Kabar Gembira sebagai Penghuni Surga
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (Al-Kahfi: 107).
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Al-Fath: 18).
Hathib bin Abi Balta’ah adalah salah seorang murid sekolah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, salah seorang shahabat yang menonjol dan termasuk mereka yang lebih dahulu masuk Islam. Dia lulus dari sekolah nubuwah dengan predikat yang memuaskan dan kesaksian yang mulia. Kesaksian yang pertama datang dari Allah, yaitu kesaksian iman bagi Hathib bin Abi Balta’ah dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh kalian menjadi teman-teman setia yang kalian”. (Al-Mumtahanah: 1). Kesaksian dari Allah ini sudah cukup menggambarkan ketinggian derajat dan kedudukan.
Ada pula kesaksian lain dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, berkat pertolongan dan perlindungannya, yaitu ketika beliau bersabda sewaktu Perang Badar, “Ya Allah, sekiranya Engkau binasakan sekumpulan orang ini, maka sekali-kali Engkau tidak akan disembah di muka bumi ini.”
Hathib bin Abi Balta’ah termasuk segolongan orang yang dimaksudkan dalam sabda Rasulullah itu.
Saat Fathu Makkah, Hathib juga mendapatkan kesaksian lain dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam atas kebenaran dan kejujurannya, meskipun dia pernah melakukan kekeliruan. Saat itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menghadap ke arah para shahabat lalu beliau mengabarkan kepada mereka tentang keislaman Hathib yang lebih dahulu dan cobaan baik yang dia terima selama hidupnya, kemudian beliau bersabda kepada mereka, “Dia benar dan jangan katakan kepadanya kecuali yang baik. “ (Shahih Al-Bukhary no. 3762)
Dengan kebersihan jiwanya dan kebaikan perilakunya, Hathib bin Abi Balta’ah Radhiyallahu Anhu mendapatkan kabar gembira sebagai penghuni surga dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Budak milik Hathib bin Abi Balta’ah, salah seorang dari Bani Asad datang mengadukan tuannya, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Hathib benar-benar akan masuk neraka.”
Beliau bersabda,
كَذَّبْتَ لَا يَدْخُلُهَا إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا وَالْحُدَيْبِيَّةَ
“Engkau dusta. Dia tidak akan masuk neraka, karena dia ikut Perang Badar dan Hudaibiyah. “ (HR. Muslim)
Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa Hathib bin Abi Balta’ah Radhiyallahu Anhu termasuk ahli surga. Dalam dialog antara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu kita dapat melihat bahwa semua orang yang ikut dalam Perang Badar mendapatkan kabar gembira sebagai penghuni surga, yaitu ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar sehubungan dengan kasus Hathib, “Dia benar dan janganlah kalian mengatakan kepadanya kecuali yang baik.”
Umar berkata, “Toh dia sudah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin. Maka biarkan aku memenggal lehernya.”
Beliau bertanya, “Bukankah dia termasuk orang yang ikut dalam Perang Badar?” Lalu beliau bersabda lagi, “Boleh jadi Allah melihat orang-orang yang ikut Perang Badar lalu berfirman kepada mereka, ‘Berbuatlah sesuka kalian karena dosa-dosa kalian telah diampuni’.”
Kedua mata Umar meneteskan air mata, lalu dia berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. ” (Shahih Al-Bukhary no. 3762)
Dalam sabda beliau, “Boleh jadi Allah melihat orang-orang yang ikut Perang Badar….” Terkandung kabar gembira sebagai penghuni surga bagi orang-orang yang ikut Perang Badar, semuanya. Sebagaimana yang dikatakan para ulama, kabar gembira ini tidak diperuntukkan bagi selain mereka, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mensucikan mereka karena cobaan yang baik bagi mereka di Perang Badar, sehingga mereka naik ke suatu tingkatan yang membuat mereka layak mendapatkan ampunan dari Allah. Hal ini terjadi karena niat mereka yang tulus dalam jihad, mengorbankan jiwa dalam rangka mendapatkan keridhaan Allah dan menolong agama-Nya. Tambahan lagi, orang-orang yang ikut Perang Badar adalah orang-orang terbaik pada saat itu. Al-Bukhary telah meriwayatkan dalam Shahih-nya, bahwa Jibril pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Bagaimana keadaan orang-orang yang ikut Perang Badar di tengah kalian?”
Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang paling baik di antara kami.”
Jibril berkata, “Begitu pula para malaikat yang ikut dalam Perang Badar, mereka adalah para malaikat yang paling baik.”
Lalu masih adakah yang menyisa pada diri Hathib? Bagaimana dengan kepribadiannya? Orang-orang yang mensifati dirinya berkata, dia adalah orang yang memiliki perawakan yang baik, jenggotnya tipis, tajam pikirannya, bersih perilakunya. Disebutkan tentang makna al-balta’, yaitu orang yang mahir dan cakap dalam segala hal. Jika dikatakan, “Tabalta’a ar-rajulu fi kalamihi”, artinya orang itu mahir dalam berbicara.
Hathib bin Abi Balta’ah dianugerahi dua anak, yaitu Abdurrahman bin Hathib, yang dilahirkan semasa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang dikenal memiliki pendapat yang jitu, dan anaknya yang lain bernama Yahya bin Hathib, yang kemudian namanya menjadi julukan bagi Hathib, sehingga dia dipanggil Abu Abdullah.
Hathib Radhiyallahu Anhu termasuk salah seorang shahabat yang meriwayatkan sejumlah hadits dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Di antara hadits yang dia riwayatkan ialah sabda beliau, “Barangsiapa melihatku setelah aku mati, seolah-olah dia dapat melihatku ketika aku masih hidup, dan barangsiapa meninggal di salah satu dari dua tanah suci, maka dia akan dibangkitkan bersama orang-orang yang mendapat keamanan pada Hari Kiamat. “ (Al Isti’ab,1/349)
Itulah sosok shahabat mujahid, Hathib bin Abi Balta’ah Radhiyallahu Anhu, yang mendapatkan kabar gembira dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai penghuni surga. Begitulah sekilas paparan perjalanan hidupnya yang suci dan yang diperuntukkan bagi jalan Allah.
Pada tahun ketiga puluh Hijriyah, tepatnya pada masa khilafah Utsman bin Affan, Hathib merasakan saat perjumpaan dengan Allah dan Rasul-Nya sudah dekat. Tak seberapa lama kemudian, tidak lebih dari sepekan dia pun meninggal dunia, rohnya naik kepada Penciptanya dalam keadaan ridha dan diridhai. Jasadnya dikuburkan di Madinah. Adapun yang menshalati jenazahnya ialah Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu. Dia meninggal dunia pada usia enam puluh lima tahun. (Al Ishabah, 1/300)
Dalam lembaran para mujahidin yang tulus kita dapat membaca nama Hathib bin Abi Balta’ah termasuk mereka yang Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Dengan ketulusan iman yang memancar dari hati, dia berhak digolongkan orang-orang yang difirmankan Allah,
“Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan, di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).” (Al-Ahzab: 23).
Sumber: Lelaki yang Dijamin Surga, Ahmad Khalil Jam’ah, Darul Falah, h. 156-159