قال العلَّامة ابن عثيمين رحمه الله
فالقنوط من رحمة الله لا يجوز، لأنه سوء ظن بالله، وذلك من وجهين :
“Berkata al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah : Putus asa dari rahmat Allah tidak diperbolehkan, karena hal tersebut termasuk prasangka buruk kepada Allah, hal itu dilihat dari 2 sisi :
الأول : أنه طعن في قدرته سبحانه، لأنّ من علم أن الله ﷻ على كل شيء قدير لم يستبعد شيئا على قدرة الله.
الثاني : أنه طعن في رحمته سبحانه، لأن من علم أن الله رحيم لا يستبعد أن يرحمه الله ﷻ ، ولهذا كان القانط من رحمة الله ضالّا .
ولا ينبغي للإنسان إذا وقع في كربة أن يستبعد حصول مطلوبه أو كشف مكروبه،
وكم من إنسان وقع في كربة، وظن أن لا نجاة منها، فنجاه الله ﷻ إما بعمل صالح سابق أو بعمل لاحِق
Pertama :
bahwasanya hal tersebut merupakan celaan terhadap kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala, karena orang yang mengetahui (meyakini) bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala maha kuasa atas segala sesuatu, maka dia tidak akan menganggap sesuatu sebagai hal yang mustahil bagi kuasa Allah.
Kedua :
Hal tersebut adalah celaan terhadap rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, karena barangsiapa yang mengetahui (meyakini) bahwasanya Allah maha penyayang maka dia tidak akan menganggap mustahil Allah subhanahu wa ta’ala merahmatinya, dan karena inilah seorang yang putus asa dari rahmat Allah tersesat.
Dan tidak selayaknya bagi seseorang jika tertimpa kesulitan dia merasa mustahil akan tercapai keinginannya atau hilang kesulitannya.
Betapa banyak orang yang tertimpa kesulitan dan dia mengira tidak bisa selamat darinya, kemudian Allah menyelamatkannya, bisa jadi karena amal shalihnya yang terdahulu atau amal shalih yang akan datang.”
Sumber : Kitab al-Qaulul Mufid fi Syarh Kitabut Tauhid lisy Syaikh Ibnu Utsaimin jilid 2 hal.103-104.