Jakarta (SI ONLINE) – Bukan Liberal namanya jika lisannya tidak gatal menghina dan mencaci Islam. Apalagi jika ada kawannya sesama liberal, dari luar negeri pula, tambah pede mereka mencaci agamanya sendiri. Ini yang terjadi pada seorang pengasong liberal Novriantoni Kahar.
Malam itu, Novri, panggilan akrab bekas Ketua BEM UIN Syarif Hidayatullah itu, duduk berjaran satu meter dari tokoh feminis-lesbi Irshad Manji. Memakai batik cokelat, kaki kirinya diangkat di atas kaki kanannya. Tangan kanannya pegang mikrofon. Di hadapan para jurnalis muda dan beberapa aktivis Liberal, dengan santainya dosen Universitas Paramadina itu menyebut ajaran amar ma’ruf nahi munkar sebagai doktrin yang bisa terjadi hanya melalui mobilisasi massa. Novri pun mengartikan hadits Rasululullah, “Man ra’a minkum munkaran,..dst”, dengan serampangan.
“Pertama jika lihat kemungkaran langsung pentung, lalu yang kedua dari hadits itu kalau nggak bisa dengan lisan yah diceramahin, kalau nggak bisa juga terakhir dengan diam. Betapa beratnya doktrin ini. Doktrin yang paling berat adalah doktrin Kejawen, yang sesungguhnya ini adalah adobsi dari Mesir saja,” kata Novri di kantor Aliansi Jurnalis Independen, Jl Kalibata Timur, Jakarta Selatan, Sabtu malam (5/5/2012).
Masya Allah, Novri menyebut tingkatan ketiga dalam amar ma’ruf nahi munkar, mengingkari kemunkaran dengan hati, sebagai doktrin Kejawen yang berakar dari budaya Mesir.
Sebelum menghina hadits Nabi, Novri juga telah memfitnah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia menuding MUI sebagai lembaga yang hipokrit (munafik, red). “Inilah Indonesia telah mendapatkan doktrinal media massa dan doktrinal amar ma’ruf nahi munkar. Dulu MUI memojokkan Densus 88, tapi coba lihat sekarang dia malah buat pasukan pengentasan jihad. MUI betapa hipokritnya,” katanya.
Novri juga bicara tentang Ahmadiyah. Ia mengaku tidak paham, mengapa setelah reformasi Ahmadiyah tiba-tiba menjadi persoalan umat Islam. “Banyak problem setelah reformasi. Kita lihat sekarang Ahmadiyah sebagai kucing kurap setelah reformasi, kenapa kok tiba-tiba Ahmadiyah menjadi problem yang akut?” tanyanya.
Novri sepertinya pura-pura tidak tahu (atau memang tidak mau tahu?), bahwa umat Islam telah mempersoalkan Ahmadiyah sejak tahun 80’an silam. Ala kulli hal, begitulah orang liberal, lidahnya asal bicara. Tetapi bicaranya tidak bermutu dan tak layak untuk didengarkan. Sebab ia hanya mencari keridhoan penyandang dananya saja. Memalukan! (Mesyah/fayyadh)