Ketahuilah bahwa hati pada dasarnya selamat dari segala penyakit. Panca indra menyampaikan informasi-informasi kepadanya, lalu informasi-informasi itu direkam dalam memorinya. Maka hendaknya seseorang menutup semua jalan yang dikhawatirkan menimbulkan fitnah-fitnah, karena ketika seseorang sibuk dengan sesuatu darinya, maka ia akan berpaling dari tujuan penciptaannya berupa pengagungan kepada Sang Pencipta dan berpikir tentang kemaslahatan-kemaslahatan. Terkadang pengaruh-pengaruh fitnah menggantung di hati sehingga menyebabkan kehancurannya.
Hibatullah bin Muhammad Al-Hushain Asy-Syaibani bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Hasan bin Ali At-Tamimi bercerita kepada kami, ia berkata, “Ahmad bin Ja’far Al-Qathi’i bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bin Hambal bercerita kepada kami, ia berkata, “Ayahku bercerita kepadaku. Abu Bakar Az-Zaghuni bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Al-Fath Asy-Syasyi bercerita kepada kami.”
Abu Abdirrahman Al-Marwazi bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Abdillah Al-Furawi bercerita kepada kami, mereka berdua mengatakan, “Abdul Ghafir Al-Farisi bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Umrawih bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan bercerita kepada kami, ia berkata, “Muslim bin Hajjaj bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Rafi’ bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdurrazzaq bercerita kepada kami.” Abdul Awal bercerita kepada kami, ia berkata, “Ad-Dawudi bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu A’yan bercerita kepada kami, “la berkata, “Al-Farabwi bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Bukhari bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Al-Alla` bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Al-Mubarak bercerita kepada kami, mereka berdua berkata, “Ma’mar bercerita kepada kami dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Salah seorang nabi berperang, lalu ia berkata kepada kaumnya, “Janganlah ikut kepadaku seseorang yang telah dikuasai oleh farji perempuan, sedang ia ingin berkumpul dengannya namun belum mengumpulinya, seseorang yang membangun rumah-rumah dan belum meninggikan atap-atapnya dan seseorang yang telah membeli kambing atau binatang-binatang betina, sedang ia menunggu anak-anaknya.” (HR. Ahmad)
Ibnu Al-Hushain bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Al-Mudzhib bercerita kepada kami, ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Ayahku bercerita kepadaku, ia berkata, “Yahya bin Said bercerita kepada kami.”
Abdul Awal bercerita kepada kami, ia berkata, “Ad-Dawudi bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu A’yan bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Firabri bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Bukhari bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Nuaim bercerita kepada kami.”
Abu Bakar Az-Zaghuni bercerita kepada kami, ia berkata, “Asy-Syasyi bercerita kepada kami.” Al-Marwazi bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Furawi bercerita kepada kami, mereka berdua berkata, “Abdul Ghafir Al-Farisi bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Umrawih bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibrahim bin Muhammad bercerita kepada kami, ia berkata, “Muslim bin Hajjaj bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Numair bercerita kepada kami, ia berkata, “Ayahku bercerita kepadaku, ia berkata, “Al-Karawi bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Amir Al-Azdi dan Abu Bakar Al-Ghuraji bercerita kepada kami, ia berkata, Al-Jarahi bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Mahbubi bercerita kepada kami, ia berkata, “At-Tirmidzi bercerita kepada kami, ia berkata, “Hanad bercerita kepada kami, ia berkata, “Waki’ bercerita kepada kami, mereka berkata, “Zakariya bin Abi Zaidah bercerita kepada kami, ia berkata, “Amir bercerita kepada kami, ia berkata, “Aku mendengar Nu’man bin Basyir mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya di dalam diri manusia terdapat segumpal darah, jika dia baik, maka seluruh jasad baik dan jika dia rusak, maka seluruh jasad rusak, ingatlah, dia adalah hati.” (HR. Ahmad)
Hibatullah bin Ahmad Al-Hariri bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Ali bin Abi Al-Fath Al-Asyari bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Al-Hasan bin Sam’un bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Ja’far Ash-Shairafi bercerita kepada kami, ia berkata, “Hammad bin Al-Hasan bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Sabiq bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibrahim bin Thahman bercerita kepada kami dari Manshur dari Asy-Sya’bi dari An-Nu’man bin Basyir dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Di dalam diri manusia terdapat segumpal darah, jika dia sehat, maka seluruh tubuh sehat dan jika dia sakit, maka seluruh tubuh sakit, dia adalah hati.” (Hadits ini dan sebelumnya tercatat dalam Ash-Shahihain).
Ibnu Nashir bercerita kepada kami, ia berkata, “Ja’far bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Ali At-Tamimi bercerita kepada kami, ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Ayahku bercerita kepada kami, ia berkata, “Ruh bercerita kepada kami, ia berkata, “Sulaiman bin Al-Mughirah bercerita kepada kami dari Tsabit, ia berkata, “Dikatakan kepada Isa, “Andaikata kamu mengambil keledai yang kamu tunggangi untuk keperluanmu.” Ia berkata, “Aku lebih mulia bagi Allah daripada Dia menjadikan sesuatu untukku yang menyibukkanku dengannya.”
Muhammad bin Abi Manshur bercerita kepada kami, ia berkata, “Ja’far bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Hasan bin Ali At-Tamimi bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Bakar bin Malik bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Ayahku bercerita kepadaku, ia berkata, “Ibnu Ishaq bercerita kepadaku, ia berkata, “Abdullah bercerita kepada kami, ia berkata, “Wuhaib bercerita kepada kami bahwa sesungguhnya Ibnu Umar menjual unta. Lalu seseorang bertanya kepadanya, “Kenapa kamu tidak mempertahankannya?” Ibnu Umar menjawab, “Sesungguhnya dia penurut. Akan tetapi, dia menghilangkan satu cabang dari hatiku. Maka aku tidak suka menyibukkan hatiku dengan sesuatu apa pun.”
Ibnu Nashir bercerita kepada kami, ia berkata, “Ja’far bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Ali bercerita kepada kami, ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Ali bin Muslim bercerita kepadaku, ia berkata, “Sayyar bercerita kepada kami, ia berkata, “Al-Harits bin Nabhan bercerita kepada kami, ia berkata, “Aku datang dari Makkah, lalu aku menghadiahkan sebuah teko kepada Malik bin Dinar sehingga teko ini di rumah Malik bin Dinar. Suatu hari aku datang dan duduk di majelisnya. Selesai dari majelis, ia berkata kepadaku, “Wahai Harits, kemarilah, ambillah teko itu, sesungguhnya dia telah menyibukkan hatiku.” Aku berkata, “Wahai Abu Yahya, “Sesungguhnya aku membelinya untukmu, agar kamu gunakan untuk berwudhu dan meminum.” Ia berkata, “Wahai Harits, sesungguhnya jika aku memasuki masjid, maka setan datang kepadaku dan berkata, “Wahai Malik, “Sesungguhnya tekomu dicuri.” Sungguh dia telah menyibukkan hatiku.”
Ibnu Zhafr bercerita kepada kami, “Ja’far bin Ahmad bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdul Aziz bin Ali bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Jahdham bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Al-Husain Al-Hamidi bercerita kepada kami, ia berkata, “Ayahku bercerita kepada kami, ia berkata, “Aku mendengar Harits bin Asad mengatakan, “Bencana seorang hamba adalah mengosongkan hati dari berpikir tentang akhirat, karena ketika itu muncullah kelalaian dalam hati.”
Al-Mubarak bin Ali bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibnu Al-Allaf bercerita kepada kami, ia berkata, “Abdul Malik bin Bisyran bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Al-Abbas Al-Kindi bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Bakar Al-Khara`ithi bercerita kepada kami, ia berkata, “Ibrahim bin Al-Junaid bercerita kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Al-Husain bercerita kepada kami, ia berkata, “Ishaq bin Muhammad bercerita kepadaku, ia berkata, “Rabiah berkata, “Mereka menyibukkan hati mereka dengan cinta dunia sehingga lalai dari Allah. Andaikata mereka meninggalkannya, maka hati mereka akan berkeliling di alam malakut, kemudian kembali kepada mereka dengan faidah-faidah yang indah.”
Muhammad bin Al-Husain berkata, “Ash-Shalt bin Hakim bercerita kepadaku, ia berkata, “Ibnu As-Sama bercerita kepadaku tentang seorang perempuan yang bertempat tinggal di daerah Badui. Ia mengatakan, “Aku mendengar perempuan ini berkata, “Andaikata hati orang-orang mukmin berpikir tentang baiknya pahala yang dipersiapkan untuk mereka, sementara mereka tidak melihatnya, maka hidup mereka terasa tidak menentu dan mata mereka di dunia terasa tidak tenang.”
Ibnu Nashir bercerita kepada kami, ia berkata, “Ahmad bin Ali bin Khalaf bercerita kepada kami, ia berkata, “Abu Abdirrahman As-Sullami bercerita kepada kami, ia berkata, “Ahmad bin Khadrawih berkata, “Hati merupakan wadah. Ketika dia penuh dengan kebenaran, maka dia menampakkan pertambahan cahayanya pada anggota-anggota tubuh dan ketika penuh dengan kebatilan, maka dia menampakkan pertambahan kegelapannya pada anggota tubuhnya.”
As-Sullami berkata, “Aku mendengar Ibnu Alwan berkata, “Aku mendengar Ali bin Al-Husain berkata, “Abu Turab berkata, “Tidak ada ibadah yang paling bermanfaat daripada memperbaiki lintasan-lintasan hati.”
As-Sullami berkata, “Aku mendengar Abu Al-Hasan bin Muhammad berkata, “Abu Al-Khair At-Tainati mengatakan, “Hati yang terpenjera dengan cinta dunia tidak akan mampu berkelana di alam ruh ghaib.”
Ibrahim bin Adham mengatakan, “Para raja mencari sesuatu dan mendapatkannya, sedangkan kami mencarinya, lalu kami mendapatkannya, pikiranku tidak melewati dari pakaianku ini.”
Abu Muhammad Al-Murta’isy berkata kepadaku, “Tidak ada ibadah yang paling bermanfaat kepadaku daripada mengumpulkan cita-cita.” Ibrahim bin Al-Hasan ditanya tentang keselamatan hati. Ia berkata, “Uzlah (menyendiri), diam, tidak mendengarkan obrolan manusia, tidak berniat melakukan dosa, tidak dengki dan memberikan haknya kepada orang yang menzhaliminya.” Abu Bakar Muhammad bin Umar Al-Anbari berkata saat berpisah dengan kekasihnya,
Aku menitipkan hati kepada Allah sejak aku tersibukkan dengannya
Dan para kekasih yang tidak membawa ketenangan
Pikiranku dan kesedihanku menanggung beban lebih berat
Daripada beban ruh dan tubuhku
Aku tidak kembali jika hatiku kembali Aku menyiksanya dengan kebaikan
Betapa banyak hal yang buruk datang dari yang baik.
Sumber: Dzammul Hawa, Ibnul Jauzi, Pustaka Al Kautsar, h. 71-76.