Pertama, Hubungan kita dengan Allah.
Terus beramal supaya kita selalu connect dengan Allah Ta’ala. Setiap penyimpangan dan pelanggaran itu sebabnya cuman satu, yaitu lupa kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
Dengan puasa Ramadhan, kita harus capai dimensi ini.
Puasa adalah amal ibadah yang pahalanya tanpa batas. Ada juga amalan lain, yaitu sabar dan memaafkan. Pada bulan Ramadhan kita menggabungkan tiga hal tersebut sekaligus.
Kedua, Dimensi hubungan kita antar sesama
Ini telah diterangkan secara rinci oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, yang dihimpun olehImam Bukhari dalam kitab Al Adabul Mufrad. Kitab ini berisi ribuan hadits yang menerangkan norma-norma Islam. Dimulai dari hubungan anak dengan orang tua, sampai kepada keluarga, saudara, tetangga, pembantu, bahkan hubungan dengan orang kafir.
Dimensi kedua ini jangan diabaikan. Jangan hanya sholat, zikir dan ibadah saja, tapi hubungan antar sesama manusia tidak bagus.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi, no. 1195. Dishahihkan Syaikh Al Albani)
Ketiga, Dimensi Terhadap Diri Sendiri
Jangan sampai menzalimi diri sendiri. Mereka yang menzalimi diri dengan merokok, inilah saatnya berhenti merokok.
Orang yang berpayah-payah kerja, tanpa henti, padahal badan juga perlu istirahat. Sebenarnya ia juga zalim terhadap diri-sendiri.
Sumber: www.faridokbah.com