Puasa disebut Allah sebagai amalan ummat terdahulu juga, sehingga bagi ummat Nabi Muhammad ﷺ tidak ada keberatan. Berarti itu syariat universal, begitu pula shalat.
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ
“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.” (QS. Al-Anbiya, 21: 73)
Nabi ﷺ ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud:
أَيَّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ؟ قَالَ : « الصَّلاَةُ عَلىَ وَقْتِهَا ». قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ: ثُمَّ « بِرُّ الْوَالِدَيْنِ » قُلْتُ ثُمَّ أَىُّ ؟ قَالَ: « ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ » قَالَ : حَدَّثَنِيْ بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى ».
“Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Saya bertanya lagi, “Lalu amalan apa lagi, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Saya bertanya kembali, “Kemudian amalan apa lagi?” Beliau berkata, “Kemudian berjihad di jalan Allah.” Ibnu Mas’ud berkata, “Beliau (hanya) menyebutkan perkara tersebut, jika sekiranya aku bertanya lebih banyak, maka tentu beliau akan menambahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa artinya puasa kalau nggak shalat? Karena nggak shalat itu tanda orang kafir kalau sengaja.
بيْنَ الرَّجُلِ وبيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
“Perbedaan antara orang (muslim) dengan orang kafir dan musyrik adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Orang beriman itu diperintahkan agar shalatnya khusyu’,
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ
“(Yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya.” (QS. Al-Mukminun, 23: 2)
dan juga agar menjaga konsistensi tidak boleh bolong-bolong,
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَوٰتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ
“Serta orang yang memelihara salatnya.” (QS. Al-Mukminun, 23: 9)
Terlebih menjaga shalat Subuh dan Ashar,
اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا
“Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Israa’, 17: 78)
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ
“Peliharalah semua salat dan salat wustha (Ashar). Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah, 2: 238)
Dua waktu shalat itu dihadiri oleh malaikat yang tugas bergantian menjaga manusia. Nabi ﷺ bersabda:
يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ باللَّيْلِ ومَلَائِكَةٌ بالنَّهَارِ، ويَجْتَمِعُونَ في صَلَاةِ الفَجْرِ وصَلَاةِ العَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ، فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أعْلَمُ بهِمْ: كيفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فيَقولونَ: تَرَكْنَاهُمْ وهُمْ يُصَلُّونَ، وأَتَيْنَاهُمْ وهُمْ يُصَلُّونَ
“Para Malaikat di malam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, “Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Darda’, sahabat Nabi ﷺ yang bijak, berpesan: “Shalatlah di tengah malam untuk persiapanmu menghadapi gelapnya kuburan, berpuasalah pada hari yang terik panas untuk menghadapi panasnya padang mahsyar serta bersedekahlah agar terhindar kesulitan di akhirat.”
Ada juga di antara ulama salaf yang berpendapat: “Shalatmu akan menghantarkanmu setengah perjalanan menuju surga, puasamu akan menghantarkanmu ke depan surga, dan sedekahmu akan memasukkanmu ke dalam surga.”
Jangan sampai kita meninggalkan shalat dalam keadaan apapun, kecuali yang berhalangan secara syar’i, jaga shalat. Terlebih lagi nilainya bila shalat dilakukan berjamaah di masjid bagi lelaki kalau di zona hijau dan di rumah bila zona merah, tapi tetap berjamaaah karena nilainya 27 kali lipat. Apalagi dalam suasana Ramadhan, pahala tanpa batas.
Betapa indahnya keserasian itu. Ayo kita berbekal yang cukup dalam perjalanan pulang ke kampung akhirat. Bolehlah kita tidak mudik karena PSBB akibat COVID-19 tapi suatu keniscayaan kita akan kembali kepada Allah mempertanggung jawabkan kehidupan kita selama di dunia. Semoga kita semua selamat di akhirat kelak. Amin.