Dari Abu Umamah al-Bahili r.a, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba dua orang laki-laki datang dan memapah lenganku lalu membawaku ke sebuah gunung yang terjal. ‘ Keduanya berkata, ‘Dakilah!’ ‘Aku tidak sanggup mendakinya’ kataku. ‘Kami akan memudahkannya untukmu’ kata mereka berdua.
Maka aku pun mendakinya. Sesampainya aku di puncak gunung itu tiba-tiba aku mendengar suara gemuruh. Aku bertanya, ‘Suara apakah itu?’ ‘Itu suara lolongan penghuni Neraka!’ kata mereka. Kemudian mereka membawaku. Aku melihat sekelompok manusia digantung dengan urat-urat kaki mereka, sudut mulut mereka terkoyak dan mengalirkan darah. ‘Siapakah mereka?’ tanyaku. ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum tiba waktunya!’ jawab mereka.
Lalu mereka membawaku. Tiba-tiba aku melihat sekelompok orang menggelembung sangat besar badannya, sangat bau dan sangat buruk rupanya. ‘Siapakah mereka?’ tanyaku. ‘Mereka adalah para pezina laki-laki dan wanita’ jawabnya. Kemudian mereka membawaku lagi. Tiba-tiba aku melihat kaum wanita yang digerogoti ular payudara mereka. ‘Ada apa gerangan dengan mereka?’ tanyaku. ‘Mereka adalah wanita-wanita yang menahan air susu mereka terhadap anak-anak mereka’ jawabnya.
Kemudian mereka membawaku lagi. Tiba-tiba aku melihat sekelompok anak-anak bermain-main di antara dua sungai. ‘Siapakah mereka?’ tanyaku. ‘Mereka adalah anak-anak kaum Muslimin’ jawabnya.
Kemudian mereka membawaku naik ke sebuah tempat tinggi, tiba-tiba aku melihat tiga orang yang sedang meminum khamer. ‘Siapakah mereka?’ tanyaku. Mereka menjawab, “Ini adalah Ibrahim, Musa dan Isa ‘alaihissalam, mereka sedang menunggumu,” (Shahih, HR an-Nasa’i dalam al-Kubraa [II/246], Ibnu Hibban [7491], Ibnu Khuzaimah [1986], ath-Thabrani dalam al-Kabiir [7666 dan 7667], al-Hakim [I/430] dan al-Baihaqi [IV/216]).
Kandungan Bab:
- Haram hukumnya sengaja berbuka sebelum waktunya (tidak berpuasa) pada bulan Ramadhan.
- Berbuka puasa sebelum waktunya pada bulan Ramadhan tidak dapat ditebus kecuali dengan taubat nasuhah dan banyak-banyak mengerjakan amalan nawafil (amalan sunnat).
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 1/157-158.