Dr. Ahmad Zain An Najah, MA
يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيه
“Wahai manusia! Sesungguhnya kamu bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya” (Qs. al-Insyiqaq: 6)
Kadih berarti Sa’in, yaitu bersungguh-sungguh dalam beramal. Di dalam tafsir Qurtubi disebutkan: al-Kadhu adalah beramal dan berusaha.
Maksudnya bahwa semua manusia akan beramal dan bekerja dengan sungguh-sungguh di dalam hidup ini. Dia akan selalu saja menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya, baik dia seorang penguasa, orang kaya, maupun rakyat kecil yang miskin, tanpa terkecuali, semuanya pasti bekerja, beramal, bergerak di dalam kehidupan ini. Ini sesuai dengan arti dari Al –Insan (manusia) yang berasal dari an-Nausu, yaitu beraktivitas dan bergerak.
Kesungguhan manusia di dalam bekerja, beramal dan beraktivitas dengan sesuatu yang baik maupun yang buruk akan terus berlangsung sampai dia menemui ajalnya dan bertemu dengan Allah, Dzat Yang menciptakannya, untuk dimintai pertanggung jawaban atas segala amal yang dikerjakan selama hidupnya.
Ibnu Katsir berkata : “Yaitu bersungguh-sungguh menuju Rabb-mu dan ber-amal dengan amal yang (kamu bertemu dengannya). Kemudian engkau akan bertemu dengan apa yang engkau perbuat dari yang baik maupun dari yang buruk.“
Di dalam hadist Jabir bin Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ لِي جِبْرِيْلُ : يَا مُحَمَّدَ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُلَاقِيْهِ
“Berkata Jibril kepadaku: “ Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, sesungguhnya kamu akan mati, dan cintailah siapa yang engkau kehendaki, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, dan ber-amal-lah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan menemui amal-mu tersebut.“ (Shahih al Jami’, no : 4355, Hasan)
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ
”Maka adapun orang yang catatannya diberikan dengan tangan kanannya,“ (Qs. Al Insyiqaq: 7)
Al-Yamin artinya tangan kanan, bisa juga diartikan kekuatan, keberkatan dan kebahagiaan. Artinya, orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan, dia akan bahagia dan mendapatkan keberkatan dan keberuntungan.
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
“Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,“ (Qs. Al Insyiqaq: 8)
Al-Hisab artinya hitungan atau pemeriksaan, maksudnya bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas amal perbuatannya di dunia ini. Adapun orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya, maka akan dihitung dan diperiksa amalnya dengan pemeriksaan yang mudah, yaitu al-Ardhu (pemaparan).
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya:
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman: “ Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘Ardhu. Namun barang siapa yang ditanya tentang hisabnya, maka ia akan binasa. “ (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Ardhu sebagaimana disebutkan dalam Tafsir As-Sa’di: “Allah menetapkan bagi hamba akan dosa-dosanya, setelah dia merasa akan binasa, Allah berfirman: “Saya telah menutupi dosa-dosa tersebut atasmu di dunia, maka pada hari ini saya tutup dosa-dosamu untukmu. “
Di dalam riwayat lain Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَا رَسُوْلَ الله، مَا الْحِسَابُ الْيَسِيْرُ؟ قَالَ: أَنْ يَنْظُرَ فِي كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ لَهُ عَنْهُ
“Ya Rasulullah, apa maksud “pemeriksaan yang mudah“? Beliau bersabda : “Allah akan melihat catatan amal seorang hamba, kemudian dilewatkan (dimaafkan).“ (HR. Ahmad)
وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا
”Dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (Qs. Al Insyiqaq: 9)
Berkata Qurtubi : “ (yaitu kembali ) kepada istri-istrinya di syurga dari golongan bidadari. ( Dalam keadaan senang ) bahagia sejuk matanya. “
Tetapi juga ada yang berpendapat, dia akan kembali bertemu dengan keluarganya sewaktu di dunia, yaitu keluarganya yang beriman dan bertaqwa.
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ
” Dan adapun orang-orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang.” (Qs. Al Insyiqaq: 10)
Berkata Ibnu Katsir: “Yaitu diberikan dengan tangan kirinya dari belakang punggugnya, yaitu tangan kirinya dilipatkan ke belakang, dan diberikan catatan amalnya melalui tengan kirinya. “
فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا
”Maka dia akan berteriak, “Celakalah aku!” (Qs. Al Insyiqaq: 11)
Ibnu Asyur berkata : “ Tsubur artinya kehancuran dan keadaan yang jelek, yang merupakan kata-kata yang sering diungkapkan seseorang jika mengalami kesengsaraan dan kecelakaan “
وَيَصْلَى سَعِيرًا
“ Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.“ (Qs. Al Insyiqaq: 12)
Yasla artinya : terkena api dan merasakan panasnya. Berkata Qurtubi : yaitu masuk neraka sampai merasakan panasnya api.
إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا
“ Sungguh, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya.” (Qs. Al Insyiqaq: 6)
Di dalam tafsir Qurtubi disebutkan bahwa Ibnu Zaid berkata: “ Allah menggambarkan ahli syurga dengan rasa takut, sedih, menangis, khawatir ketika mereka hidup di dunia, maka Allah memberikan kepada mereka kenikmatan dan kesenangan di Akherat, kemudian beliau menukil firman Allah :
إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ
“(Mereka berkata): “Sesungguhnya kami dahulu sewaktu di tengah-tengah keluarga kami (di dunia) merasa takut (akan adzab Allah), maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab api neraka.“ (Qs. at-Thur ( 52 ) : 26-27)
Setelah itu, beliau melanjutkan : “ Dan Allah menggambarkan keadaan ahli neraka dengan kesenangan, tertawa dan bersenang-senang ketika di dunia, maka Allah berfirman :
إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُوراً
“ Sungguh, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya. “
Berkata Ibnu Katsir : “ Yaitu kesenangan tanpa memikirkan akibatnya ( di akherat ), dan tidak takut dengan apa yang akan terjadi di depannya ( di hari kiamat ), maka Allah menjadikan setelah kesenangan yang sedikit itu, dengan kesedihan yang panjang .
إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ
“Sesungguhnya dia mengira bahwa dia tidak akan kembali.“ (Qs. Al Insyiqaq: 14)
Yahur adalah kembali, maksudnya bahwa orang kafir mengira bahwa dia tidak akan kembali kepada Tuhannya, untuk dimintai pertanggung jawaban atas segala amalnya.
Di dalam suatu hadist disebukan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam berdo’a :
اللّهُمّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الحور بعد الكور
“ Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kembali (kepada kekufuran) setelah (mendapatkan) tambahan (keimanan). “ (HR. Ibnu Majah, Shahih)
بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا
.”Tidak demikian, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. “ (Qs. Al Insyiqaq: 6)
Allah membantah keyakinan orang kafir yang tidak percaya kepada hari kebangkitan, bahwa Allah Maha melihat apa yang mereka perbuat dan mereka akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggung jawabkan segala amalnya.
Pondok Gede, Rabu, 24 Sya’ban 1434 / 3 Juli 2013
*Penulis adalah Direktur Pesantren Tinggi Al-Islam, Pondok Gede, Bekasi. (ahmadzain.com)