Korban meninggal akibat tsunami yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, kini telah menembus jumlah 108 orang. Sedangkan jumlah orang yang hilang sebanyak 502 orang.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Anto Rizon, mengatakan, jumlah korban masih tentatif karena hingga saat ini masih dalam proses pendataan.
“Kemungkinan korban akan terus bertambah,” ujar Anto yang dihubungi Republika melalui telepon genggamnya, Selasa (26/10) petang.
Banyaknya korban tersebut, disebabkan tsunami terjadi di waktu malam saat warga sedang tertidur. Sehingga kurang tanggap menghadapi kondisi darurat, meski didahului gempa berkekuatan 7,2 skala richter (SR) pada Senin (25/10) pukul 21.40 WIB.
Sekitar 20 menit kemudian, tsunami dengan ketinggian 4-6 meter menggulung warga yang umumnya tinggal di pesisir pantai. “Tsunami mencapai daratan sejauh 600 meter dari garis pantai,” lanjutnya.
Anto memaparkan, korban tsunami berasal dari 10 nagari yang termasuk dalam empat kecamatan pada Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar. Kecamatan tersebut yaitu Pagai Utara, Pagai Selatan, Sipora, dan Sikakap. Sekitar 640 kepala keluarga kini telah berada di tempat-tempat pengungsian yang telah ditentukan sebelumnya oleh pemerintah.
Meski kondisi daerah yang sulit, namun pihaknya telah melakukan proses evakuasi. Tenda-tenda pengungsian dan bantuan makanan juga telah diberikan. Sedikitnya 640 kepala keluarga tinggal di tempat-tempat pengungsian tersebut.
“Proses evakuasi masih berlangsung, termasuk mencari korban yang belum ditemukan,” ucapnya.
Sementara itu, data terakhir yang dilansir Kementerian Kesehatan mencatat korban yang meninggal akibat tsunami sebanyak 113 orang dan 150 orang yang hilang. (rpb/Fani)