Faidah Mengamati Kesudahan Perkara

Barang siapa yang sejak awal memperhatikan kesudahan dari berbagai perkara dengan mata hatinya, niscaya dia akan mendapatkan kebaikannya dan selamat dari keburukannya. Sedangkan orang yang tidak memperhatikan kesudahan berbagai perkara, maka perasaan akan mendominasi dirinya. Maka keselamatan yang sebenarnya dia cari, justru akan berbalik menjadi kepedihan dan kenyamanan yang sebenarnya dia dambakan, akan berbalik menjadi kepayahan.

Penjelasan tentang hal ini pada masa yang akan datang bisa menjadi jelas dengan mengingat hal yang telah lalu, yaitu engkau tak lepas dari dua keadaan yakni sepanjang umurmu engkau taat kepada Allah, atau durhaka kepada-Nya. Lalu manakah kenikmatan maksiatmu? Dan manakah rasa letih yang disebabkan ketaatanmu? Sungguh jauh bedanya masing-masing pergi dengan membawa apa yang ada padanya.

Andai saja dosa-dosa itu bila ditinggalkan akan membuatmu terbebas dari dua nestapa.

Aku perjelas lagi tentang hal ini: Gambarkanlah saat kematian menjelang, dan lihatlah betapa pahitnya penyesalan atas kelalaian. Aku tidak mengatakan ia (kematian) mengalahkan manisnya kenikmatan karena manisnya kenikmatan telah beralih rupa menjadi buah yang pahit sehingga yang tersisa hanyalah pahitnya kesedihan tanpa ada sesuatu yang melawannya.

Apakah engkau belum tahu juga bahwa segala hal tergantung kepada kesudahannya?

Maka perhatikanlah kesudahan segala perkara, niscaya engkau akan selamat. Dan janganlah engkau hanyut bersama hawa nafsu karena engkau akan menyesal.

Orang-orang yang memikirkan kesudahan dunia, dia akan berhati-hati dalam setiap langkah hidupnya. Dan orang yang yakin betapa panjang jalan yang harus dia lalui, ida akan mempersiapkan bekal untuk perjalanannya.

Betapa mengherankan perkara dirimu wahai orang yang yakin dengan suatu hal kemudian malah melupakannya dan tahu betul bahaya kondisi (yang dihadapi) namun kemudian malah menerjangnya. Dan engkau takut kepada manusia padahal Allah-lah yang berhak untuk engkau takuti. Nafsumu mengalahkanmu pada sesuatu yang engkau duga, namun engkau tidak bisa mengalahkan nafsumu pada sesuatu yang engkau yakini!

Hal yang paling mengherankan diantara hal-hal mengherankan adalah kegembiraanmu atas ketertipuan dirimu, dan lupanya dirimu dalam kesia-siaan akan (balasan setimpa) yang di sembunyikan (disiapkan) untukmu. Engkau tertipu dengan kesehatanmudan melupakan sudah dekatnya sakit. Engkau gembira dengan keselamatanmu, lalai akan kepedihan yang sudah dekat. Kematian orang lain telah memperlihatkan kepadamu akan kepastian kematianmu.

 Perbaringan akhir orang lain telah menampakkan pembaringanmu sebelum engkau mati. Upayamu menggapai kenikmatan hidup telah membuatmu sibuk dari mengingat hancurnya eksistensi dirimu. Seolah engkau belum mendengar berita mereka yang telah berlalu. Dan belum melihat pada orang-orang yang masih tersisa, apa yang di perbuat masa kalau engkau tak tahu, maka itulah negeri mereka yang telah di terpa angin dan pusara sepeninggalmu.

 

Sumber: Kitab Shaidul Khathir (Untaian Renungan Penuh Hikmah Pembangkit Energi Taqwa) oleh Abu Faraj Abdurrahman bin Al-Jauzi