Bashar al-Assad Bantah Kabar Kabur dan Mati

Hidayatullah.com—Presiden Suriah Bashar al-Assad menangkis semua rumor yang mengatakan dirinya bersembunyi di suatu tempat di Iran atau di kapal perang Rusia. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Turki, Assad mengatakan pemerintah Ankara ikut bertanggungjawab atas kematian rakyat Suriah.

“Saya berada di Suriah, hidup di tempat yang sama seperti biasanya. Saya tidak bersembunyi di dalam bunker. Semua yang dikatakan tentang kematian atau menghilangnya saya merupakan kabar burung yang dilancarkan para musuh untuk menurunkan moral rakyat Suriah,” kata Assad dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Turki Ulusal Kanal TV yang dipublikasikan pada hari Jumat kemarin, lansir Russia Today Sabtu (6/4/2013).

Dalam wawancara itu Assad mengomentari berbagai masalah, terutama dukungan negara asing kepada kelompok oposisi yang menentangnya.

“Liga Arab sendiri kurang memiliki legitimasi,” kata Assad menggarisbawahi. “Organisasi ini mewakili negara-negara Arab, bukan rakyat Arab. Saat kami bekerja dalam organisasi ini kami melihatnya sendiri. Liga ini bukan saja tidak bisa memberikan status kekuasaan kepada siapapun, dia juga tidak bisa melucutinya dari siapapun. Peran organisasi ini simbolis,” ungkap Assad.

“Legitimasi hanya diberikan kepada atau diambil oleh rakyat … Jika rakyat Suriah memberikan anda legitimasi, maka anda adalah presiden yang sah,” kata Assad kepada wartawan yang mewawancarainya.

Sebagaimana diketahui, negara-negara Barat dan Liga Arab memberikan pengakuan kepada kelompok oposisi yang tergabung dalam Dewan Nasional Suriah (SNC) sebagai wakil rakyat Suriah yang sah. Liga Arab bahkan sudah memberikan kursi Suriah, yang diberhentikan sementara keanggotaannya, kepada SNC belum lama ini.

Lebih lanjut Assad memperingatkan, apabila rezimnya digulingkan secara paksa maka efek domino atau efek beruntun akan terjadi, sehingga negara-negara di Timur Tengah, Barat, Timur, Utara dan Selatan akan terpengaruh dampaknya. Ketidakstabilan akan terjadi di berbagai kawasan selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun ke depan, ancam Assad.

Krisis Suriah, kata Assad, bukanlah masalah lokal. Dia menegaskan bahwa Suriah sudah menjadi medan pertempuran bagi negara-negara internasional yang ingin menggambar ulang peta kekuatan di kawasan tersebut.

Itu mengapa, katanya, negara-negara anggota kerjasama ekonomi BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) secara tidak langsung mendukungnya, dengan menentang campur tangan Barat dalam konflik Suriah.

Ocehan Bashar al-Assad tidak berhenti di situ. Dia menuding pemerintah Turki menggunakan uang Qatar untuk mempersenjatai para pejuang dari kelompok Islam yang menentangnya.

Dilansir The Guardian (6/4/2013), Assad mengatakan bahwa Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan “tidak mengeluarkan satu patah kata pun yang jujur sejak Suriah terpuruk ke dalam krisis.”

“Pemerintah Turki terendam setinggi lutut darah rakyat Suriah,” kata Assad menuding Ankara ikut bertanggungjawab atas kematian rakyatnya.

Dia menambahkan, “api di Suriah akhirnya akan membakar Turki, [Erdogan] tidak melihat realita ini.”

Rumor Assad mati

Sejak akhir Maret lalu berkembang kabar yang memberitakan bahwa Presiden Suriah Bashar Al-Assad telah mati, dibunuh kelompok pejuang Suriah anti rezim.

Kabar yang awalnya berkembang di sejumlah forum tersebut, kemudian dikutip berbagai situs berita.

Dalam berita itu antara lain disebutkan, Abu Ali Khubayyah, komandan Brigade Syuhada Dauma, salah satu kelompok FSA, mengumumkan pada Jumat malam (29/3/2013) bahwa Bashar al-Assad telah berhasil dibunuh dalam serangan yang terkoordinasi oleh Brigade Dauma di istana kepresidenan Suriah. Pengumuman tentang kematian Assad itu direkam dalam video yang diunggah ke YouTube.

Menurut pemantauan Hidayatullah.com, kabar kematian Assad itu bahkan sudah berkembang di forum diskusi di dunia maya sejak 25 Maret 2013. Disamping itu, ada pula yang mengabarkan Assad bersembunyi dan dilindungi tentara asing dari Iran atau Rusia.

Namun, tidak ada satupun media internasional yang memiliki reporter di Suriah, yang mengabarkan tentang kematian Assad tersebut.*