Propaganda Syiah dan “Risalah Amman” [1]

Islam Vs Syiah

Oleh: Abu Muhammad Waskito

SETELAH sebelumnya di koran Republika terjadi polemik sengit antara tokoh Syiah (Haidar Bagir) dan tokoh-tokoh Ahlus Sunnah (Muhammad Baharun, Fahmi Salim, dan Kholili Hasib); pada tanggal 9 Februari 2012, masih di Republika, sebuah lembaga bernama Yayasan Muslim Indonesia Bersatu (YMIB) menurunkan publikasi besar dengan judul, Melawan Politik Adu Domba dengan Persatuan Umat. Publikasi ini didukung Radio Iran, IRIB versi Indonesia; dimuat setengah halaman sebagai iklan, di Republika edisi hari itu, halaman 2.

Di bawah ini kami sebutkan isi lengkap publikasi dari YMIB tersebut; di dalamnya kami berikan catatan kaki sebagai penjelasan, agar kaum Muslimin bisa membedakan antara kebenaran dan kebathilan.

Melawan Politik Adu Domba dengan Persatuan Umat

“Menyimak berbagai persilangan pendapat mengenai mazhab-mazhab dalam Islam yang berkembang belakangan ini, khususnya tanda-tanda penggunaan kekerasan yang mengancam keutuhan bukan hanya umat Islam, melainkan bangsa Indonesia dan NKRI secara keseluruhan, kami dari Yayasan Muslim Indonesia Bersatu (YMIB) merasa perlu berbagi sejarah pendekatan antar mazhab dalam Islam khususnya antara mazhab Ahlus-Sunnah dan Syi’ah.

Catatan 1:

Retorika membenturkan gerakan Islam dengan negara (NKRI) sudah dipakai sejak zaman Orde Baru, ketika LB, Moerdani menguasai militer. Seakan, setiap umat Islam menuntut hak-nya, ia selalu dicurigai ingin “meruntuhkan NKRI”. Dalam kasus Sampang, warga NU marah karena penistaan-penistaan agama yang dilakukan oleh Tajul Muluk dan kawan-kawan. Selalu ada penyulut kekerasan itu. Dalam kasus di Puger Jember, seorang ustadz NU bernama Fauzi terkena bacokan dari aktivis-aktivis Syiah yang ingin menggagalkan acara kajian seputar kesesatan Syiah dengan menghadirkan Habib Muhdhor Al Hamid yang dikenal tegas kepada Syiah. Baca artikel, Pengikut Syiah Mengamuk, Aktivis NU Kena Bacok, situs Voa-islam, 31 Mei 2012].

Sesungguhnya inisiatif-inisiatif seperti ini sudah terjadi sejak berabad-abad yang lalu, bahkan telah melahirkan karya-karya besar dalam kedua mazhab besar Islam ini.

Catatan 2:

Ibnu Hazm Az Zhahiri t ketika disebutkan perkataan orang Nashrani, beliau berkata, “Sedangkan perkataan mereka –Nashrani- yang mendakwahkan bahwa orang Rafidhah telah mengubah Al Qur`an, maka sesungguhnya orang-orang Rafidhah itu bukan bagian dari kaum Muslimin; mereka adalah firqah buatan yang awal-awal muncul setelah wafatnya Rasulullah , sekitar 25 tahun kemudian… Ia adalah kelompok yang mengalir seperti mengalirnya Yahudi dan Nashrani dalam hal kebohongan dan kekufuran.” (Al Fashlu fil Milal wan Nihal, juz 2, hlm. 213].

“Tapi, yang mungkin belum banyak diketahui adalah aktivitas-aktivitas ke arah yang sama di abad 20 dan abad 21 ini. Khususnya terkait dengan upaya-upaya pendekatan mazhab yang dilakukan secara intensif di Mesir, baik di kalangan gerakan Ikhwanul-Muslimin maupun Al-Azhar. Puncaknya adalah deklarasi yang belakangan disebut sebagai Risalah Amman, yang ditandatangani di ibukota Yordania ini,” demikian kutip YMIB di Republika.

Catatan 3:

Al Azhar, Ikhwanul Muslimin, Hasan Al Banna, dll. mereka bagian dari Islam; tetapi mereka bukan satu-satunya suara yang mewakili kaum Muslimin. Sudah sangat dikenal tentang salah satu definisi Ahlus Sunnah, yaitu: “Wa amma al ma’na al aam li ahlis Sunnah wal jama’ah fa yadkhulu fihi jami’ul muntasibina ilal Islam, maa ‘aada ar rafidhah” (dan makna umum Ahlus Sunnah wal Jama’ah masuk ke dalamnya siapa saja yang mengikatkan dirinya dengan Islam, selain orang Rafidhah atau Syiah). [Al Wajiz Fi Aqidatis Salafis Shalih, karya Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsari, hlm. 34]. Karena itu sangat dikenal dua istilah dikotomis ini: Ahlus Sunnah vs Syiah, atau Sunni vs Syi’i. Al Azhar, Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna, dll. tidak bisa mengubah kesepakatan umat ini].

Ceritanya bermula dengan Imam Syahid Hasan Al-Banna, pembawa panji gerakan Islam terbesar era modern, Al-Ikhwan Al-Muslimun. Dalam kegigihan beliau memperjuangkan Islam, beliau termasuk salah satu tokoh ide pendekatan antarmazhab dan berperan-serta dalam aktivitas Jama’ah Taqrib Baina Al-Mazhahib Al-Islamiyah di Kairo. Mengenai hal ini, salah satu pemikir Ikhwanul Muslimin Ustad Salim Bahansawi dalam bukunya berkata: “Sejak Jama’ah Taqrib Antarmazhab didirikan, dan Imam Hasan al-Banna dan Ayatullah Qummi berperan dalam pendiriannya, kerja sama antara Ikhwanul Muslimin dan Syiah tercipta.” [Limaza Ightala Hasan al-Banna, cetakan pertama, Darul I’tisham, hal. 32; yang dikutip dalam buku Al-Sunnah Al-Muftara ‘Alaiha, karya Ustadz Salim al-Bahansawi, cetakan Kairo, hal. 57]. … bersambung..*

Tulisan ini dikutip dari buku terbaru penulis berjudul, “Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara: Mencari Titik Kesepakatan antara Asy’ariyah dan Wahabiyah”. Diterbitkan oleh Pustaka Al Kautsar Jakarta, bulan Oktober 2012. Dilakukan adaptasi ke dalam format tulisan online