Strategi Baru Anti-Teror Pemerintah Ancam Umat Islam Inggris

Teror

Muslim Inggris mengkritik kebijakan baru pemerintah untuk menangkal ektrimisme. Kebijakan yang diumumkan Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May hari Selasa kemarin, dinilai akan memicu sentime anti-Muslim dan stigmatisasi terhadap warga minoritas Muslim di negeri itu.

“Kami dihadapkan pada situasi dimana seorang Muslim akan dianggap ekstrimis jika didefinisikan sedemikian rupa oleh lembaga think-tank neokonservatif. Dengan strategi baru itu, kaum Muslimin akan mengalami tindakan yang sewenang-wenang dan stigmatisasi,” demikian pernyataan Muslim Council of Britain (MCB) yang dipublikasikan di situs resmi mereka.

“MCB menyampaikan keprihatinan pada kajian antiterorisme pemerintah yang terbaru,” tegas wadah organisasi Muslim di Inggris itu.

Strategi menangkal terorisme bertajuk “Prevent” yang dipaparkan Theresa May di hadapan parlemen, menetapkan sejumlah kebijakan yang banyak membatasi gerak komunitas Muslim. Misalnya, pembekuan dana milik organisasi Muslim yang menolak mendukung nilai-nilai demokrasi, melarang para da’i dari luar negeri yang dianggap menyebarkan kebencian, serta menangkal penyebaran pemikiran radikal di universitas-universitas dan di penjara-penjara.

Kebijakan baru itu juga akan memantau ketat penggunaan internet dan menyaring materi-materi yang dianggap bisa mendorong radikalisasi.

MCB menilai strategi terbaru antiterorisme pemerintah banyak yang cacat dan tidak berbeda dengan strategi sebelumnya. Kebijakan itu cenderung mengancam komunitas Muslim dan membentuk opini publik bahwa Muslim antidemokrasi. MCB juga mempertanyakan apa kriteria pemerintah dalam mendefinisikan ‘ekstrimis’.

“Di saat Muslim di Timur Tengah sedang menyuarakan dan menegakkan nilai-nilai hak asasi manusia, demokrasi dan penegakkan hukum, apakah ada alasan bahwa Muslim Inggris berbeda?. Kebijakan baru ini mengirimkan pesan yang sangat negatif dan hanya akan meningkatkan sikap Islamofobia,” tanya Farooq Murad, sekretaris jenderal MCB.

Hal serupa diungkapkan tokoh-tokoh Muslim lainnya. Juru Bicara Muslim Public Affairs Committee Tahir Shah mengatakan, strategi antiterorisme yang tidak mengakui adanya hubungan antara kebijakan luar negeri dengan teror, akan menjadi strategi yang gagal.

Sementara Mohammed Shafiq, Kepala Eksekutif Ramadhan Foundation menilai “Prevent” sebagai eskalasi serangan yang berbahaya terhadap Islam dan Muslim, akan menimbulkan perpecahan dan membuat upaya menangkap ekstrimisme makin sulit. (Fani/erm)