Apakah Penafsiran Istiwaullah 'Ala 'Arsyihi Dengan Uluwwuhu 'Ala 'Arsyihi 'Ala Ma Yaliqu Bijalalihi Merupakan Penafsiran Para Salafus Shalih?
Jawaban:
Menafsirkan kata "istiwaullah 'ala 'Arsyihi" dengan penafsiran bahwa Dia bersemayam di atas 'Arsy-Nya sesuai dengan keagungan-Nya adalah penafsiran salafus shalih. Ibnu Jarir, imamul mufassirin, berkata di dalam tafsirnya, "Di antara makna kata istiwaa' adalah bersemayam dan naik di atasnya. Jika dikatakan, "Istiwa fulanun 'ala saririhi" berarti dia bersemayam di atasnya." Dalam menafsirkan firman Allah, "Ar-Rahmaanu 'alaa 'Arsy Istawa" beliau berkata, "Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan bahwa Allah Yang Maha Pengasih naik dan bersemayam di atas 'Arsy-Nya." Tidak ada catatan dari salafus shalih yang menentang pendapat ini.
Namun secara bahasa, kata istiwa' digunakan dalam beberapa hal,
Pertama, digunakan secara mutlak tanpa diikuti dengan huruf lain , sehingga maknanya juga mutlak seperti itu tanpa keterikatan, seperti firman Allah, "Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (Al-Baqarah:14).
Kedua, diikuti dengan huruf wawu sehingga berarti sama', seperti perkataan mereka, "istiwa al-ma'wa al-'atbah" atau antara al-ma' dan 'atbah adalah sama.
Ketiga, diikuti dengan huruf ila sehingga artinya 'menuju', seperti firman-Nya, "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu." (Al-Baqarah:29).
Keempat, diikuti dengan huruf 'ala yang berarti 'bersemayam' dan 'naik', seperti firman Allah, "Ar-Rahmanu 'alaa Al-'Arsyi istawa"
Sebagian salaf berpendapat bahwa kata istawa yang diikuti dengan ila artinya sama dengan yang diikuti dengan huruf 'ala, sehingga artinya 'naik' dan 'bersemayam'. Sebagian lain juga berpendapat bahwa kata istawa yagn diikuti dengan huruf 'ala berarti naik dan bersemayam.
Sedangkan menafsirkannya dengan 'duduk' telah dinukil dari Ibnu Qayyim dalam Ash-Shawa'iq, IV, 1303, dari Kharijah bin Mush'ab, mengenai firman Allah, "Ar-Rahmanu 'ala al-'Arsyi istawa" dia berkata, "Kata istawa tidak lain berarti duduk."
Makna duduk ini juga telah diriwayatkan dalam hadits yang ditakhrij oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu secara marfu'. Wallahu A'lam.
Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm 83 – 84.