Masjid, Rohis, Sunni… Sudah Jadi Target Fitnah, Kini Giliran Cadar!

Arab Wanita

SALAM-ONLINE.COM: Masjid, rohis, sunni, … sudah jadi target fitnah, kini giliran ‘cadar’. Kalimat ini mengalir dari seorang pembaca saat mengomentari berita “Jika Kasus Tahanan Kabur Tidak Diluruskan, Maka ‘Cadar’ Akan Kena Fitnah” (salam-online/8/11/2012).

Betul. Masjid, rohis, sunni, aktivis, jenggot dan celana cingkrang (celana di atas mata kaki) sudah jadi imej fundamentalis, radikalis dan ekstrem. Ketika aktivis masjid ditangkap dan dituding teroris tanpa bukti–imej di publik seakan sang aktivis sudah pasti teroris.

Di Tangerang, kata salah seorang aktivis Islam, sudah ada kaum ibu yang melarang anaknya aktif dalam kegiatan remaja masjid. Itu dampak dari penangkapan ngawur terhadap aktivis masjid belum lama ini.

Penangkapannya heboh, penuh sensasi dan dramatis, diliput oleh banyak media. Muncul di semua stasiun TV dalam program berita. Para orang tua pun dibuat takut kalau anak-anak mereka aktif dalam kegiatan remaja masjid.

Sementara ketika mereka yang ditangkap kemudian dibebaskan, karena mereka memang bukan ‘teroris’, eh, beritanya tak seheboh saat penangkapan, bahkan yang menangkap pun tak minta maaf secara terbuka, misalnya lewat media massa. Tak ada pula pemulihan nama baik untuk mereka yang kadung terlanjur oleh publik dicap sebagai ‘teroris’.

Begitu pula saat berita ‘rohis teroris’, para orang tua mewanti-wanti anak-anak mereka untuk tidak ikut kegiatan rohis di sekolah. Target pembentukan opini untuk menjauhkan siswa dari aktivitas ke-Islaman di sekolah bisa disebut tercapai jika para ortu dan anak-anak mereka menelan mentah-mentah “makar” untuk Islam ini.

Ketika nama ‘HASMI’ muncul sebagai kelompok ‘teroris’ baru, organisasi HASMI yang tak ada kaitannya dengan ‘terorisme’ sudah tentu dirugikan. ‘HASMI’ yang disebut sebagai organisasi ‘teroris’ adalah kependekan dari ‘Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia’. Sementara HASMI yang sudah lama berdiri dan tak ada kaitannya dengan ‘makhluk terorisme’ adalah singkatan dari Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami.

Singkatannya sama persis. Kepanjangannya mirip. HASMI yang Sunni dan tak terkait dengan ‘terorisme’ jelas sangat dirugikan. Para orang tua was-was anaknya sekolah di lembaga pendidikan di bawah HASMI. Bahkan, pernikahan aktivis HASMI hampir batal lantaran pihak perempuan mengira HASMI terkait dengan ‘teroris’.
Para ulama Aceh pernah protes kepada salah seorang Bupati sebuah kabupaten karena melarang PNS di lingkungannya berjenggot. Alasannya jenggot identik dengan ‘teroris’. Dan bagi yang tidak mengindahkan akan ditindak.Para ulama di Aceh menyatakan memelihara jenggot dalam Islam merupakan sunnah Rasul.
Beberapa pegawai pun menuturkan bahwa mereka tidak setuju dengan pernyataan bupati. Tidak ada aturan yang melarang PNS berjenggot. Pernyataan itu keliru, Islam menganjurkan ummatnya memelihara jenggot dan merupakan salah satu ciri yang membedakan seorang Muslim dengan non-Muslim.
“Ternyata masih banyak orang-orang yang salah waktu minum obat. Dokter memerintahkan 3 x 1 hari setelah makan. Tapi yang dilakukan adalah 4 x 1 hari sebelum kenyang”.

Pernyataan jenggot identik dengan ‘teroris’ tak hanya disampaikan seorang bupati di Aceh, tapi sejumlah pejabat–sipil dan militer–di negeri ini diketahui pernah mencoba membangun opini negatif soal jenggot.

Kini, ‘cadar’ pun kena sasaran. Jadi target fitnah berikutnya. Diawali dengan berita 23 wanita bercadar yang membesuk tahanan terpidana ‘terorisme’ di rutan Polda Metro jaya, selasa (6/11/2012).

Dalam kasus ini, tentu pengaitan ‘cadar’ dengan ‘terorisme’ sebagai sesuatu yang inherent tak dapat dipungkiri. Karena, wanita bercadar pasti identik atau berhubungan dengan ‘terorisme’, sebagaimana orang berjenggot identik dengan ‘teroris’, celana cingkrang sama dengan ‘teroris’, aktivis masjid dan rohis juga ‘teroris’–bahkan mereka yang mengenakan jubah pun adalah ‘teroris’.

Lantas, apakah kaum pria, para ustadz, kiai, ulama di banyak negara Islam yang memelihara jenggot itu ‘teroris’ semua? Itu sama saja menuduh Rasulullah, para sahabat, tabi’in, ulama dan seterusnya itu ‘teroris’. Apakah Muslimah di banyak negara Timur Tengah yang bercadar itu merupakan bagian dari kelompok ‘teroris’? Memangnya siapa yang berhak dan punya otoritas mencap orang sebagai ‘teroris’?

Rupanya, opini itulah yang ingin dibangun. Ini adalah bagian dari ghazwul-fikri, yang dahsyatnya orang-orang Islam sendiri yang benci terhadap sesuatu yang berhubungan dengan Islam.

Rohis, masjid, aktivis masjid, sunni, celana cingkrang, jenggot, cadar…dan lainnya, hanyalah alat untuk membangun opini sesat dan penyebaran kebencian terhadap Islam. Astaghfirullah! (isa)