KIBLAT.NET, Jakarta – Musthofa B Nahrawardhaya menilai kesan MissWorld tidak akan bisa berubah dari masa ke masa sepanjang tahun dan sepanjang hidup. Meskipun, acara tersebut dipoles sedemikian rupa agar nampak seperti ajang pencarian bakat biasa. Pasalnya Miss World memiliki substansi yang ajeg dalam memanfaatkan segi fisik wanita.
“Sebab esensi perhelatan besar itu, meskipun disebut sebagai ajang kreatifitas pengenalan wisata atau bertendensi promosi wisata, tetap tidak jauh dari unsur-unsur eksploitasi seksualitas, eksploitasi fisik peserta, hingga sarat akan visualisasi segi-segi amoral yang lain,” Kata pria yang juga calon anggota Legislatif DPR asal Partai Keadilan Sejahtera ini dalam siaran pers yang dikirim ke kiblat.net, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Musthofa mengungkapkan hal tersebut sebagai responnya terhadap pernyataan Corporate Affairs Director RCTI, Syafril Nasution, Rabu (4/09/2013) kemarin, yang mengatakan bahwa pihaknya sudah bernegosiasi dengan pemerintah pusat, banyak Ormas, para Ulama, dan bahkan yayasan-yayasan yang ada di Indonesia.
Syafril mengaku dari pertemuan-pertemuan tersebut akhirnya muncul rencana style MissWorld yang konon akan berbeda dari biasanya. Karena dilaksanakan di Indonesia, kata Syafril, maka Missword akan menggambarkan seputar budaya Indonesia. Selain itu juga akan mempertimbangkan etika, agama dan sosial masyarakat Indonesia.
Kata Musthofa, mengingat banyaknya kontra terhadap perhelatan besar MissWorld, maka tidak ada buruknya, pihak penyelenggara mendengar ulang pendapat para tokoh, para ulama, dan para sesepuh Negeri ini. Sehingga apapun kegiatannya, nantinya menjadi sebuah kebanggaan Indonesia, tanpa penolakan sebesar yang dilakukan masyarakat terhadap MissWorld.
“Pemaksaan terhadap perhelatan ini, hanya akan menimbulkan gesekan sosial dan memancing perang fisik antara kelompok yang menentang dan kelompok yang mempertahankannya,” wanti-wantinya.
Miss World Berpotensi Benturkan Rakyat
Musthofa juga khawatir dengan munculnya upaya saling menggalang dukungan kepada kelompok-kelompok masyarakat, baik itu penggalangan dukungan dari penyelenggara ataupun penggalangan dukungan dari penentang MissWorld. Sangat rawan dimainkan kelompak tertentu dan merugikan bangsa hanya karena sebuah agenda acara tersebut.
“Sehingga, upaya penggalangan ini sungguh sangat berpotensi mengadudomba antar kelompok yang sebelumnya tidak ada masalah. Jika ini tidak diperhatikan, maka sangat berpeluang menjadi aksi kekerasan dan perpecahan antar elemen Bangsa ini hanya karena sebuah perhelatan yang dinamakan MissWorld,” ungkap pria yang juga koordinator Indonesia Crime Analyst Forum (ICAF) ini.
Selain itu, menurut Musthofa pihak yang mengusung perhelatan MissWorld, bertanggung jawab atas kemarahan di berbagai kota dan daerah. Kemarahan yang sangat wajar karena mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam sangat memiliki hak untuk membendung Budaya-budaya asing yang dikhawatirkan bisa merusak moral dan akidah generasi muda.
“Penyelenggara semestinya mengerti bahwa dengan berbagai pertimbangan, penyelenggaraan ini tidak akan berdampak positif apabila dipaksakan,” tegasnya.
Apalagi, kata Musthofa, bentuk-bentuk ekspresi seni dalam negeri sendiri sebenarnya masih banyak yang susah untuk diatur sehingga sebagian dari mereka, kini tidak lagi menghormati budaya santun dan budaya religius adat ketimuran yang dimiliki.
“Anehnya, pihak swasta kini malah mencoba menambah babak baru dengan membombardir persoalan budaya dalam negeri melalui budaya asing yang dinilai oleh tokoh-tokoh Ormas Islam khususnya, tidak akan menambah baik kondisi bangsa dari sisi moral budaya,” lontarnya.
Batalkan Miss World
Maka dari itu, Musthofa menghimbau pihak panitia Miss World untuk mengikhlaskan diri membatalkan acara tersebut demi kepentingan bersama.
“saya menyarankan agar pihak penyelenggara, dalam hal ini RCTI, supaya dengan “legowo” menghentikan MissWorld. Baik yang diselenggarakan di Bali maupun di Sentul Jawa Barat,” sarannya.
Jika, pihak penyelenggara tidak pula mendengar saran-saran para tokoh Ormas Islam agar menghentikan prosesi MissWorld ini. Musthofa menyarankan Pemerintah Republik Indonesia-lah, dalam hal ini Presiden SBY untuk menghentikannya.
“Demi menghormati Pancasila dan UUD 1945, serta menghormati ajaran agama Islam yang mayoritas dipeluk penduduk yang dipimpinnya,” tandasnya.