Duh.. Internet Merampas Suamiku.

Oleh: Bahiah Ar-Rasyid

 

Dahulu kami menikah karena cinta, bertahun-tahun hidup dalam kebahagiaan, hingga akhirnya kami pun dikaruniai empat anak. Aku mulai merasakan kehidupan indah ini menjadi rutinitas dalam keluarga. Tetapi, lambat-laun kehidupan indah itu mulai sirna, perasaan cinta dan rindu antara aku dan suami mulai menipis. Suamiku selalu mengisi hari-harinya dengan aktifitasnya, makan sepulang dari kerja, kemudian berbincang sebentar tentang urusan anak-anak, lalu menuju tempat favoritnya, duduk di depan komputer menjelajahi internet, dan akan terus di situ sampai waktu tidur tiba. Setelah itu dia akan langsung tidur dengan alasan lelah atau apa.

Setidaknya, beginilah efek buruk internet, rasa cinta dan kebiasaan bercengkerama mudah hilang. Jika di antara suami istri sudah tidak ada lagi hal-hal yang enak diperbincangkan bersama, atau jika suami sedang ada permasalahan dan tidak ada kesempatan untuk duduk bersama istri, atau dia tidak mempunyai tempat untuk mencurahkan permasalahannya, maka besar kemungkinan dia akan mencari tempat curhat lain melalui perbincangan lewat internet (chating).

Sebuah majalah keluarga pernah mengadakan kuesioner yang melibatkan 500 istri. Tujuannya adalah untuk mendapatkan jawaban dari para istri perihal apa yang dilakukan suami mereka di rumah? Dan bagaimana suami mereka berinteraksi dengan istri dan anaknya?

Kuesioner ini mencakup pertanyaan seputar waktu dan kegiatan yang dilakukan suami di rumah dan apa andil seorang istri dalam hal ini?

Dari hasil kuesioner didapatkan beberapa jawaban, pada waktu setelah makan siang 40% istri mengatakan suami mereka tidur, 20% duduk di depan komputer atau laptop, 10% membaca koran atau buku-buku, 10% melanjutkan pekerjaan mereka, dan hanya 20% yang berbincang-bincang dengan istri mereka di waktu ini.

Adapun tingkah laku suami ketika sedang makan siang, 20% suami berbincang-bincang dengan istri, 15% berbincang-bincang dengan anggota keluarga secara umum, dan 60% tidak berbincang dengan siapapun, mereka lebih asyik makan sambil menonton televisi.

Pada waktu makan malam pun tidak jauh berbeda, 15% suami langsung menuju tempat tidur setelah makan malam, 30% menonton televisi, 25% berkumpul dengan rekan-rekan, dan 25% duduk depan komputer atau laptop menjelajahi internet.

Lama waktu perbincangan antara suami dan istri pun berfariasi, mulai dari seperempat sampai setengah jam.

Adapun sikap para istri dalam menangani masalah ini juga berbeda-beda, 80% dari mereka hanya pasrah dan berusaha beradaptasi dengan kondisi kehidupan yang mereka jalani, 20% istri berusaha mencari solusi dengan bermusyawarah dengan suami, dan 5% istri masih belum mendapatkan solusi dari permasalahan ini.

Sebab Timbulnya Permasalahan

Menurut Prof.Khalifa Mahrazi, ketua Pusat Interpendensi Sosial di Uni Emirat Arab, ada beberapa sebab yang bisa menjadi pemicu timbulnya fenomena seperti ini, di antaranya:

  • Sifat asli dan tabiat manusia. Seseorang jika dia menginginkan sesuatu, dia akan melakukan segala hal yang bisa membuat dia memperoleh suatu tersebut, bahkan sampai hal-hal mustahil yang tidak masuk akal pun. Tetapi, setelah dia memiliki sesuatu tersebut pada akhirnya dia akan bosan dan seakan-akan tidak membutuhkannya lagi, karena dia sudah berulang kali berinteraksi dan sesuatu tadi telah menjadi kebiasaan. Mulailah tabiat manusia menginginkan hal-hal baru dan berfariasi. Dalam dunia internet kriteria ini mudah didapatkan, karena setiap detiknya pasti ada pembaruan. Jika suami sudah bosan dengan internet yang satu, dia akan pindah ke internet macam lainnya.
  • Tidak adanya saling perhatian antara suami istri, terutama pada waktu terjadi konflik di antara mereka. Baik suami atau istri enggan untuk duduk bersama membicarakan masalah mereka dengan baik, sehingga suami cenderung mencurahkan masalahnya lewat internet.
  • Disebabkan adanya beban materi yang banyak, baik karena hutang, tunggakan pembayaran sewa rumah, kredit kendaraan atau kebutuhan anak yang semakin hari semakin banyak. Hal ini bisa menyebabkan suami istri jarang berbicara satu sama lain, mungkin karena sudah putus asa dan beranggapan bahwa masalah yang mereka hadapi dirasa sudah tidak ada solusinya, sehingga mereka enggan duduk bersama supaya pembicaraan tentang masalah-masalah keluarga tidak muncul.
  • Lama duduk di depan internet bisa jadi merupakan hukuman yang diberikan suami kepada istri. Kebanyakan suami ingin melampiaskan kemarahan mereka kepada istri dengan diam, tidak mau bicara, menutup pintu kamar supaya istri tidak bisa menemuinya, atau bahkan tidak mau untuk sekedar senyum dan melihat wajah istri. Terkadang suami juga menolak semua permintaan istri. Perilaku ‘aneh’ ini dilakukan suami dengan maksud untuk mengirimkan pesan kepada istri melalui kelakuan-kelakuan ‘aneh’ suami supaya istri tau bahwa suami sedang marah kepadanya. Sehingga berlama-lama di depan internet pun bisa menjadi salah satu pesan suami kepada istri.
  • Sebagian laki-laki (suami) mempunyai anggapan bahwa duduk bersama istri saling mengungkapkan perasaan dan emosi satu sama lain merupakan satu sikap kewanitaan yang bisa mengurangi kejantanannya sebagai laki-laki. Karena, pada masyarakat tertentu laki-laki itu identik dengan pribadi yang kasar, kaku dan jarang menunjukkan emosi atau perasannya bertolak belakang dengan perempuan. Anda tau kenapa?? Karena laki-laki cenderung tidak suka jika kekurangan dan kelemahannya diketahui oleh orang lain. Berbeda dengan perempuan yang tidak terlalu bermasalah dengan hal itu.

Lalu, Apa Solusinya?

Kepada seorang istri yang cedas hendaknya dia berusaha memahami sang suami dan beradaptasi dengan tingkah lakunya, serta berusaha mengerti kepentingan dan keinginannya. Jika sang suami memang pemula dalam urusan internet, sebaiknya istri mendampinginya dan mengarahkannya tentang mana-mana saja yang bagus untuk dijelajahi di internet. Karena internet bagaikan dua mata pisau, yang mempunyai manfaat besar bagi yang bisa memanfaatkannya dalam kebaikan. Suami pun juga harus memperhatikan dan menambah waktu untuk lebih berdekatan dengan istri serta mencari berbagai jalan komunikasi yang baru antara suami dan istri.

Di sisi lain, seorang istri hendaknya mempunyai seni yang baik dalam bertutur kata kepada suaminya sehingga bisa mengungkapkan perasannya kepada suami dengan baik. Sebaliknya, dia juga harus memberi kesempatan pada suami untuk mengungkapkan perasaannya. Istri juga harus berusaha menjaga penampilan yang menyenangkan dan berfariasi di hadapan suami.

Seorang istri harus mampu memprioritaskan kebutuhan. Dia harus bisa membedakan mana yang paling butuh, mana yang butuh, dan mana yang tidak, sehingga dia bisa menimbang-nimbang permintaanya kepada suami dan tidak membebaninya dengan permintaan-permintaan yang kurang penting. Begitu juga janganlah suami atau istri menyepelekan masalah sekecil apapun.

Beberapa nasihat di atas setidaknya bisa mempersempit pintu kemungkinan terjadinya klise antara suami dan istri. Walaupun bukan solusi inti dalam menyelesaikan permasalahan antara suami dan istri, tetapi nasihat-nasihat di atas bisa menjadi perantara menuju solusi tersebut dengan izin Allah Ta’ala tentunya. Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa membantu menciptakan keharmonisan dan ketenangan dalam kehidupan rumah tangga. Wallahul musta’an…!

(Artikel ini diterjemahkan dari situs www.almeshkat.net oleh team redaksi www.alislamu.com)