Islampos.com – TARI Pendet adalah sebuah tarian yang terkenal sekali di Indonesia. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada tahun 1970-an. Ia termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara keagamaan. Ingat, sekali lagi, ia dipentaskan dalam acara keagamaan. Lantas agama apa yang kemudian dipersembahkan dalam tarian ini? Tidak lain adalah ajaran agama musyrik yang menyembah dewa-dewa yakni Hindu.
Hal ini ikut diamini oleh Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Wayan Dibia. Ia menegaskan bahwa menarikan tari Pendet sudah sejak lama menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu Bali.
Namun jangan heran, ketika Tarian ini justru dilestarikan oleh pemerintah kita. Karena kita juga sadari kita hidup disebuah Negara dimana batasan musyrik yang menejerumuskan bangsanya kepada kekafiran, tidak begitu diperhatikan. Tari ini saja ketika diklaim oleh tetangga kita, Malaysia, justru pemerintah Indonesia yang marah. Warga Nusantara berbondong-bondong ingin menyerang Malaysia karena ajaran musyrik dari Negara Indonesia diklaim sama Malaysia. Harusnya kita marah, tapi bukan dalam perspektif nasionalisme, tapi Islam. Kita harus marah, karena jangan sampai saudara semuslim kita di Malaysia, bisa batal keimanannya hanya karena ikut mengagungkan tarian musyrik ini.
Dari Abu Hurairah Ra berkata:“Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim adalah saudara sesama muslim, tidak boleh menganiaya sesamanya, tidak boleh membiarkannya teraniaya dan tidak boleh merendahkannya. Taqwa (kepatuhan kepada Allah) itu letaknya disini….” Dan beliau mengisyaratkan ke dadanya. Perkataan ini diulanginya sampai tiga kali. ”Cukup besar kesalahan seseorang, apabila dia menghinakan (merendahkan) saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap sesame muslim, terlarang menumpahkan darahnya (membunuh atau melukai), merampas hartanya dan merusak kehormatannya (nama baiknya).”
Tari-tari wali yang tercipta di Bali memang sangat kental akan inflitrasi tarian-tarian ritual di India. Menurut mitologi, tarian-tarian wali itu diciptakan oleh Dewa Brahma dan Dewa Siwa yang terkenal dengan tarian kosmisnya, yaitu Siwa Nata Raja. Di mana Dewa Siwa memutar dunia dengan gerakan mudranya yang berkekuatan ghaib. Setiap sikap tangan dengan gerakan tubuh memiliki makna dan kekuatan tertentu sehingga tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan rupa atau pakaian, tetapi mempunyai kekuatan sekala dan niskala. Di Bali tidak sembarang digunakan. Hanya para Sulinggih (Brahmana atau orang suci) saja yang menggunakan gerakan tangan mudra ini, karena sangat sakral.
Selanjutnya, di Bali untuk menambah kekuatan sekala dan niskala pada tarian, sering kali tarian disertai dengan sesajian Pasupati untuk penari atau perlengkapan tari tertentu. Untuk pertunjukkan tari wali tertentu, diawali dengan sesajian dan tetabuhan agar tidak diganggu bhuta kala giraha dan bhuta kala kapiragan. Tak jarang persembahan tari dalam ritual tertentu dilakukan prosesi Pasupati, baik secara sederhana dengan menggunakan banten Pasupati atau dilakukan dengan lebih khusus, lebih besar atau istimewa untuk memohon agar si penari dibimbing sesuai dengan kehendak Ida Betara.
Maka itu kultur pagan yang menyembah Dewa-dewa sangat mengalir deras ke dalam tari pendet. Tari pendet ini memiliki makna untuk menyambut dewata yang turun ke bumi. Ia seakan sebuah simbol yang diberikan warga Hindu untuk menyambut Tuhannya ke muka bumi.
Dalam literatur Hindu, dewata bermakna “Para Dewa” atau dewa dalam bentuk jamak. Dewata dapat berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Terdapat banyak jenis dewata sepeti:wanadewata (roh penjaga hutan), gramadewata (dewa desa), dewata penjaga penyeberangan sungai, gua, gunung, dan tempat-tempat keramat lainnya. Dewata penjaga penjuru mata angin disebut Dewata Lokapala atau Dewata Nawa Sanga. Masing-masing kasta Hindu memiliki dewata pelindung, dan setiap aktivitas manusia memiliki dewata perwujudannya dalam ranah spiritual atau aspek rohani.
Maka bagaimana mungkin kita mengapresiasi ajaran kafir seperti ini bersamaan dengan status kita sebagai seorang mukmin. Padahal Allah jelas sekali memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menjauhi thaghut atau tuhan-tuhan Palsu yang akan melunturkan tauhid kita.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan ): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu,” (QS An-Nahl 36)
“Sungguh, bila kamu berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az Zumar 65)
(Pz/Islampos)