Hidayatullah.com–Harian Haaretz Zionis, Kamis (31/01/2013) dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC) mengungkapkan, dewan regional permukiman Zionis, Mateh Benyamin menyetujui pembangunan “Desa Peradaban” seluas 218 acre di wilayah Anata, timur Al-Quds.
Menurut harian ini, pemerintah kota Zionis telah menetapkan peta pembangunan Desa Peradaban tersebut yang cukup jauh dari wilayah permukiman Kfar Adumem. Dalam peta tersebut, termuat rencana penghancuran sekolah milik Arab pinggiran.
Rencana ini terlaksana setelah mendesak pemerintah kota Al-Quds hingga pengadilan tinggi Zionis untuk menghancurkan sebuah sekolah dan bangunan serta kamp pengungsian milik bangsa Palestina. Penduduknya dipaksa pindah ke wilayah dekat Jericho.
Sementara di pihak lain, pengacara warga Anata, Kamil Nathur dan Hisam Yunus mengatakan, tujuan dari pembangunan desa peradaban ini adalah untuk menguasai wilayah tanpa harus memanfaatkanya.
Film penghancural Al Aqsha
Sementara itu, Lembaga Al-Quds Internasional mengecam keras Kemenlu Zionis ‘Israel’ produksi film penghancuran Kubah Shakhrah yang merupakan bagian penting dari Masjid Al-Aqsha dan pembangunan kuil Solomon di atas reruntuhannya. Yayasan ini menilai kebohongan kuil dalam film zionis itu sebagai usaha untuk memuluskan misi yahudisasi terselubung. [baca juga: Hamas dan Syeikh Ikrimah Kecam Zionis Produksi Film ‘Penghancuran Masjid al-Aqsha’]
Ketua Media di Yayasan ini, Hisyam Yakob dalam pernyataan persnya kepada Quds Press menegaskan bahwa film yang diproduksi oleh Kemenlu Zionis ini sebagai rencana terencana dan terus menerus untuk membidik tempat suci di kota Al-Quds, terutama Masjid Al-Aqsha. Rencana itu bersamaan dengan aksi yahudisasi di Al-Quds dan meningkatnya seruan Yahudi membolehkan bagi warganya untuk menggelar ritual di Masjid Al-Aqsha dan menghancurakan Kubah Shakrah.
Yakob menilai, film ini bukan hanya klaim bohong soal keberadaan kuil sebelum Kubah Shakhrah, namun juga yang memproduksi film ini adalah kementerian luar negeri penjajah yang memiliki tugas melakukan komunikasi dan hubungan dengan negara-negara lain sebagai kampanye media yang bertujuan memperbaiki citra Israel di dunia.
Dengan demikian, politik negara penjajah ‘Israel’ mengadopsi secara politik, agama dan hukum terhadap pemikiran tersebut soal penghancuran Al-Aqsha dan hak yahudi menggelar ritual di “jabal makbad” (letak Kubah Shakhrah).*