Ulama NU Pakar Falakiyah Mbah Munir Tetapkan 1 Syawal Pada 19 Agustus

Mbah Munir

Eramuslim.com | Syech Mishbachul Munir, seorang ulama Nahdlatul Ulama asal Kabupaten Magelang, menetapkan 1 Syawal 1433 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriah jatuh pada Ahad Kliwon, 19 Agustus 2012 Masehi. “(Idul Fitri) kompak sedunia,” katanya saat ditemui di Pondok Pesantren Markazul Falakiyyah, Desa Salamkanci, Kecamatan Bandongan, Kamis malam kemarin.

Mbah Munir, demikian pendiri dan pimpinan Markazul Falakiyyah itu biasa disapa, mengatakan penetapan 1 Syawal ini didasarkan pada kajian dan perhitungan cermat pada 11 kitab falak. Di antaranya adalah kitab Nurul Anwar, Badi’atul Mitsal, Minhajul Roshodin, Risalatul Falakiyyah, Manahijul Khamidiyah dan Khulashatul Wafiyah.

Berdasarkan kitab tersebut, kata dia, ditemukan keterangan secara mendetail. Ijtima akhir Ramadan pada Sabtu Wage, pukul 22.18.30 WIB. Keadaan bulan dari Magelang pada awal waktu Magrib pada malam Minggu Kliwon jam 17.43.16 berada pada ketinggian 08 derajat 34’ 30”/6,17 meter. Lamanya di atas ufuk mar’i 0 jam 34 menit 43 detik sampai pukul 18.17.59 WIB.

Adapun besarnya, 00 derajat 44’ 23” sama dengan 6/8 jari. Arahnya berada pada 05 derajat 58’ 06” utara titik barat Magelang atau 07 derajat 02’ 34” selatan matahari. Letak matahari terbenam pada 13 derajat 00’ 39”. Dari Magelang, keadaan bulan miring ke selatan dan berada di Manzilah Jabhah sejauh 06 derajat 46’ 01”.

Melihat data-data tersebut, kata dia, persyaratan rukyat sudah cukup dan rukyat sudah dapat dilakukan dengan jelas. “Maka, 1 Syawal harus jatuh pada Ahad Kliwon, 19 Agustus 2012,” katanya.

Meskipun terbilang sebagai ulama NU, pada awal Ramadan lalu Mbah Munir memiliki pendapatan yang berbeda dengan pengurus NU lain. Dengan dasar kitab yang sama, dua kitab di antaranya Manahijul Khamidiyah dan Khulashotul Wafiyah, menyebutkan 1 Ramadan lalu jatuh pada Sabtu, 21 Juli 2012. Sedangkan sembilan kitab yang lainnya, menyimpulkan 1 Ramadan jatuh pada Jumat, 20 Juli.

“(Keterangan) sembilan kitab sama dua kitab kuat mana?” katanya. Akhirnya Mbah Munir pun memilih memulai puasa Ramadan pada hari Jumat. “Padahal, saya NU, loh.” (fq/fyd)