(An-najah) – Tidak adanya pernyataan secara resmi yang dikeluarkan oleh Israel menyusul serangan udara pada gudang senjata di Suriah awal bulan ini memicu tuduhan dari semua arah. Damaskus mengutuknya sebagai upaya untuk menghancurkan rezim, Teheran mengatakan bahwa target riil serangan itu ialah Iran dan Hizbullah, sedangkan analis di AS mengatakan itu adalah sebuah pertunjukan “kredibilitas.”
Namun, seorang komandan pejuang Suriah memiliki pandangan berbeda: “Serangan itu dalam mendukung Assad,” ujarnya.
Abdul Qader Saleh, komandan Brigade Al-Tawhid, mengatakan kepada kantor berita Cihan Turki bahwa rezim Bashar Assad sebenarnya sudah dikalahkan, bahwa Iran dan Hizbullah, dengan dukungan Israel, yang kini sedang berjuang mencegah kejatuhannya.
“Oposisi Suriah sedang dalam proses untuk mengambil alih senjata Assad dan itulah sebabnya Israel menyerang Suriah,” ujar Saleh.
“Ada beberapa pejabat senior Suriah yang berencana untuk membelot dan menyerahkan senjata kepada oposisi. Israel membom mereka karena takut mereka akan jatuh ke tangan oposisi. Depot senjata itu berisi sistem pertahanan udara dan artileri berat. Serangan itu adalah dalam mendukung Assad. “
Serangan udara Israel ke Damaskus pada 04 Mei 2013
Pernyataan ini berbenturan dengan dengan analisis yang mengklaim bahwa Israel bertujuan untuk menggulingkan Assad untuk kemudian menyerahkannya ke Iran. Klaim ini memang seirama dengan niat Israel. Tapi, pernyataan Saleh tidak keluar begitu saja tanpa alasan yang jelas.
Efraim Halevy, yang menjabat sebagai kepala Mossad 1998-2002, berpendapat sama di laman Foreign Affairs:
Tujuan strategis yang paling signifikan bagi Israel sehubungan dengan Suriah ialah Israel selalu berharap wujudnya perdamaian yang stabil, dan itu bukan sesuatu yang diharapkan ketika perang sipil yang terjadi saat ini dan telah merubah banyak hal. Israel akan campur tangan di Suriah ketika dianggap perlu, serangan pekan lalu memberikan ‘pesan kuat” atas tekad itu. Tapi, bukan sekedar kebetulan jika serangan mereka yang berfokus pada penghancuran depot senjata, dan bahwa Israel telah memberikan ada indikasi untuk campur tangan lebih jauh. Yerusalem akhirnya, memiliki sedikit minat dalam aktif mempercepat kejatuhan Bashar al-Assad.
Israel tahu satu hal penting tentang Assad: selama 40 tahun terakhir, mereka telah berhasil mempertahankan ketenangan di sepanjang perbatasan Israel-Suriah.
Jika Anda membandingkan penilaian politis Israel atas ancaman yang harus dilakukan pada Assad dengan ancaman penilaian Israel harus dilakukan pada mujahidin dan rakyat Sunni yang mungkin dapat mendapuk kursi kekuasaan di Suriah, jelas bagi Israel, yang terakhir ini jauh lebih buruk. Kebijakan luar negeri Israel memang suatu ancaman keamanan dan tindakan kriminal, tetapi tidak bodoh.
Tidak hanya Israel dalam segala kemungkinan melihat Assad kurang mengancam dibandingkan milisi al-Qaeda, tetapi ada juga argumen di luar sana, yang kemarin dibuat oleh Thanassis Cambanis dalam laman Foreign Affairs, bahwa dukungan Iran Apada ssad menguras sumber daya dan reputasi Republik Syiah Iran di wilayah tersebut. Kebijakan untuk menyerang depot senjata di Suriah dapat dilihat sebagai sesuatu yang positif bagi Israel.