Allah Subhanahu wa ta’alaa berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki. Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Al-Maidah: 54)
Lima sifat yang telah Allah Subhanahu wa ta’alaa tetapkan dalam ayat tersebut adalah kunci untuk membangun mental pemenang bagi setiap pribadi muslim jika ingin memenangkan perjuangan islam,
Karakter yang pertama adalah “يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ”, Allah mencintai pribadi tersebut sebagaimana mereka mencintai Allah. Sedangkan untuk mencintai Allah ini, Allah telah menetapkan syaratnya. Allah Subhanahu wa ta’alaa berfiman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31)
Syarat jika seseorang mencintai Allah dia harus mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara totalitas. Baik ucapan perbuatan maupun persetujuannya, aspek kehidupan yang ia jalani harus mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan dalam sebuah hadits qudsinya, bahwa Allah akan cintai kepada hambanya bila seorang hamba menjalankan kewajiban-kewajibannya secara benar dan ditambah menjalankan sunnah-sunnahnya. Artinya, cinta kepada Allah harus berlanjut dengan cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengikuti hukum Allah maka harus berlanjut menjalankan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila itu dijalankan maka kita dapat memenuhi kriteria pertama ini. Agar kita dicintai Allah maka mari kita tunaikan kewajiban yang telah Allah bebankan kepada kita. Baik kewajiban kepada Allah, sesama manusia, dan kepada diri sendiri.
Umar bin Khatthab Radliyallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya kemenangan kalian itu diberikan Allah kepada kalian karena ketaatan kalian kepada Allah, dan karena kemaksiatan musuh-musuh kalian kepada Allah.”
Jika kita telah memiliki benteng yang kokoh dalam diri kita, dengan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dan mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seutuhnya, maka kita memiliki bekal yang cukup, menjadi pribadi yang kokoh.
Kemudian, karakter selanjutnya yang harus dimiliki oleh seorang mukmin, jika ingin memenangkan perjuangan islam adalah “أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ”. Merealisasikan persaudaraan sesama kaum mukminin. Karena jika syarat pertama yang bertujuan untuk membentuk keshalehan secara pribadi sudah tercapai. Maka fase berikutnya adalah mempererat hubungan sesama kaum mukminin. Untuk kemudian membangun kekuatan persaudaraan dengan mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diantaranya beliau bersabda,
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam; Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika dia mengundangmu maka datanglah, jika dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat, jika dia bersin lalu mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka doakanlah, jika dia sakit maka jenguklah, dan jika ia meninggal maka iringilah jenazahnya.”
Inilah salah satu gambaran persaudaraan yang luar biasa, yang terbangun sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat Radliyallahu ‘anhum. Mereka mendahulukan saudaranya meskipun dia sendiri membutuhkan. Bangunan persaudaraan yang kokoh ini akan melahirkan satu kekuatan. Oleh karena itu Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)
Allah mencintai pejuang-pejuang islam yang membela agamanya dalam satu barisan ibarat bangunan yang kokoh. Oleh karenanya kita diajari untuk menjaga shalat berjama’ah. Agar kita selalu kokoh di dalam kebersamaan. Sebaliknya, kita akan lemah jika berpecah belah. Berjamaah di dalam shalat, kebersamaan di dalam keluarga, kebersamaan di dalam bermasyarakat, berjamaah dalam mengurus segala macam potensi yang ada dalam masyarakat kita.
Sifat atau karakter selanjutnya adalah, “أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ” memiliki sikap tegas terhadap kekafiran, kepada kaum kuffar, terhadap kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh kaum kuffar. Apalagi mereka yang dengan sengaja menumbuhkan kerusakan di dalam tubuh kaum muslimin. Baik yang mereka lakukan melalui media, pendidikan, rancangan undang-undang dan lain sebagainya. Mereka lakukan untuk merusak tatanan umat islam.
Maka kita harus menolaknya dengan tegas. Kita harus memiliki sikap yang jelas atas segala bentuk kerusakan tersebut. Sikap inilah yang disebut dengan bara’. Berlepas diri dari segala bentuk kekafiran dan perilaku orang-orang kafir yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat yang telah Allah tetapkan. Lembut kepada sesama kaum mukminin tegas terhadap kaum kuffar.
Kemudian yang selanjutnya, “يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ” senantiasa dalam berjihad di jalan Allah. Jihad ini bersifat umum, baik itu jihad melawan hawa nafsu, jihad dalam membangun ekonomi, jihad dalam mencerdaskan umat dari kebodohan, jihad mengentaskan umat dari kemiskinan, sampai pada jihad mengangkat senjata, membela keutuhan umat dari serangan musuh-musuh Allah.
Jihad dalam arti menyeluruh memiliki tiga belas tahapan, empat tahapan untuk diri sendiri, kemudian dua tahapan jihad melawan setan, tiga tahapan jihad melawan orang-orang yang zalim, dan dan empat tahapan jihad melawan orang-orang kuffar.
Jika kemudian tahapan-tahapan tersebut dilakukan secara benar, itu artinya kita telah melakukan langkah-langkah positif. Menjaga keutuhan umat sekaligus melindunginya dari segala bentuk kerusakan. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan jihad seperti atap bagi sebuah rumah. Melindungi rumah tersebut dari hujan dan terik matahari serta gangguan lainnya. Ia adalah puncak dari ajaran Islam. Sehingga setiap pribadi muslim hendaknya siap untuk melakukan langkah ini. Dan tentunya, ia memerlukan pengorbanan, baik itu harta, tenaga, bahkan jiwa.
Kemudian sifat yang terakhir. “وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ” Ia tidak takut dicela oleh orang banyak. Karena ia tidak mengharapkan ridho manusia dan hanya mengharap ridho Allah. Jika Allah ridho sedangkan manusia murka, in syaa Allah kita akan dilindungi oleh Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan nasehat kepada kita,
“Barangsiapa yang mencari ridho Allah, sehingga hal ini membuat manusia murka, maka Allah akan melindungi orang tersebut.”
Oleh karenanya, janganlah kita berhenti berjuang hanya karena cemoohan sebagian manusia. Kita harus memiliki mentalitas yang kokoh. Karenanya, jika iman seseorang semakin kuat, mentalitas pada dirinya akan semakin tangguh, kokoh dalam kepribadian, dan tidak lagi memperdulikan sikap mereka yang tidak menyukainya.
Adapaun jika seseorang mudah terpengaruh dengan cemoohan dan kritikan orang lain, maka ia cenderung tidak memperhatikan keikhlasannya untuk Allah. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mencari ridho manusia namun Allah murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.”
Kita tidak membutuhkan pujian dari orang lain, sebagaimana kita tidak takut terhadap cacian orang lain. Yang terpenting kita berada di atas kebenaran, dan kita yakini kebenaran tersebut berdasarkan ketetapan dari Allah dan Rasul-Nya yang harus kita perjuangkan dan kemudian kita pasrahkan setelah itu kepada Allah Subhanhu wa ta’alaa. Sesungguhnya lima sifat tersebut, jika telah dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut telah memperoleh karunia dari Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Wallahu a’lam.