Hikmah Tidak Disebutkannya Dajjal di Dalam Al-Qur’an

Kiamat adalah satu peristiwa dari rentetan peristiwa akhir zaman yang pasti akan terjadi. Sebagai seorang yang beriman kepada Allah, kita pun diwajibkan untuk beriman akan terjadinya hari kiamat. Karena barang siapa yang kufur dengan salah satu dari enam rukun iman, maka ia sama halnya kufur dengan semuanya. Allah Ta’ala berfirman,

وَيَوۡمَ يُنۡفَخُ فِىۡ الصُّوۡرِ فَفَزِعَ مَنۡ فِىۡ السَّمٰوٰتِ وَمَنۡ فِى الۡاَرۡضِ اِلَّا مَنۡ شَآءَ اللّٰهُ‌ وَكُلٌّ اَتَوۡهُ دٰخِرِيۡنَ

Artinya: “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An-Naml: 87)

Hari kiamat memiliki banyak tanda-tanda yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mulai dari munculnya Dukhan, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam ‘Alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api yang muncul dari Yaman. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam,

عن حذيفة بن أسيد الغفاري قال: اطلع النبي صلى الله عليه وسلم إلينا ونحن نتذاكر فقال:  ما تذاكرون؟ قالوا: نذكر الساعة قال:  إنها لن تقوم حتى تروا قبلها عشر آيات. فذكر: الدخان والدجال والدابة، وطلوع الشمس من مغربها، ونزول عيسى بن مريم، ويأجوج ومأجوج، وثلاثة خسوف: خسف بالمشرق، وخسف بالمغرب، وخسف بجزيرة العرب، وآخر ذلك نار تطرد الناس إلى محشرهم.

Artinya, “Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, “Apa yang kalian bicarakan?” Kami menjawab, “Kami membicarakan kiamat.” Beliau bersabda, “Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.” Kemudian Rasulullah menyebutkan, “Dukhan, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka,” (HR Muslim no. 2901)

Dari tanda-tanda hari kiamat tersebut, yang paling menarik perhatian adalah sosok Dajjal. Kenapa Dajjal disebut sebagai fitnah terbesar, dan kenapa Allah tidak menyebutkannya didalam Al-Qur’an?

Dajjal Sebagai Fitnah Terbesar

Di dalam sebuah hadits, Dajjal dikatakan sebagai fitnah terbesar bagi kaum muslimin. Ia mengaku sebagai tuhan dan mengajak umat manusia untuk mengikutinya. Ia membawa surga untuk menyeru agar mengikutinya, dan ia juga membawa neraka untuk menakuti siapa yang tidak mengikutinya. Karena itulah ia disebut sebagi fitnah terbesar. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ما بين خلق آدم إلى قيام الساعة خلق أكبر من الدجال

Artinya: “Tidaklah ada fitnah yang paling besar yang terjadi antara rentang waktu penciptaan Adam hingga terjadinya hari kiamat yang melebihi besarnya fitnah Dajjal”. (HR Muslim no 2946).

Oleh karena Dajjal merupakan fitnah terbesar, maka seluruh nabi telah memperingatkan kepada kaumnya akan bahayanya fitnah Dajjal. Dan Nabi Muhammad adalah satu-satunya nabi yang paling keras peringatannya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, bahwasannya Nabi Muhammad berdiri dihadapan kaumnya, kemudia beliau memuji Allah Ta’ala, kemudia ia menyebutkan tentang Dajjal dan bersabda,

إني لأنذركموه، وما من نبي إلا أنذره قومه، لقد أنذر نوح قومه، ولكني أقول لكم فيه قولا لم يقله نبي لقومه، تعلمون أنه أعور، وأن الله ليس بأعور

Artinya: “Sunggu aku memperingatkan kalian semua tentang (fitnah) Dajjal. Dan tidaklah diutus seorang nabi kecuali ia memberikan peringatan kepada kaumnya (tentang Dajjal). Sunnguh nabi Nuh telah memberi peringatan kepada kaumnya. Akan tetapi aku akan memberitahukan kepada kalian sesuatu yang tidak diberitahukan oleh para nabi sebelumku kepada kaumnya. Ketahuilah bahwasannya Dajjal itu buta sebelah, sedangkan Allah tidaklah buta.” (HR Bukhari no. 3057)

Dajjal diberi julukan sebagai Al-Masih karena matanya buta sebelah. Hal ini berbeda dengan Nabi Isa yang juga diberi julukan Al-Masih lantaran beliau mampu menyembuhkan orang buta dengan izin Allah. (Umar Sulaiman al-Asyqar, Al-Qiyamah As-Sugra)

Dan ia diberi nama ‘Dajjal’ karena ia mengganti kebenaran dengan kebathilan sebagaimana pendapat Ibnu Hajar yang dikutib oleh Umar Sulaiman Al-Asyqar di dalam kitabnya Al-Qiyamah As-Sugra. Maksud dari mengganti kebenaran dengan kebathilan adalah sebagaimana yang terkandung didalam sebuah hadits, dari Abu Umamah al-Bahili, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara fitnah Dajjal, dia menawarkan seorang Arab badui, ‘Renungkan, sekiranya aku bisa ‎membangkitkan ayah ibumu yang telah mati, apakah kamu akan bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu?’ ‎Laki-laki arab tersebut menjawab, ‘Ya.’ Kemudian muncullah 2 setan yang menjelma di hadapannya ‎dalam bentuk ayah dan ibunya. Keduanya berpesan, ‘Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dia ‎adalah Rabbmu.’” (HR. Ibnu Majah 4077)

Hikmah Tidak Disebutkannya Dajjal di Dalam Al-Qur’an

Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul Baari bahwa pertanyaan mengenai hikmah tidak disebutkannya Dajjal secara jelas dalam Al-Quran merupakan pertanyaan yang sudah sering ditanyakan. Padahal banyak keburukaan tentang Dajjal diterangkan di dalam hadits, banyak juga hadits yang menerangkan betapa  besarnya fitnah yang dibawa olehnya, para nabi pun memberi peringatan kepada umaatnya, serta perintah untuk meminta perlindungan darinya disetiap shalat,  maka kami memberikan beberapa jawaban sebagai berikut:

Pertama, bahwasannya Dajjal disebutkan dalam firman-Nya,

يَوْم يَأْتِي بَعْض آيَات رَبّك لَا يَنْفَع نَفْسًا إِيمَانهَا

 “Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu.” (Al-An’am: 158)

Imam muslim meriwayatkan dari hadist Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwasannya Nabi ﷺ bersabda: ada tiga peristiwa yang jika peristiwa tersebut telah terjadi maka tidak akan berguna lagi keimanan bagi seseorang yang belum beriman sebelum itu atau belum berusaha berbuat kebajikan dengan imannnya itu, yaitu: terbitnya matahari dari sebelah barat, dajjal dan dabbah (hewan melata).

Kedua, terdapat isyarat di dalam Al-Qur’an akan turunnya nabi Isa dalam firman-Nya:

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا

Artinya: “Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka”. (QS. An Nissa: 157-159)

Dan banyak riyawat yang telah membenarkan bahwasannya nabi Isa akan turun ke dunia dan membunuh Dajjal, maka cukuplah menyebut salah satu dari dua hal yang saling bertentangan yaitu Isa yang diberi laqob Al-Masiih dan Dajjal yang juga diberi laqob Al-Masiih.

Ketiga, Dajjal tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an itu sebagai bentuk penghinaan untuknya, namun pendapat ini dibantah dengan disebutkannya Ya’juj dan Ma’juj di dalam Al-Qur’an. Telah disebutkan di dalam tafsir Al-Baghawi, bahwasannya Dajjal telah disebutkan di dalam al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman,

لخَلۡقُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ اَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ النَّاسِ وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ

Artinya: “Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ghafir: 57)

Maksud dari kata ‘manusia’ di dalam ayat di atas adalah Dajjal. Kata tersebut menunjukkan pada sesuatu yang bersifat umum namun memiliki makna yang bersifat khusus, yaitu Dajjal.

Wallahu ‘alam bish-shawab

Sumber: Fathul Barri li Ibni Hajr juz 20 hal. 132