Tentang Masjid

Masjid Solo

Al-Qur’an menyebut masjid, baik dalam pola tertentu (ma’rifah) maupun pola tidak tertentu (nakirah), baik dalam bentuk tunggal (mufrad) maupun jamak (jama’), total sebanyak 28 kali.

Masjidil Haram disebut 15 kali; yakni dalam surat Al-Baqarah 6 kali (ayat 144, 149, 150, 191, 196, dan 217), Al- Ma’idah sekali (ayat 2), Al-Anfal 1 kali (ayat 34), At-Taubah 3 kali (ayat 7, 19 dan 28), Al-Israa` 1 kali (ayat 1), Al-Hajj 1 kali (ayat 28), dan Al-Fath 2 kali (ayat 25 dan 27).

Masjidil Aqsha disebut 1 kali (Al-Israa` ayat 1).

Lafazh masjid (bentuk mufrad) disebut sebanyak 6 kali; yakni surat Al-A’raf 2 kali (ayat 29 dan 31), At-Taubah 2 kali (ayat 107 dan 108), Al-Israa` 1 kali (ayat 7), dan Al-Kahfi 1 kali (ayat 27).

Selebihnya, lafazh masajid (bentuk jama’), sebanyak 6 kali; yakni Al-Baqarah 2 kali (ayat 114 dan 137), At-Taubah 2 kali (ayat 17 dan 18), Al-Hajj 1 kali (ayat 40), dan Al-Jin 1 kali (ayat 18).

Di antara penyebutan masjid itu, Al-Qur’an menyebutkan beberapa masjid secara khusus sebagai berikut:

Masjid Takwa

Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 108;

لَا نَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدُ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَهِّرِينَ (التوبة: ١٠٨ )

Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (At-Taubah:108)

Para ahli berpendapat bahwa predikat Masjid Takwa disematkan pada dua masjid; yakni Masjid Quba dan Masjid Nabawi di Madinah.

Masjid Quba

Sirah Nabawiyah mencatat bahwa dalam perjalanan hijrah, Rasulullah singgah di sebuah desa bernama Quba selama lebih kurang sepuluh hari. Di lahan pekarangan milik Kaltsum bin Hadan, salah seorang keluarga Amr bin Auf, dari suku Aus, Rasulullah untuk kali yang pertama mendirikan masjid.

Masjid Nabawi

Setelah lebih kurang tujuh bulan Rasulullah berada di Madinah, beliau membeli sebidang tanah milik dua orang anak yatim, Sahal dan Suhail; ditambah waqaf dari As’ad bin Zurarah An-Najjar dan bekas pekuburan musyrikin; di sanalah dibangun masjid.

Dibantu para sahabat Muhajirin dan Anshar, Rasulullah memulai pembangunan masjid. Melihat begitu bersemangatnya Rasulullah, salah seorang sahabat melantunkan syair;

لَئِن قَعَدنَا وَالنَّبِي يَعْمَلُ لَذَاكَ مِنَّا العَمَلُ الْمُضِلَّ

Jika kami cuma duduk-duduk sedang Nabi giat bekerja, berarti kami berbuat buruk dan bertindak aniaya

Sambil bekerja, Rasulullah spontan bersenandung;

اللَّهُمَّ إِنَّ الأَجرَ أَجرُ الْآخِرَةِ فَارْحَمِ الأَنصَارَ وَالمُهَاجِرَةَ اللَّهُمَّ إِنَّ الأَجرَ أَجرُ الْآخِرَةِ فَاغْفِرْ لِلأَنصَارِ وَالمُهَاجِرَةِ

وَعَافِهِم مِن حَرَ نَارِ سَاعِدَةُ فَإِنَّهُم لِكَافِرٍ وَكَافِرَة

Ya Allah, pahala itu hanya pahala akhirat

maka sayangilah Anshar dan Muhajirat

Ya Allah, pahala itu hanya pahala akhirat

maka ampunilah Anshar dan Muhajirat

Selamatkan mereka dari neraka panas sangat yang cuma layak bakar kafirin dan kafirat Dengan suka ria, para sahabat pun membalasnya;

اللَّهُمَّ لَا عِيشَ إِلَّا عِيشَ الْآخِرَةِ فَارِحَمِ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنَاصِرَةِ اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْر الْآخِرَةِ فَاغْفِرْ لِلأَنصَارِ وَالْمُهَاجِرَةِ

Ya Allah. tiada hidup kecuali hidup akhirat

maka sayangilah Muhajirin dan Anshirat

Ya Allah, tiada harta selain harta akhirat

maka ampunilah Anshar dan Muhajirat

Perlu dicatat, Allah mengabadikan kaum Muhajirin dan Anshar dengan beberapa julukan;

  • Umat Terbaik

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (آل عمران: ۱۱۰)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 110)

  • Generasi yang Allah Ridhai

وَالسَّبِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًۭا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة : ١٠٠)

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah; dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah: 100)

  • Generasi yang Allah Ampuni

 

لَقَد تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيعُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَّحِيمُ (التوبة: ۱۱۷ )

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang- orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. (At-Taubah: 117)

Masjid Dhirar

Masjid Dhirar disebutkan Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 107-110;

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِن قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (١) لَا نَقُمُ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدُ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَهِّرِينَ ) أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَم مَنْ أَسَّسَ بُنْيَنَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَأَنْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ جَ وَاللَّهُ : لَا لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ لا يَزَالُ بُنْيَنُهُمُ الَّذِي بَنَوْا رِيبَةً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَّا أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمُ (التوبة : ۱۰۷ – ۱۱۰ )

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antar orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah; “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri.

Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka, apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama- sama dengan dia ke dalam Neraka Jahanam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali apabila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (At-Taubah: 107-110)

Masjid Dhirar adalah masjid yang dibangun di dekat masjid Quba atas prakarsa orang-orang munafik dalam masjid Quba atas prakarsa orang-orang munafik dalam rangka menjebak Rasulullah.

Diriwayatkan bahwa Abu Amr Ar-Rahib memprovokasi orang-orang Banu Ghanam, yang sejak semula tidak senang akan kehadiran Nabi dan pembangun masjid di Quba, untuk mengusir Rasulullah beserta para sahabatnya dari Madinah. Caranya adalah dengan membangun masjid; manakala masjid rampung dibangun, mereka berupaya meminta Rasulullah untuk hadir dan shalat di dalamnya.

Tanpa curiga, Rasulullah, memenuhi harapan mereka itu usai perang Tabuk. Benar, dari Tabuk beliau langsung melanjutkan perjalanan ke Quba, tetapi di tengah perjalanan, tepatnya di suatu persinggahan bernama Dzi Auran, turunlah wahyu tersebut memperingatkan beliau.

Serta-merta Rasulullah memerintahkan beberapa orang sahabat menghancurkan Masjid Dhirar dengan sabdanya;

إِنطَلِقُوا إِلَى هَذَا الْمَسْجِدِ الظَّالِمُ أَهْلُهُ فَأَحْرِقُوْهُ وَاهْدَمُوهُ.

Berangkatlah ke masjid yang ahlinya zhalim itu; bakar dan binasakanlah ia.

Sumber: Keutamaan Shalat Berjamaah di Masjid, MYR Raswad, Pustaka Al Kautsar, h 162-174