Asbabun Nuzul Surah al-Waaqi’ah

Al Quran 7

Ayat 13 dan 14, yaitu firman Allah ta’ala,

“Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (al-Waaqi’ah: 13-14)

Sebab Turunnya Ayat

Imam Ahmad, Ibnul Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanad yang di antara rangkaian perawinya ada seorang yang tidak dikenal dari Abu Hurairah yang berkata, “Ketika turun ayat, ‘Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian,’ orang-orang mukmin merasa cemas dan khawatir. Akhirnya, turunlah ayat 39-40, ‘Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.'”

Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitabnya, Taariikh Dimasyq, dengan sanad yang di antara rangkaian perawinya ada yang harus diteliti lagi tsiqah-annya dari Urwah bin Ruwaim dari Jabir bin Abdullah yang berkata, “Ketika turun ayat 1, ‘Apabila terjadi hari kiamat,’ yang di dalamnya disebutkan, ‘Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian,” Umar ibnul-Khaththab berkata, ‘Wahai Rasulullah, jadi (penghuni surga itu) segolongan besar dari orang-orang terdahulu, sebaliknya hanya segolongan kecil saja dari kita?’ Lanjutan dari surah ini ditangguhkan Allah turunnya hingga setahun lamanya dan baru kemudian turun ayat 39-40, ‘Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.

Setelah turunnya ayat ini, Rasulullah berkata, “Wahai Umar, kemarilah dan dengarlah apa yang baru saja diturunkan Allah, yaitu ayat 39-40, ‘Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.’

Riwayat seperti di atas diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dari Urwah bin Ruwaim secara mursal.

Ayat 27, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.” (al-Waaqi’ah” 27)

Sebab Turunnya Ayat

Sa’id bin Manshur meriwayatkan dalam kitab as-Sunan dan al-Baihaqi dalam kitab al-Ba’ats dari ‘Atha’ dan Mujahid yang berkata, “Tatkala penduduk Thaif meminta dihadirkan sebuah lembah yang indah dan di dalamnya ada madu maka permintaan tersebut dikabulkan. Lembah tersebut sangat memikat. Ketika terdengar orang-orang berkata bahwa di surga terdapat ini dan itu, maka mereka lalu berkata, “‘Aduhai, alangkah bahagianya jika di surga terdapat berbagai hal seperti yang ada di lembah ini.’ Allah lalu menurunkan ayat,

“Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas.”‘ (al-Waaqi’ah: 27-30)

Ayat 29, yaitu firman Allah ta’ala,

“Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya).” (al-Waaqi’ah: 29)

Sebab Turunnya Ayat

Dari jalur yang lain, Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Mujahid yang berkata, “Orang-orang sangat tertarik dengan Buj, sebuah lembah di daerah Thaif, terutama dengan kerindangannya serta dengan pohon pisang dan bidadarinya.” Allah lantas menurunkan ayat,

“Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas.”‘ (al-Waaqi’ah: 27-30)

Ayat 75-82, yaitu firman Allah ta’ala,

“Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Apakah kamu mengganggap remah berita ini (Al-Qur’an)? dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya).” (al-Waaqi’ah: 75-82)

Sebab Turunnya Ayat

Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Pada suatu malam di masa Rasulullah turun hujan. Di pagi harinya, Rasulullah lalu berkata, ‘Di antara manusia ada yang pagi ini bangun dalam keadaan bersyukur dan ada pula yang ingkar (kafi).’ Hal itu karena ketika hujan turun semalam, ada yang berkomentar, ‘Hujan ini adalah rahmat dari Allah’, sementara yang lain berkata, ‘Telah tepat letak bintang ini.’ Setelah itu, turunlah rangkaian ayat ini.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Harizah yang berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki Anshar pada Perang Tabuk. Ketika sampai di suatu daerah, pasukan kaum muslimin berhenti untuk beristirahat. Rasulullah lalu memerintahkan mereka agar tidak membawa air dari tempat itu sedikitpun. Mereka lantas melanjutkan perjalanan hingga ketika sampai di daerah berikutnya mereka tidak lagi memiliki persediaan air. Mereka lalu mengadukan hal itu kepada Rasuullah. Rasulullah lalu shalat dua rakaat kemudian berdoa untuk meminta huja. Allah lalu menurunkan hujan kepada mereka hingga semuanya bisa minum dengan puas. Seorang laki-laki dari Anshar lantas berkata kepada seseorang dari kaumnya yang diperkirakan seorang munafik,” ‘Tidakkah engkau melihat bahwa baru saja Nabi saw. berdoa, Allah lalu menurunkan hujan kepada kita?’ Akan tetapi laki-laki dari kaumnya itu menjawab, ‘Tidak, sesungguhnya kita mendapat curahan hujan karena pengaruh bintang ini dan itu.'”

Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 543 – 546.