‘Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara’

Buku mendamaikan ahlus sunnah di nusantara pustaka alkautsar jpeg.image

TIDAK ada yang meragukan bahwa persatuan umat Islam khususnya di Indonesia yang mayoritas umatnya Islam telah menjadi harapan dari semua pihak. Karena sebagai mayoritas, umat Islam lah yang akan mewarnai negeri ini. Jika kaum muslimin Indonesia terpecah belah otomatis akan berpengaruh terhadap negara ini dan akan senanglah pihak-pihak yang anti Islam.

Terkait masalah persatuan umat Islam tersebut isu ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) kembali akhir-akhir ini mencuat. Di forum-forum, di blog internet ramai membicarakan masalah ASWAJA. Dan masing-masing saling klaim dan tuding bahwa mereka lah ASWAJA sejati dan diluar mereka bukan ASWAJA.

Pertentangan itupun semakin mengerucut menjadi pertentangan antara kubu Asy’ariyah Maturidiyah dengan Salafiyah Wahabiyah. Atau istilah umumnya pertentangan kalangan tradisionalis yang mewakili Asy’ariyah dengan kalangan modernis yang mewakili Salafiyah. Padahal jika mau berpikir jernih dan obyektif, kedua kalanganan yang mengklaim ASWAJA ini, lebih banyak sisi persamaannya daripada sisi perbedaannya.

Mengkaji masalah tersebut, pada hari Ahad siang kemarin (23/12/2012) bertempat di masjid Al-A’raf toko buku Walisongo Kwitang Jakarta digelar acara bedah buku yang bertajuk “Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara” (Mencari Titik Kesepakatan antara Asy’ariyah dan Wahabiyah)” terbitan pustaka Al-Kautsar, yang dibedah oleh penulisnya sendiri AM.Waskito dan mewakili pembanding adalah ustadz Farid Achmad Okbah, MA dari Dewan Dakwah Islam Indonesia.

Dalam pengantarnya pada acara diskusi dan bedah buku tersebut, AM Waskito sebagai penulis menukil Al-Quran surat Al-Anfal ayat 46 yang artinya: “Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dahilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Menurut penulis, Allah sendiri telah melarang kita untuk saling berbantah-bantahan yang akhirnya hal tersebut hanya akan menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan kaum muslimin. Diakui olehnya bahwa umat Islam yang memang gampang tersulut emosi ini semakin dibuat agar tetap saling berpecah belah secara sadar maupun tidak sadar. Dan hal tersebut semuanya berawal dari strategi kaum kolonialis yang telah menjajah Indonesia.

“Dampak dari semua itu bisa terlihat di lapangan yaitu terjadinya saling menjauhi, putusnya hubungan silaturahim, saling lempar tuduhan dan fitnah,” ujar AM.Waskito yang baru-baru lalu membuat buku “pembelaan” terhadap Wahabi sebagai tanggapan atas terbitnya buku karangan Syaikh Idahram yang menghujat Wahabi.

Untuk memperkuat argumennya bahwa perpecahan di kalangan umat Islam Indonesia tidak lepas dari pengaruh asing, AM.Waskito mengutip hasil penelitian seorang tokoh barat Clifford Geertz yang tulisan-tulisannya banyak dikutip oleh cendekiawan muslim Indonesia. Dalam penelitiannya Clifford Geertz membagi umat Islam Indonesia menjadi tiga, yaitu kaum priyayi, santri, dan abangan. Padahal justru pembagian-pembagian seperti inilah yang semakin membuat umat Islam di Indonesia semakin terpecah belah.

Terkait adanya dikotomi antara kaum yang dianggap modernis yang diwakili Wahabiyah dan kaum tradisionalis mewakili Asy’ariyah, penulis dengan tegas menolak bahwa salah satu kelompok bukanlah dari kalangan ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) karena menurutnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah itu adalah siapa saja yang mengikatkan dirinya kepada islam berkomitmen kepada sunnah dan kaum muslimin serta bukan masuk dalam 7 kelompok yang sesat (seperti Syiah, mu’tazilah, khawarij dll) maka dia adalah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Sebagai penutup pengantar diskusi dan bedah buku, AM.Waskito menyatakan bahwa “tidak akan beres urusan bangsa Indonesia sebelum beres urusan umat Islamnya, dan tidak akan beres urusan umat Islam, sebelum beres urusan kaum Ahlus Sunnah Wal Jamaah di negeri ini.”

Sedikit mengkritisi paparan AM.Waskito dengan bukunya, ustadz Farid Achamd Okbah menyatakan ada beberapa hal dari buku “Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara” yang perlu dikritisi di mana menurutnya isi buku tersebut belum terlalu kongkrit dalam membahas bagaimana mendamaikan pertikaian yang sudah lama terjadi tersebut di kalangan umat Islam Indonesia.

Menurut beliau juga isi buku AM.Waskito belum banyak membahas hal-hal substansial terkait pertikaian kalangan Asy’ariyah dan wahabiyah. Dan mendamaikan kalangan sesama Ahlussunnah tersebut perlu pengalaman lapangan yang nyata bukan hanya sekedar teori-teori semata. Namun meskipun begitu, ustadz Farid Achmad Okbah, yang juga pimpinan Islamic Center Al-Islam Bekasi ini memuji semangat dan niat tulus penulis buku dalam mencoba mencari akar permasalahan ASWAJA di Indonesia dan bagaimana mendamaikannya.

Setelah sesi tanya jawab, tepat pukul 14.30 acara bedah buku yang sebelumnya di mulai pada pukul 12.30 itupun berakhir.(fq/islampos)