Bagi seorang mukmin, tentunya tidak ada yang paling berharga dalam hidupnya melebihi nikmat iman dan islam yang Allah anugerahkan kepadanya.
Kenikmatan yang tak akan bisa ditandingi dengan kemolekan dan keindahan dunia seisinya. Kenikmatan yang tak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kenikmatan yang tetap terasa manis meskipun dalam kondisi pahit dan sempit.
Sebagai sebuah renungan tentang betapa mahal dan berharganya iman, kita bisa memperhatikan bagaimana kondisi orang kafir yang hendak menyelamatkan diri dari belenggu siksa neraka. Tidak ada suatu keinginan pun melainkan upaya keras untuk menebus diri dengan apa yang dia miliki meskipun harus membayar dengan emas seberat bumi. Namun ujung dari itu semua adalah kesia-siaan dan kemustahilan belaka. Allah –Jalla Tsanâuh- berfirman :
﴿إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (91)﴾
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam kondisi kafir maka tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong”. [QS. Ali Imron; 91]
Di tengah kerusakan akhir zaman seperti saat sekarang ini, menjaga iman haruslah menjadi fokus utama. Merasa diri aman dari rusak dan pudarnya iman adalah musibah besar yang menjadikan setan dan bala tentaranya lebih leluasa menguasai jiwa seorang hamba. Sekaligus menjadi pertanda tidak ada perhatian dalam dirinya untuk merawat dan menjaga iman.
Ancaman akan kemungkinan pudarnya iman dari hati kaum muslimin telah dikabarkan oleh Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- melalui sabdanya:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا، وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ ”
“Dari Abu Umamah al Bahili dari Rosulullah -shollallohu ‘alaihi wa sallam- beliau bersabda: “Niscaya akan pudar ikatan-ikatan islam ini seutas demi seutas. Setiap kali terurai satu ikatan pastilah manusia akan berpegangan dengan ikatan yang berikutnya. Perkara pertama yang terlepas ikatannya adalah hukum (berhukum dengan hukum Allah.red) dan yang terakhir adalah (terlepasnya ikatan) sholat”. * [HR. Ahmad, al Hakim, al Thobroni dan Ibnu Hibban]*
Tersurat dan tersirat dalam hadits tersebut informasi futuristik yang terjadi sepeninggal Nabi Muhammad -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. Informasi penting yang memberitahukan kepada kita tentang upaya-upaya keras dari para pembenci syariat Islam (kaum kuffar) untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin secara keseluruhan dengan tahapan sistematis.
Serangan mereka difokuskan menyasar pada simpul utama kekuatan kaum muslimin yaitu menghilangkan penegakan hukum Allah dari mulai skala kecil berupa menghilangkan komitmen bersyariat dari setiap individu muslim hingga skala lebih besar meruntuhkan payung lembaga hukum berupa daulah Islamiyah ataupun khilafah Islamiyah.
Bagi hamba beriman, hari-hari ini menjadi pembuktian dari kebenaran sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam tersebut. Rencana dan strategi kafir telah dijalankan demi menghilangkan dan memudarkan iman. Dari pola yang halus hingga pola yang paling kasar dan sadis pun dilancarkan oleh mereka.
Serangkaian fakta dan data sejarah menyuguhkan keseriusan mereka memerangi Islam dan kaum muslimin. Mulai dari disebarkannya budaya permisif di tengah peradaban Islam hingga pembantaian sadis terhadap kaum muslimin yang terjadi di Andalusia, Palestina hingga belahan bumi lainnya yang mayoritas warganya adalah muslim. Menyusul kemudian diruntuhkannya khilafah islamiyah di tahun 1924 M. Tak berhenti sampai di sini saja, serangkaian tindakan brutal dan arogan pun mereka lancarkan. Mulai dari penembakan kaum muslimin di masjid-masjid Palestina hingga penghalangan sholat idul fitri di Tolikara.
Fenomena hari ini seharusnya membuat setiap hamba beriman semakin sadar bahwa tidaklah terjadi itu semua melainkan karena kebencian dan kedengkian kaum kafirin terhadap keimanan dan keislaman. Sebagaimana firman Allah yang mengkisahkan ashabul ukhdud (Para penggali Parit) :
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8)
“Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. * [QS. Al Buruj: 8]
Dari sini kita bisa memahami bahwa kebaikan dan kesholihan kita dengan iman dan islam ternyata mengundang sebuah “resiko” yaitu dimusuhi dan dibenci oleh iblis dan bala tentaranya dari kalangan kaum kafir. Oleh sebab itulah, mereka sangat bernafsu mencerabut setiap ikatan iman yang ada di dada seorang hamba.