A. Mudharat Dosa dan Kemaksiatan
Mari, kita kembali membicarakan obat dari penyakit yang jika berkesinambungan akan menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat seorang hamba. Termasuk perkara yang seharusnya diketahui bahwasanya dosa dan kemaksiatan pasti menimbulkan mudharat (kerugian), tidak mungkin tidak. Mudharatnya bagi hati seperti mudharat yang ditimbulkan racun bagi tubuh, yaitu memiliki tingkatan yang beragam. Adakah kehinaan serta penyakit di dunia dan di akhirat yang tidak disebabkan oleh dosa dan maksiat?
Bukankah dosa dan maksiat yang menyebabkan ayah dan ibu kita, Adam AS dan isterinya Hawa, dikeluarkan dari Surga-negeri yang penuh dengan kelezatan, kenikmatan, keindahan, dan kegembiraan menuju tempat yang penuh dengan penderitaan, kesedihan, dan musibah (bumi)?
Bukankah dosa telah mengeluarkan Iblis dari kerajaan langit, sekaligus menjadikannya terusir dan terlaknat? Kondisi lahir dan batinnya pun diubah menjadi lebih buruk. Lahirnya dijadikan sejelek-jelek dan seburuk-buruk rupa, sedangkan batinnya dijadikan lebih jelek dan lebih buruk daripada lahirnya. Kedekatan Iblis (dengan Allah) berubah menjadi jauh; rahmat menjadi laknat; keindahan menjadi kejelekan; Surga menjadi Neraka yang berkobar-kobar; iman menjadi kekufuran; pertolongan menjadi permusuhan; penentangan, gema tasbih, tahlil, clan penyucian menjadi gema kekufuran, kesyirikan, kedustaan, dan kebejatan; serta pakaian keimanan menjadi pakaian kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. Hinalah Iblis di hadapan Allah, dengan serendah-rendahnya, dan jatuhlah posisinya dalam pandangan-Nya. Kemarahan dan kemurkaan Rabb Subhanahu wata’ala menimpanya kemudian membinasakannya. Iblis menjadi pemimpin bagi setiap orang fasik dan pelaku kejahatan. Ia rela terhadap kepemimpinannya itu setelah sebelumnya menjadi ahli ibadah dan hamba yang mulia. Kami berlindung kepada-Mu, ya Allah, dari menyelisihi perintah-Mu dan melanggar larangan-Mu.
Bukankah dosa yang menyebabkan tenggelamnya penduduk bumi, hingga air menutupi puncak-puncak pegunungan?
Bukankah dosa pula yang mengakibatkan Allah SWT mengirimkan angin kepada kaum ‘Ad, hingga menjadikan mayat-mayat mereka bertebaran di permukaan bumi, laksana tunggul-tunggul pohon kurma yang lapuk? Angin tersebut menghancurkan tempat kediaman, tanaman, kebun, dan hewan ternak mereka sehingga menjadi pelajaran bagi ummat-ummat setelahnya, sampai datangnya hari Kiamat?
Bukankah dosa yang menyebabkan terkirimnya suara menggelegar kepada kaum Tsamud, hingga memotong jantung-jantung dalam rongga tubuh mereka, sampai akhirnya semua binasa?
Bukankah dosa yang menyebabkan terangkatnya desa kaum Nabi Luth AS sampai-sampai para Malaikat mendengar lolongan anjing mereka? Kemudian, desa itu dibalik bersama penduduknya, atasnya menjadi bawah, hingga membinasakan semuanya. Belum lagi dengan lemparan batu-batuan dari langit yang menghujani kaum Luth tersebut. Sejumlah hukuman dijatuhkan secara serentak kepada mereka, yang belum pernah dijatuhkan kepada ummat lainnya. Orang-orang yang serupa dengan mereka juga akan mendapat ganjaran yang seperti itu. Sungguh, tidaklah hal ini jauh dari orang-orang yang zhalim.
Bukankah dosa yang menyebabkan terkirimnya awan adzab laksana naungan yang berlapis-lapis kepada kaum Syu’aib, hingga tatkala telah sampai di atas kepala mereka, turunlah hujan api yang menyala-nyala?
Bukankah dosa yang menyebabkan tenggelamnya Fir’aun dan kaumnya dalam lautan? Arwah mereka lalu dipindahkan ke Neraka Jahannam; sehingga jasad-jasad mereka tenggelam, sedangkan roh-roh mereka terbakar.
Bukankah dosa yang menyebabkan terbenamnya Qarun beserta harta, tempat tinggal, dan keluarganya?
Bukankah dosa yang membinasakan generasi-generasi yang datang setelah Nabi Nuh AS yakni dengan berbagai hukuman, hingga menghancurkan mereka sedahsyat-dahsyatnya?
Bukankah dosa yang membuat seluruh kaum Yasin, dari awal hingga akhirnya, binasa oleh suara yang menggelegar?
Bukankah dosa yang menyebabkan diutusnya suatu kaum yang berkekuatan besar kepada Bani Israil? Kaum tersebut merajalela di kampung-kampung, membunuh para laki-laki, memperbudak anak-anak dan para wanita, membakar rumah-rumah, serta merampas harta benda. Kemudian, mereka diutus sekali lagi untuk memusnahkan segala sesuatu, semampu mereka, dan membinasakan apa saja yang mereka kuasai sehancur-hancurnya?
Bukankah dosa yang menyebabkan Bani Israil ditimpa berbagai macam hukuman? Terkadang dengan pembunuhan, perbudakan,
hancurnya negeri, hadirnya para raja yang zhalim, mengubah mereka ,
menjadi kera dan babi, sampai akhirnya Rabb Tabaaraka wa Ta’ala bersumpah:
لَیَبۡعَثَنَّ عَلَیۡهِمۡ إِلَىٰ یَوۡمِ ٱلۡقِیَـٰمَةِ مَن یَسُومُهُمۡ سُوۤءَ ٱلۡعَذَابِۗ
[Surat Al-A’raf: 167]
” … bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orangorang Yahudi) sampai hari Kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka adzab yang seburuk-buruknya …. “(QS. Al-A’raaf: 167)
Imam Ahmad mengabarkan; kami diberitahu al-Walid bin Muslim; kami diberitahu Shafwan bin ‘Amr; aku diberitahu ‘Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya, dia berkata: “Tatkala Cyprus ditaklukkan, penduduknya tercerai-berai dan bertangisan. Ketika itu, aku melihat Abud Darda’ duduk menangis seorang diri. Aku bertanya kepadanya: ‘Hai Abud Darda’, apa yang menyebabkanmu menangis pada hari Allah memuliakan Islam dan pemeluknya ini?’
Beliau menjawab: ‘Celaka kamu, hai Jubair. Betapa hinanya manusia di hadapan Allah saat mereka mengabaikan perintah-Nya. Mereka adalah ummat yang kuat, tangguh, perkasa, serta memiliki kerajaan. Namun, ketika mengabaikan perintah Allah, mereka menjadi seperti yang kau lihat sendiri. “‘
‘Ali bin Ja’d menuturkan; kami diberitahu Syu’bah, dari ‘Amr bin Murrah, dia berkata: “Aku mendengar Abul Bukhturi mengatakan:
“Aku diberitahu oleh salah seorang yang pernah mendengar sabda Nabi Saw bahwasanya beliau bersabda:
لن يهلك الناس حتى يعذروا من أنفسهم
“Manusia tidak akan binasa hingga diri mereka banyak berbuat dosa.”
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, dari Ummu Salamah, ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Jika tampak jelas berbagai kemaksiatan pada ummatku, maka Allah akan menyamaratakan adzab dari sisi-Nya kepada mereka semua.’ Kemudian, aku bertanya: ‘Bukankah ada orang-orang shalih di antara mereka?’ Beliau menjawab: ‘Benar.’ Aku melanjutkan: ‘Apa yang terjadi pada mereka?’ Beliau menjelaskan: ‘Saat itu mereka juga ditimpa bencana seperti halnya yang lain, tetapi mereka akan mendapatkan ampunan dan keridhaan Allah.”‘
Sumber : Ad-Daa’ wad Dawaa’, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 105-109.