Surah al-Lail

Mtq

Ayat 1-21, yaitu firman Allah ta’ala,

“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang,dan penciptaan laki-laki dan perempuan,sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk, dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia. Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu ni’mat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha TInggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (al-Lail: 1-21)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Abi Hatim dan lainnya meriwayatkan dari al-Hakim bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ada seorang laki-laki kaya yang memiliki sebatang kurma yang dahannya menjulur ke pekarangan rumah seorang laki-laki fakir yang memiliki banyak anak. Jika laki-laki kaya itu datang ke rumahnya ia sering memanjat pohon kurma tadi untuk mengambil buahnya. Tetapi, terkadang beberapa butir di antara kurma tersebut jatuh ke tanah lalu anak-anak orang fakir itu mengambilnya. Akan tetapi, jika laki-laki kaya itu melihatnya, maka ia segera turun lantas merenggut kembali kurma yang telah dipegang oleh anak-anak itu. Bahkan, apabila kurma itu telah berada di dalam mulut anak-anak itu, maka ia juga tidak segan-segan memasukkan jarinya ke mulut mereka untuk mengambilnya kembali.

Laki-laki fakir itu lantas mengadukan tindakan tetangganya tersebut kepada Rasulullah. (Setelah mendengar pengaduannya), Rasulullah lantas menyuruhnya pulang ke rumah. Suatu hari, Rasulullah bertemu dengan pemilik kurma tersebut. Beliau lalu berkata, “Berikanlah kepada saya pohon kurmamu yang dahannya menjulur ke rumah si Fulan dan sebagai imbalannya engkau akan mendapatkan sebatang pohon di surga.” Akan tetapi, laki-laki itu menjawab, “Saya ingin memberinya karena saya memiliki banyak pohon kurma. Akan tetapi, di antara semuanya tidak ada yang paling saya sukai buahnya daripada pohon yang satu itu.” Setelah berkata demikian, laki-laki itu pun berlalu. Ketika itu, ia sempat berpapasan dengan seorang laki-laki yang sempat mendengarkan percakapannya dengan Rasulullah.

Laki-laki yang mendengarkan percakapan tadi lantas bergegas menemui Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah imbalan yang engkau janjikan kepada laki-laki kaya tadi juga berlaku bagi saya jika saya berhasil mendapatkan pohon kurma itu?” Rasulullah menjawab, “Ya.” Laki-laki yang juga memiliki banyak pohon kurma itu lantas berlalu dan segera menemui si pemilik kurma.

Setelah bertemu, si pemilik kurma berkata, “Apa pendapatmu dengan ucapan Muhammad yang menjanjikan akan memberi saya sebatang kurma di surga jika saya mau memberikan kurma saya yang condong ker rumah si Fulan? Akan tetapi, saya menanggapinya seraya berkata, ‘Saya ingin memberinya karena saya memiliki banyak pohon kurma. Akan tetapi, saya sangat menyukai buah dari pohon kurma yang satu itu.’ Saya memang memiliki banyak pohon kurma. Akan tetapi, di antara semuanya tidak ada yang paling saya sukai buahnya daripada pohon itu.” Laki-laki kaya menjawab, “Tidak, kecuali jika saya diberi apa yang saya mau. Sementara itu, saya tidak yakin ia akan memberinya.” Laki-laki tadi berkata lagi, “Berapa imbalan yang engkau inginkan?” Si pemilik kurma menjawab, “Empat puluh batang kurma.”

Mendengar ucapannya itu, laki-laki yang datang tadi berkata, “Permintaanmu itu sungguh terlalu tinggi.” Setelah berkata demikian, laki-laki itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya berkata “Baiklah, saya setuju membelinya dengan empat puluh batang kurma. Sekarang, jika engkau sungguh-sungguh, panggilah saksi jual belinya!” Laki-laki kaya itu lantas memanggil beberapa orang kaumnya untuk menjadi saksi transaksi tersebut. Setelah selesai, laki-laki tadi lantas datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya pohon kurma itu telah menjadi milik saya dan saya sekarang memberikannya kepada engkau.” Rasulullah lantas datang ke rumah laki-laki miskin tadi lalu berkata, “Pohon kurma ini sekarang menjadi milikmu dan keluargamu.” Allah lalu menurunkan ayat, “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)…,” hingga akhir surah. Ibnu Katsir mengatakan bahwa riwayat ini sangat ganjil.

Al-Hakim meriwayatkan dari Amir bin Abdullah ibnuz-Zubair dari bapaknya yang berkata, “Suatu ketika, Abu Quhafah berkata kepada anaknya, Abu Bakar ash-Shiddiq, ‘Wahai anakku, saya melihatmu hanya memerdekakan budak-budak yang lemah saja. Kenapa engkau tidak memerdekakan budak-budak yang kuat sehingga mereka dapat menjadi penjaga dan penolong bagimu?’ Abu Bakar lalu menjawab, ‘Wahai ayah, yang saya harapkan hanyalah imbalan dari Allah.’ Terhadap tindakan Abu Bakar itu, turunlah surah ini.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Urwah bahwa Abu Bakar telah memerdekakan tujuh orang budak yang seluruhnya tengah dalam kondisi disiksa (oleh majikannya) karena mengakui keesaan Allah swt.. Terhadap tindakannya inilah turun ayat 17, “Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa,…” hingga akhir surah.

Al-Bazaar meriwayatkan dari Ibnu Zubair yang berkata, “Ayat 19, ‘Dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya,’ hingga akhir surah turun berkenaan dengan Abu Bakar ash-Shiddiq.”

Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 624 – 627.