Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala,
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.” (al-Munaafiquun: 5)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah yang berkata, “Kepada Abdullah bin Ubay pernah disarankan, ‘Jika saja engkau mau datang mengahdap Nabi saw. niscaya beliau akan memintakan ampunan untukmu!’ Akan tetapi, orang ini langsung memalingkan wajahnya (begitu mendengar nasihat tersebut). Terhadap sikapnya itu, Allah lantas menurunkan ayat, ‘Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.” Ibnul Mundzir juga meriwayatkan riwayat serupa dari Ikrimah.
Ayat 6, yaitu firman Allah ta’ala,
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (al-Munaafiquun: 6)
Sebab Turunnya Ayat
Dari Urwah diriwayatkan, “Tatkala turun ayat 80 surah at-Taubah, ‘(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka…,’ Rasulullah berkata, “Saya sungguh akan melebihkan permohonan ampunan tersebut dari tujuh puluh kali.” Allah lalu menurunkan ayat ini.”
Dari Mujahid dan Qatadah juga diriwayatkan riwayat yang mirip dengan di atas.
Dari al-‘Ufi dari Ibnu Abbas diriwayatkan, “Ketika urun ayat baraa’ah (ayat yang menegaskan berlepasnya Allah dari orang-orang musyrik), Rasulullah lantas berkata, ‘Saya merasa bahwa saya mendapat pengecualian dari hal tersebut. Oleh karena itu, saya sungguh akan memintakan ampunan untuk mereka lebih dari tujuh puluh kali, mudah-mudahan dengan begitu Allah akan mengampuni mereka.” Setelah itu, turunlah ayat ini.”
Ayat 7-8, yaitu firman Allah ta’ala,
“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah , benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (al-Munaafiquun: 7-8)
Sebab Turunnya Ayat
Imam Bukhari meriwayatkan dari Zaid bin Arqam yang berkata, “Suatu ketika, saya mendengar Abdullah bin Ubay bin Salul berkata kepada teman-temannya, ‘Jangan sampai kalian memberikan bantuan harta kepada orang-orang yang bersama Rasulullah. Dengan demikian, mereka akan binasa. Selanjutnya, jika nanti kita kembali ke Madinah niscaya orang-orang yang mulia (yaitu kelompok kita) akan mengusir orang-orang yang hina itu (yaitu Nabi saw. dan para sahabat) dari kota tersebut.’
Saya lantas menceritakan ucapannya tersebut pada paman saya yang selanjutnya menyampaikannya kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah memanggil saya (untuk menanyakan kebenarannya,) saya pun menceritakan apa yang telah saya dengar. Beliau lantas memanggil Abdullah bin Ubay dan para sahabatnya. Akan tetapi, mereka kemudian bersumpah tidak pernah berkata demikian. Rasulullah terlihat menyalahkan saya dan sebaliknya lebih mempercayai ucapan orang-orang itu. Hal tersebut membuat saya diliputi perasaan sedih yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ketika saya sampai di rumah, paman saya pun ikut berkata, ‘Sesungguhnya engkau hanya membuat Rasulullah mendustakanmu dan marah kepadamu.’ Akan tetapi, Allah lantas menurunkan ayat 1 surah al-Munaafiquun, ‘Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad)….’ Rasulullah lalu menyuruh seseorang untuk memanggil saya. Beliau lalu membacakan ayat tersebut kepada saya seraya berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah membenarkan ucapanmu.'” (509)
Riwayat di atas memiliki banyak jalur periwayatan. Pada sebagian jalur disebutkan bahwa peristiwa itu berlangsung pada saat Perang Tabuk, sementara surah ini turun di malam hari.
505. Shahih Bukhari, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 4904
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 575 – 578.