Hidup Bersama Orang Baik Tidak Kalah Beratnya Dari Hidup Bersama Orang Buruk

Mungkin anda sering berkeluh kesah dan berkata: aduuh, susahnya hidup di masyarakat yang majemuk. Ada yang rajin sholat, namun banyak juga yang pemabok. Ada yang jujur namun tidak jarang pendusta, ada yang berjilbab namun banyak pula yang mengumbar auratnya. Ada yang berilmu dan dermawan namun betapa banyak yang bodoh dan pelit bahkan rakus. Bahkan ada yang muslim, namun banyak pula yang musyrik penganut agama-agama selain Islam.

Selanjutnya anda berangan angan: Duhai indahnya hidup di komplek orang orang baik. Semua masyarakat rajin sholat berjamaah di masjid, wanitanya menutup aurat, jujur, dan dermawan semua.

Apa yang anda ucapkan benar adanya, hidup di tengah tengah masyarakat yang majemuk memang berat. Sepanjang waktu, anda diuji dengan kehadiran mereka, diuji dengan orang kafir yang menjadi tetangga anda. Mereka menceritakan dan bahkan mendakwahi anda, dan diuji dengan pendusta, sehingga betapa sering anda menjadi korban penipuannya. Sebagaimana anda juga diuji dengan orang-orang jahat yang tidak ragu ragu untuk mengusik dan menggangu ketenangan anda.

Demikianlah faktanya, sehingga anda dituntut untuk sabar menghadapi mereka. Bila anda tidak sabar sudah dapat dipastikan diri anda sendirilah yang benar benar paling celaka. Sabar dengan manahan amarah, sabar dengan mengajari yang bodoh, sabar dengan menyantuni yang lemah, sabar dengan tetap tabah dan istiqamah sebagai orang baik, dermawan, jujur dan amanah.

Namun bila anda tidak sabar, maka anda akan marah, mengamuk dan hanyut oleh arus orang-orang buruk dan berputus asa. Demikianlah ketentuan Allah yang belaku di dunia ini, siapapun anda maka anda pasti dicoba dengan seluruh orang yang ada disekitar anda. Dan siapapun diri anda, maka ketahuilah bahwa anda adalah cobaan bagi semua orang disekitar anda.

Hanya dengan berbekalkan sabar anda dapat selamat dan istiqamah, Allah Ta’ala berfirman:

وَما أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا الفرقان ٢٠

“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasulpun sebelummu melainkan mereka itu pastilah makan makanan dan berjalan di pasar. Dan Kami menjadikan sebagian dari kalian sebagai ujian bagi sebagian lainnya apakah kalian bersabar, dan Tuhan-mu itu Maha Melihat.” (Al Furqan 20)

Dan kalaupun anda tinggal di komplek orang – orang baik, maka mereka juga cobaan bagi anda. Apakah anda bisa meneladani ketekunan dan keuletan mereka dalam kebaikan?

Anda bisa bayangkan, bila anda berada di tengah tengah orang dermawan yang ringan tangan bersedekah bukan hanya dengan jutaan bahkan milyaran, maka anda bisa jadi merasa gengsi bila bersedekah dengan seribu rupiah, sehingga anda “TERPAKSA” mengimbangi kedermawan mereka. Bila itu tejadi maka anda akan binasa karena ternyata tidak ikhlas dalam bersedekah.

Bila imam masjid mereka sholat tarawih dengan membaca surat-surat yang panjang, bisa jadi menyebabkan anda merasa berat untuk berjamaah sholat tarawih di masjid bersama mereka.

Atau bisa jadi anda tidak kuasa menahan kecemburuan hati anda tatkala melihat orang lain lebih berilmu, lebih lancar rejekinya, lebih banyak sedekahnya, lebih banyak amal ibadahnya, lebih banyak disanjung oleh orang.

Bila ternyata anda hidup di tengah tengah orang -orang yang rajin menuntut ilmu, maka mereka pasti akan banyak mengadakan kegiatan kajian dan yang serupa. Mereka bekerja seperlunya, dan hidup di dunia sederhana, jauh dari kemewahan dan gemerlap hidup dunia. Mereka puas dengan mengendarai motor atau kendaraan butut, menghuni rumah sederhana dan makan ala kadarnya.

Bisa jadi anda merasa kelelahan mengikuti keuletan mereka dalam menuntut ilmu, hingga akhirnya anda mundur secara teratur, dan kemunduran anda bisa jadi menyebabkan mereka sedikit demi sedikit turut mundur secara teratur, dan demikian seterusnya.

Mungkin dalam kondisi ini anda berkata: kalau saya mengikuti mereka, kapan saya bisa bekeja mencari kekayaan guna membangun rumah yang megah, membeli kendaraan yang mewah dan menikmati berbagai kenikmatan dunia?

Hidup bersama orang-orang baik ternyata tidak mudah, karena itu Allah Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya untuk membekali dirinya dengan kesabaran agar dapat hidup bersama orang-orang yang rajin beribadah. Allah Ta’ala berfirman:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِالدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah engkau (wahai Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan di waktu petang karena mengharap keridhaan Allah. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka, karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya sehingga segala urusanya telah melampaui batas.” (Al Kahfi 28)

Bila demikian halnya, apa yang akan anda lakukan?

Hanya ada satu solusi, yaitu sabar dalam menjalankan kebaikan, sabar sehingga tidak terpengaruh dengan perilaku orang yang buruk, sabar meneladani orang baik, dan sabar dengan senantiasa puas dengan apa yang telah anda dapatkan, inilah kebahagian yang sejatinya selama ini anda kejar dan anda cari.