قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ ,قَالَ يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ فَلَمَّا أَنبَأَهُمْ بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ
Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguh-nya Engkaulah Yang Mahamengetahui lagi Mahabijaksana. (QS. 2: 32) Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku me-ngetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan”. (QS. 2: 33)
Inilah maqam (situasi) di mana Allah menyebutkan kemuliaan Adam atas para malaikat karena Dia telah mengkhususkannya untuk diberitahu mengenai nama-nama segala sesuatu yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Hal itu terjadi setelah mereka (para malaikat) bersujud kepadanya. Lalu Allah memberitahukan kepada mereka bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui.
Adapun Allah I menyebutkan “maqam” ini setelah firman-Nya, Î إِنِّى أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ Ï “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui,” karena adanya relevansi antara maqam ini dan ketidaktahuan para malaikat tentang hikmah penciptaan khalifah tatkala mereka bertanya tentang hal tersebut, maka Allah pun memberitahu mereka bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Oleh karena itu setelah Allah menyebutkan maqam ini untuk menerangkan kepada mereka kemuliaan yang dimiliki Adam, karena ia telah diutamakan memperoleh ilmu atas mereka, Allah pun ber-firman, Î وَ عَلَّمَ ءَ ادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا Ï “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya.”
Yang benar, Allah mengajari Adam nama segala macam benda, baik dzat, sifat, maupun af’al (perbuatannya). Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, yaitu nama segala benda dan af’al yang besar dan yang kecil. Oleh karena itu, Dia berfirman, Î ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ Ï “Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat.” Yakni memperlihatkan nama-nama itu sebagaimana yang dikatakan oleh Abdur Razak, dari Ma’mar, dari Qatadah, “Kemudian Allah mengemukakan nama-nama tersebut kepada para malaikat.”
Firman-Nya, Î فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن كُنتُم صَادِقِينَ Ï “Lalu Dia berfirman, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda tersebut, jika kamu memang orang-orang yang benar’”.
Mengenai firman-Nya, Î إِن كُنتُم صَادِقِينَ Ï “Jika kamu memang orang-orang yang benar,” dari Ibnu Abbas, adh-Dhahhak mengatakan, artinya, jika kalian memang mengetahui bahwa Aku tidak menjadikan khalifah di muka bumi.
As-Suddi meriwayatkan, dari Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas’ud, dan dari beberapa orang sahabat: “Jika kalian benar bahwa anak cucu Adam itu akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.”
Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling tepat mengenai hal ini adalah penafsiran Ibnu Abbas dan orang-orang yang sependapat dengannya, artinya yaitu Allah I berfirman: “Sebutkanlah nama-nama benda yang telah Aku perlihatkan kepada kalian, hai para malaikat yang mempertanyakan: ‘Me-ngapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan mem-buat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?’ Yaitu dari kalangan selain kami, “Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu?” Jika ucapan kalian itu benar bahwa jika Aku menciptakan khalifah di muka bumi ini selain dari golongan kalian ini, maka ia dan semua keturunannya akan durhaka kepada-Ku, membuat kerusakan, dan menumpahkan darah. Dan jika Aku menjadikan kalian sebagai khalifah di muka bumi, maka kalian akan senantiasa mentaati-Ku, mengikuti semua perintah-Ku, serta menyucikan diri-Ku. Maka jika kalian tidak mengetahui nama-nama mereka yang telah Aku kemukakan kepada kalian itu, padahal kalian telah menyaksikannya, berarti kalian akan lebih tidak mengetahui akan sesuatu yang belum ada dari apa-apa yang nantinya bakal terjadi.
Î قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَآ إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ Ï “Mereka berkata, Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau beritahukan kepada kami. Sesungguhnya Engkau yang Mahamengetahui lagi Maha-bijaksana.” Inilah penyucian dan pembersihan Allah yang dilakukan oleh para malaikat bahwasanya tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali dengan kehendak-Nya, dan bahwa mereka tidak akan pernah mengetahui sesuatu kecuali apa yang telah diajarkan-Nya.
Oleh karena itu mereka berkata,
Î سُـبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ Ï “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau beritahukan kepada kami. Sesungguhnya Engkau yang Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.” Artinya, Dia Mahamengetahui segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam penciptaan, perintah, pengajaran dan pencegahan terhadap apa-apa yang Engkau kehendaki. Bagi-Mu hikmah dan keadilan yang sempurna. “سُـبْحَانَ اللهِ” menurut riwayat Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Abbas, artinya penyucian Allah terhadap diri-Nya sendiri dari segala keburukan.
Umar t pernah mengatakan kepada Ali dan para sahabat y yang ada bersamanya, “Laa Ilaaha Illa Allah (tiada Ilah yang hak selain Allah), kami telah mengetahuinya. Lalu apa itu Subhanallah?” Maka Ali pun berkata kepadanya, “Itulah kalimat yang disukai dan diridhai Allah untuk diri-Nya sendiri serta Dia sukai untuk diucapkan.”
Firman Allah U:
Ïقَالَ يَآءَ ادَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْـمَآئِهِمْ فَلَمَّآ أَنبَأَهُمْ بِأَسْـمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ Î
“Allah berfirman: ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.’ Maka setelah itu diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: ‘bukankah sudah Aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.’”
Zaid bin Aslam mengatakan, Adam berkata: “Engkau ini Jibril, engkau Mikail, engkau Israfil, dan seluruh nama-nama, sampai pada burung gagak.”
Mengenai firman Allah, Î قَالَ يَآءَ ادَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ Ï “Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda.” Mujahid mengatakan, yaitu nama-nama burung merpati, burung gagak, dan nama-nama segala sesuatu.
Setelah keutamaan Adam u atas malaikat u itu terbukti dengan penyebutannya segala nama yang diajarkan Allah kepadanya, maka Allah I berfirman kepada para malaikat:
Î أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّـي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ Ï “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”
Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling tepat mengenai hal itu adalah pendapat Ibnu Abbas, bahwa makna firman-Nya,
Î وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ Ï “Dan Aku mengetahui apa yang kamu lahirkan,” Yaitu selain pengetahuan-Ku mengenai segala hal yang ghaib di langit dan di bumi, Aku juga mengetahui apa yang kalian nyatakan melalui lisan kalian dan apa yang kalian sembunyikan dari-Ku, baik itu apa yang kalian sembunyikan atau kalian perlihatkan secara terang-terangan. Yang mereka tampakkan me-lalui lisan mereka adalah ucapan mereka, Î أَتَجْعَلُ فِيْـهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا Ï “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya.” Sedangkan yang dimaksud dengna apa yang mereka sembunyikan, ialah apa yang disembunyikan oleh Iblis untuk menyalahi (perintah) Allah dan angkuh untuk menaati-Nya.
Lebih lanjut Ibnu Jarir mengemukakan, hal ini dibenarkan sebagaimana masyarakat Arab suka mengucapkan, “Pasukan telah terbunuh dan terkalahkan.” Padahal yang terbunuh dan terkalahkan adalah satu atau sebagiannya saja. Lalu berita tentang satu orang yang terkalahkan dan yang terbunuh itu di-nyatakan sebagai berita kekalahan kelompok mereka secara keseluruhan. Contohnya firman Allah U, Î إِنَّ الَّذِيـنَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَآءِ الْـحُجُرَاتِ Ï “Sesungguh-nya orang-orang yang memanggilmu dari luar kamar(-mu).” (QS. Al-Hujuraat: 3) Disebutkan bahwa yang memanggil itu sebenarnya hanyalah satu orang saja dari Bani Tamim. Demikian juga, lanjut Ibnu Jarir, firman Allah:
Î وَأَعَلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُـونَ Ï “Dan Aku mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. 2:34)
Ini merupakan kemuliaan besar dari Allah I bagi Adam yang juga dianugerahkan kepada anak keturunannya. Dimana Dia memberitahukan bahwa Dia telah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam.
Adapun maksudnya, bahwa ketika Allah I menyuruh para malaikat bersujud kepada Adam, maka Iblis pun termasuk dalam perintah itu. Karena, meskipun Iblis bukan dari golongan mereka, namun ia telah menyerupai mereka dan meniru tingkah laku mereka. Oleh karena itu, iblis termasuk dalam perintah yang ditujukan kepada para malaikat, dan tercela atas pelanggaran yang dilaku-kannya terhadap perintah-Nya.
Masalah ini, insya Allah kami akan menguraikannya pada penafsiran firman Allah I, Î فَسَجَدُوا إِلآَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمرِ رَبِّهِ Ï “Maka bersujudlah mereka kecuali Iblis. Ia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 50)
Ibnu Jarir, meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, katanya: “Iblis itu sama sekali bukan dari golongan malaikat. Iblis adalah asli bangsa jin, sebagaimana Adam adalah asli bangsa manusia.” Dan isnad riwayat ini shahih dari Hasan al-Bashri.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Mengenai firman-Nya, Î وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ Ï “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, bersujudlah kepada Adam,” Qatadah mengatakan, ketaatan itu untuk Allah sedangkan sujud ditujukan untuk Adam. Allah me-muliakan Adam dengan menyuruh para malaikat bersujud kepadanya.
Sebagian orang mengatakan, sujud tersebut adalah penghormatan, peng-hargaan, dan pemuliaan. Sebagaimana firman-Nya:
Î وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا Ï “Dan ia (Yusuf) menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud.”
Hal itu merupakan syari’at umat-umat terdahulu (sebelum umat nabi Muhammad r) namun cara memuliakan seperti itu dihapuskan dalam agama kita. Mu’adz pernah bercerita, aku pernah datang ke Syam, setibanya di sana aku menyaksikan mereka bersujud kepada para pendeta dan pemuka agama mereka. Lalu kukatakan, “Engkau, ya Rasulullah, lebih berhak untuk dijadikan tujuan dari sujud.” Maka beliau pun bersabda:
لاَ، لَوْ كُنْتَ آمِرًا بَشَـرًا أَنْ يَسْجُدُ لِبَشَـرٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْـجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْـهَا
“Tidak, seandainya aku dibolehkan memerintah manusia untuk bersujud kepada seseorang, maka aku akan menyuruh seorang isteri untuk bersujud kepada suami-nya, karena keagungan haknya atas (isterinya).” [HR.Abu Daud, al-Hakim, at-Tirmidzi, dengan sanad hasan].
Makna tersebut ditarjih oleh ar-Razi.
Dan sebagian lagi mengatakan, sujud tersebut ditujukan bagi Allah, dan Adam u hanya menjadi tempat kiblat saja. Sebagaimana firman Allah: Î أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ Ï “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir.” (QS. Al-Isra’: 78)
Tetapi perbandingan ini perlu ditinjau (dipertimbangkan), yang jelas pendapat pertama lebih tepat.
Mengenai firman-Nya, Î فَسَـجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيـسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ Ï “Maka bersujudlah mereka semua kecuali Iblis. Ia enggan serta takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir,” Qatadah mengatakan, musuh Allah, Iblis iri terhadap Adam u atas kemuliaan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Lalu iblis itu berkata, “Aku diciptakan dari api sedang ia (Adam) diciptakan dari tanah.”
Dosa yang pertama kali terjadi adalah kesombongan musuh Allah, Iblis, yang merasa enggan bersujud kepada Adam u. Dalam hadits shahih telah ditegaskan:
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan meski hanya sebesar biji sawi.”
Di dalam hati Iblis telah terdapat kesombongan, kekufuran, dan ke-ingkaran yang menuntutnya terusir dan terjauh dari rahmat Allah dan hadirat Ilahi.
Sebagian mufassir mengatakan, firman-Nya Î وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيـنَ Ï “Dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir.” Artinya Iblis menjadi termasuk golongan orang-orang yang kafir disebabkan karena penolakannya untuk ber-sujud kepada Adam.
Hal itu seperti firman-Nya: Î فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ Ï “Maka jadilah anak itu ter-masuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Huud: 43)
Demikian juga firman-Nya: Î فَـتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِـينَ Ï “Yang menjadikan kalian berdua termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35)
بِتَيْهَاءَ قَفْـرٍ وَالْمَطِـىَّ كَأَنَّهَا * قَطَ الْحَزْنِ قَدْ كَانَتْ فِرَاخًا بُيُوضُهَا
Di padang tandus yang menyesatkan
Sedang tunggangan seakan burung “qata” yang sedih
Yang dahulu induknya pun adalah anak yang baru menetas dari telurnya
Maksudnya pernah menjadi.
Ibnu Fawrak mengatakan, pengertiannya, bahwa Iblis dalam pengetahuan Allah adalah termasuk golongan orang-orang kafir. Pendapat tersebut ditarjih oleh al-Qurthubi. Ar-Razi dan ulama lainnya telah menyebutkan dua pendapat para ulama, apakah yang diperintah bersujud kepada Adam itu khusus para malaikat bumi ataukah umum mencakup malaikat bumi dan malaikat langit semuanya.
Masing-masing pendapat ada kelompok pendukungnya. Namun ayat ini pada lahirnya menunjukkan bahwa hal itu bersifat umum.
Firman-Nya: Î فَسَجَدَ الْمَلاَئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ إِلآإِبْلِيسَ Ï “Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama kecuali Iblis.” (QS. Al-Hijr: 30)
Di sini terdapat empat hal yang memperkuat pendapat yang menyata-kan bersifat umum. Wallahu a’lam.
Sumber: Diadaptasi dari Tafsir Ibnu Katsir, penyusun Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ishak Ali As-Syeikh, penterjemah Ust. Farid Ahmad Okbah, MA, dkk. (Pustaka Imam As-Syafi’i)