VOA-ISLAM – Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma telah menyalahkan agama, khususnya Kristen, atas hilangnya kemanusiaan dalam masyarakat.
Sebagaimana dilansir Timeslive, pemimpin ANC, yang ditahbiskan sebagai imam dari Gereja Full Gospel, di KwaZulu-Natal pada tahun 2007, mengatakan kemarin bahwa kedatangan agama Kristen membawa masalah bagi orang Afrika.
“Sebagai warga Afrika, jauh sebelum kedatangan agama Kristen dan Injil, kita memiliki cara kita sendiri dalam melakukan sesuatu, kata Zuma
“Itu adalah masa yang orang-orang religius sebut sebagai hari kegelapan, tapi kita tahu bahwa, selama masa itu, tidak ada anak yatim atau rumah jompo. Agama Kristen telah membawa hal-hal ini,” katanya.
Zuma berbicara pada KwaMaphumulo, di pantai utara provinsi KwaZulu-Natal, saat peluncuran kampanye keselamatan jalan dan kesadaran kejahatan.
Meski mentahbiskan sebagai pendeta gereja, Zuma adalah pengikut taat adat suku, termasuk poligami. Pada bulan Januari tahun lalu dia menikahi istri ketiganya pada upacara tradisional Zulu, suku dimana ia berasal.
Selama ritual pernikahan pengantin, Madiba, 38, diperkenalkan kepada para tetua dan leluhur, dua tahun setelah Zuma, 69, membayar Ilobolo (mahar).
Ini bukan pertama kalinya Zuma telah mencengangkan pihak Kristen dengan komentarnya tentang agama.
Pada bulan Juni tahun ini ia dipaksa untuk meminta maaf kepada Dewan Gereja Afrika Selatan karena “menyalahgunakan” nama Yesus “selama kampanye pemilu pemerintah daerah.
Saat partai ANC mempersiapkan untuk merayakan ulang tahun keseratus nya, pernyataan Zuma terbang menghadapi sejarah partai berkuasa yang kaya asosiasi dengan gereja-gereja.
ANC sendiri dibentuk pada tahun 1912 di Gereja Protestan Belanda di Waaihoek, Bloemfontein, dan presiden pendiri, Dr John Langalibalele Dube, adalah seorang pendeta.
Kemarin, pemimpin Partai Demokratik Kristen Afrika pendeta Kenneth Meshoe mengecam Zuma dan mengatakan komentarnya adalah “munafik”.
“Pertama, presiden harus ditegur karena kemunafikan karena menyalahkan agama Kristen saat ia tahu gereja-gereja berada di garis depan perjuangan yang mengecewakan,” kata Meshoe, “dan ia tahu bahwa apa yang dikatakannya tidak benar, karena ia sendiri mengaku sebagai seorang Kristen.
“Kedua, selama pemilu dia tidak lari ke kuburan untuk mendapatkan suara dari nenek moyang, tetapi ia pergi ke gereja.” kata Meshoe. (Arbi)