslimdaily.net, – Sebuah gelombang baru kekerasan sektarian di Burma dipandang sebagai akibat dari kampanye kebencian yang diperjuangkan oleh para biksu Budha terhadap komunitas Muslim di negara Asia Tenggara tersebut.
“Vihara telah mendistribusikan selebaran yang kritis umat Islam pada berbagai hal, dan itu telah berlangsung selama berbulan-bulan,” kata Mark Farmaner, direktur Burma Campaign UK, kepada International Business Times Inggris pada Jumat 22 Maret sebagaimana dilansir onislam.net.
“Bahkan sebelum kekerasan terhadap Rohingya, ada sentimen anti-Muslim terorganisir yang didorong oleh beberapa organisasi.”
Setidaknya 20 orang tewas dan beberapa masjid dibakar awal pekan ini di kota Meiktila setelah pertengkaran antara beberapa orag Buddha dan pemilik toko emas meningkat menjadi kerusuhan. Kekerasan menyebar dengan massa berekerumunan di daerah pusat kota dan menghancurkan sejumlah masjid dan sekolah Islam.
Farmaner mengutip kasus biksu Budha Wirathu yang telah memimpin kampanye vokal terhadap Muslim Burma, penyebab utama letusan kekerasan sektarian di Meikhtila.
Biksu Buddha itu dilaporkan memainkan peran aktif yang memicu ketegangan di pinggiran kota Rangoon pada bulan Februari dengan menyebarkan rumor tak berdasar bahwa sekolah setempat sedang dikembangkan menjadi masjid.
Biksu, yang menggambarkan dirinya sebagai ‘Bin Laden Burma’ mengatakan bahwa militansi itu “sangat penting untuk melawan ekspansi agresif oleh Muslim”.
“Kekerasan tidak pernah berhenti di negara bagian Rakhine, itu terjadi setiap hari dengan pelecehan dari pasukan keamanan setempat,” kata Farmaner.
Gelombang terakhir kekerasan sektarian telah membuat Presiden Burma Thein Sein untuk menyatakan keadaan darurat dan menetapkan darurat militer, meberikan wewenag militer untuk bertanggung jawab atas keamanan.
Keputusan itu muncul saat ratusan umat Islam meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat berlindung dari serangan orang-orang Buddha.
“Ketika saya melompat dari mobil, sekelompok orang mulai menyerang saya,” kata seorang pengungsi Muslim yang diserang ketika sedang menuju ke stadion untuk mengungsi kepada Reuters.
“Mereka memukul saya dengan pedang dan pisau.”
Ketegangan antara Muslim dan Buddha di Burma telah memanas sejak kekerasan sektarian tahun lalu di negara bagian Rakhine barat, membuat ribuan Muslim mengungsi.
Burma Muslim – sebagian besar dari India, Cina dan keturunan Bangladesh – mencapai sekitar empat juta dari 60 juta penduduk Burma/Myanmar.
Muslim memasuki Burma secara massal untuk pertama kalinya sebagai kerja paksa dari India maupun Bangladesh selama pemerintahan kolonial Inggris, yang berakhir pada tahun 1948. Namun meski telah lama, mereka tidak diakui sebagai warga Myanmar.
Burma sekitar 90 persennya adalah penganut Buddha dan mayoritasnya adalah etnis Burman, sisanya adalah berasal dari ratusan etnis dan agama minoritas lain. Buddha diakui sebagai agama resmi negara dan identitas nasional. [har]