Larangan Memandikan Jenazah Orang yang Mati Syahid dalam Peperangan

Dari Jabir bin ‘Abdillah r.a, dari Rasulullah saw. bahwa beliau memberi instruksi dalam penanganan para syuhada yang gugur di peperangan Uhud, “Janganlah mandikan jenazah mereka! Sesungguhnya setiap luka atau darah akan mengeluarkan aroma kesturi pada hari Kiamat.” Dan beliau tidak menshalatkan mereka, (Shahih, HR Ahmad (III/299)

Kandungan Bab: 

  1. Tidak disyari’atkan memandikan syuhada’ yang gugur di medan perang. Dan tidak ada riwayat shahih dari Rasulullah yang menganjurkan memandikan orang yang gugur di medan perang. 
  2. Meskipun orang yang gugur di medan perang itu dalam keadaan junub seperti yang terjadi pada Hanzhalah bin Abi ‘Amir dan Hamzah bin ‘Abdil Muththalib. Sesungguhnya para Malaikat memandikan mereka.

    Al-Hafizh berkata dalam Fathul Baari (III/212), “Jawabannya, sekiranya memandikan syuhada hukumnya wajib tentu tidak cukup hanya dimandikan oleh Malaikat. Dan itu menunjukkan gugurnya kewajiban memandikan jenazah syuhada atas orang-orang yang mengurusnya, wallaahu a’lam” 

  3. Adapun menshalati jenazah syuhada, boleh saja tapi tidak wajib. Karena Rasulullah saw. menshalati jenazah Hamzah bin ‘Abdil Muththalib.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 1/601-602.