Pengantar
Salah satu negeri Muslim yang mengalami kezhaliman paling parah hari ini adalah Suriah. Rata-rata 300 korban tewas perhari akibat serangan rezim Syiah Nushairi Basyar Asad. Mereka diserang dengan artileri berat hingga pesawat tempur.
Pada awalnya, seperti negeri-negeri lainnya di Timur Tengah, Muslim Suriah menggelar demonstrasi damai menuntut perubahan. Rezim Basyar Asad yang mewarisi kekuasaan dari ayahnya, Hafidz Asad, kemudian menghadapi demo itu dengan represi kejam. Puluhan ribu pun tewas, sementara ratusan ribu ditangkap dan dipenjarakan.
Maka rakyat Muslim yang 40 tahun ditindas minoritas Nushairi pun melakukan perlawanan. Mereka seperti semut yang menggigit karena diinjak-injak dengan kejam. Hingga kini rata-rata 300 korban jatuh akibat kekejaman rezim.
Untuk lebih memahami apa yang tengah terjadi, Eramuslim pun mengutus wartawannya, Fahmi Suwaidi, untuk meliput keadaan di sana. Ia menyertai tim Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang mengirimkan tim dokter dan bantuan kemanusiaan ke sana. Insya Allah hasil liputannya akan dimuat secara berseri di website ini. Semoga meningkatkan kepedulian Muslim di Indonesia terhadap kondisi saudara seimannya di Suriah.
Hari Pertama
Masjid yang Diroket 500 Kali
Hari pertama di Salma, sebuah kota di Suriah, kami berjalan-jalan keliling kota. Cuaca yang mendung membuat tak ada serangan udara. Kami dibawa Abu Muhammad, sesepuh di kota itu, melihat-lihat sisa-sisa keindahan kota wisata yang kini hancur karena serangan bom, roket dan mortar.
Salah satu yang kami kunjungi adalah masjid. Berlantai dua, bagian atas untuk shalat, bagian bawah untuk madrasah. Masjid yang indah dengan sentuhan marmer di seluruh penjurunya kini nampak berantakan.
Dari luar, menaranya masih nampak menjulang gagah. Namun beberapa lubang terlihat jelas, bekas tembakan roket. Lubang yang lebih besar juga terlihat di sampingnya. Air menggenang dari sisa hujan yang menerobos melalui lubang-lubang di dinding.
Abu Muhammad menunjuk ruang bawah yang berfungsi menjadi madrasah. “Dulu rumah sakit pernah ditaruh di sini. Namun karena kerap diserang, lalu dipindahkan.”
Belakangan, setelah kembali ke rumah sakit, Dr Romi berkisah bahwa selama dua bulan berbasis di masjid mereka mendapat 500 kali serangan. Baik berupa tembakan mortar, roket maupun bom dan birmil. Alhamdulillah, mereka masih dilindungi Allah dengan keselamatan dan ketenangan.
Jika hitungan itu benar, maka rata-rata setiap hari masjid merangkap rumah sakit itu mendapat delapan kali serangan. Setiap tiga jam sekali tembakan diarahkan ke rumah Allah itu. Tapi mengapa menjadi sasaran khusus?
Menurut kepala rumah sakit Salma itu, rejim Basyar Asad memang mengincar masjid sebagai tempat kaum Muslimin berkumpul dan beribadah. Ditambah lagi adanya rumah sakit di sana. “Rezim barbar itu tak sudi membiarkan ada rumah sakit yang merawat para korban kekejamannya,” ujarnya getir.