SuaraAceh.com Hadir Mengawal Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh

Suaraaceh

Hidayatullah.com –11 tahun lebih Syari’at Islam diterapkan di Aceh. Namun masih banyak sekali persoalan dan tantangan yang mengiringi prosesi pelaksanaannya. Salah satu tantangan terbesar adalah pihak luar yang dinilai sangat tidak berkenan dengan kehadiran syari’at Islam di Aceh.

Guna mengiringi pelaksanaan syariat Islam, kini, hadir sebuah media Islam online bernama SuaraAceh.com.

“Meski hanya bermodalkan semangat dan tenaga penulis yang masih ‘amatir’, kami bertekad untuk membesarkan media ini agar menjadi corong bagi suara Islam dari Aceh yang selama ini terpinggirkan,”demikian ujar Teuku Zulkhairi, Pimpinan Redaksi SuaraAceh.com dalam rilis yang dikirim ke redaksi hidayatullah.com, Kamis (01/10/2012).

Zulkhairi berharap, media ini nantinya juga bisa beralih pada media cetak, agar pembacanya semakin luas.

“Mimpi kami, kelak media ini menjadi media cetak. Kami yakin suatu saat insya Allah mimpi ini akan terwujud. Kami bermimpi agar media ini bisa menjadi mercusuar syari’at Islam di Aceh yang akan menerangi setiap pojok Bumi Serambi Makkah.”

Menurut Zulkhairi, di antara alasan lain kelahiran media ini adalah tekanan yang dirasakan oleh para aktivis Islam di Aceh melalui media massa. Misalnya, banyaknya media nasional dan asing berusaha mencari celah kesalahan dalam pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh.

“Sedikit ada kesalahan, berbagai media massa umum langsung membesar-besarkannya. Psikologis masyarakat ditekan habis-habisan untuk mengeluarkan mereka dari pandangan akan pentingnya syari’at Islam diterapkan di Aceh,” ujarnya.

Kasus yang sangat dirasakan kaum Muslim Aceh adalah penutupan Ondong-ondong tak berizin di Aceh Singkil, penutupan geraja dan vihara liar di Banda Aceh, kasus bunuh diri seorang remaja Putri di Langsa. Semua itu dirasakan kaum Muslimin Aceh sengaja diarahkan untuk ‘menghilangkan’ keberadaan syari’at Islam di Aceh.

Menurut Zulkhairi, dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM), media massa dan LSM-LSM tidak pernah lelah menyorot pelaksanaan syariat Islam di Aceh.

“Jika menyorot untuk perbaikan agar menjadi lebih baik tidak masalah, realitasnya logika-logika yang dibangun selama ini justru bermuara pada sikap hidup yang hedonis, permisif dan melawan hukum Allah Subhanahu Wata’ala,” ujarnya.

Masyarakat Muslim di Aceh tidak jarang dicitrakan media massa umum sebagai masyarakat yang tidak toleran. Dan syari’at Islam yang diterapkan di Aceh melanggar HAM, menimbulkan kekacauan dan berbagai macam tuduhan lainnya.

Bagi Zulkhairi, meski masyarakat Aceh juga tidak akan pernah tinggal diam, tapi ia yakin bahwa serangan-serangan seperti itu tidak akan pernah berhenti hingga hari kiamat.

Karena itu akhirnya kalangan muda Aceh berkesimpulan diperlukan media massa yang mampu mengawal pelaksanaan syari’at Islam di Aceh dengan bentuk media massa.*