Surah Al-Baqarah Bag. 12

Cover Tafsir

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. 2:28)

Allah Ta’ala berfirman untuk menunjukkan keberadaan dan kekuasaan-Nya serta menegaskan bahwa Dia Rabb Pencipta dan Pengatur hamba-hamba-Nya. Î كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ Ï “Mengapa kamu kafir kepada Allah.” Artinya, mengapa kamu mengingkari keberadaan-Nya atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu.

Î وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ Ï “Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidup-kan kamu.” Maksudnya, dahulu kamu tidak ada, lalu Dia mengeluarkan kamu ke alam wujud. Ayat tersebut sama dengan firman-Nya:

Î رَبَّنَآ أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ Ï “Ya Rabb kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula).” (QS. Al-Mu’min: 11)

Mengenai firman Allah Ta’ala yang terakhir ini, dengan bersumber dari Ibnu Abbas, ad-Dhahhak mengatakan, “Dulu, sebelum Dia menciptakan kamu, kamu adalah tanah, dan inilah kematian. Kemudian Dia menghidupkan kamu sehingga terciptalah kamu, dan inilah kehidupan. Setelah itu Dia mematikan kamu kembali, sehingga kamu kembali ke alam kubur, dan itulah kematian yang lainnya. Selanjutnya Dia akan membangkitkan kamu pada hari kiamat kelak, dan inilah kehidupan yang lain lagi.”

Demikian itulah dua kematian dan dua kehidupan. Dan itu merupakan pengertian firman-Nya tersebut:

Î كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ Ï “Mengapa kamu kafir ke-pada Allah, padahal dahulu kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali.”

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menuju) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit Dan Dia Mahamengetahui segala sesuatu. (QS. 2:29)

Seusai menyebutkan dalil-dalil berupa penciptaan umat manusia dan apa yang mereka saksikan dari diri mereka sendiri, Allah Ta’ala juga menyebutkan dalil lain yang mereka saksikan berupa penciptaan langit dan bumi, maka Ia ber-firman, Î هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِـي الأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَي السَّمَآءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ Ï “Dia-lah Allah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia berkendak menuju langit, lalu Dia jadikan tujuh langit.” Artinya, menuju langit. Kata istawa’ dalam ayat di atas mengandung makna “berkehendak” dan “mendatangi”, karena menggunakan kata sambung “ilaa.”

Î فَسَـوَّا هُنَّ Ï, maksudnya, “lalu Dia menciptakan langit, tujuh lapis.” Î السَّـاءُ Ï “langit,” di sini adalah isim jinsi. Oleh karena itu, Dia berfirman: Î فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ Ï “Lalu Dia jadikan tujuh langit.” Î وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيْمٌ Ï “Dan Dia Mahamengetahui segala sesuatu.” Artinya, ilmu Allah itu meliputi seluruh apa yang diciptakan-Nya. Sebagaimana firman-Nya, Î أَلاَيَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ Ï “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (apa yang kamu tampakkan dan sembunyikan).” (QS. Al-Mulk: 14) Penjelasan rinci mengenai ayat ini ada pada tafsir surat as-Sajdah.

Mengenai firman Allah Ta’ala, Î هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيْعًا Ï “Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu.” Mujahid mengatakan, Allah menciptakan bumi sebelum langit. Dan seusai menciptakan bumi, lalu membumbung asap darinya (bumi), dan itulah makna firman-Nya: Î ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَآءِ وَهِيَ دُخَانٌ Ï “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap.” (QS. Fushshilat: 11)

Îفَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ Ï “Lalu Dia menjadikan tujuh langit.” Mujahid mengatakan, sebagian langit di atas sebagian lainnya. Dan tujuh bumi, maksudnya sebagian bumi berada di bawah bumi lainya.

Sumber: Diadaptasi dari Tafsir Ibnu Katsir, penyusun Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ishak Ali As-Syeikh, penterjemah Ust. Farid Ahmad Okbah, MA, dkk. (Pustaka Imam As-Syafi’i)