Bab Shalat Khauf

Dalam hal ini Allah SWT berfirman, "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat besertamu) dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu raka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga menyandang senjata." (QS. an-Nisaa':102)

Cara Melaksanakan Shalat Khauf
Al-Khattab menegaskan, "Cara shalat khauf itu bermacam-macam yang Nabi saw.  kerjakannya pada hari-hari yang berlainan dan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, yang mana pada kesemuanya itu Beliau tetap berusaha memperhatikan cara mana yang lebih mengandung kehati-hatian dalam shalat dan yang lebih mampu memelihara dari serangan musuh. Cara shalat khauf ini bervariasi, namun makna dan hakikatnya satu. Selesai. (Syarhu Muslim oleh Imam Nawawi VI:126). 

Cara pertama:
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, "Rasulullah saw. pernah shalat khauf satu raka'at dengan salah satu di antara dua kelempok (makmum), sedangkan kelompok kedua menghadap ke arah musuh; kemudian kelompok yang pertama itu menggantikan kedudukan shahabat mereka yang menghadap musuh itu; lalu golongan yang kedua itu datang shalat satu raka'at dengan Nabi, kemudian beliau beri salam, lalu kelompok yang pertama sempurnakan satu raka'at (lagi) dan kelompok yang kedua (juga) sempumakan raka'at (lagi)." (Muttafaqun ‘a1aih Muslim I: 573 no: 839 dan lafadz ini baginya, Fathul Bari 11:429 no:942, Aunul Ma'bud IV: 118 no: 1230, Tarmidzi 11:39 no: .561, dan Nasa'i 111:171). 

Cara kedua:
Dari Sahl bin Abi Hatsmah bahwa Rasulullah saw. shalat dengan para beliau menjadikan mereka dua shaf dibelakang Beliau, lalu Beliau shalat dengan para sahabat yang berdiri hingga pada shaf  pertama satu raka'at, kemudian beliau bangun lalu tetap berdiri hingga para sahabat yang berdiri dibelakang mereka (yaitu shaf kedua) shalat satu raka'at, kemudian para sahabat yang berdiri pada shaf kedua maju (ke shaf pertama), sedangkan para sahabat yang asalnya berada didepan mereka mundur (ke shaf kedua), lalu Beliau shalat dengan mereka (yang berada pada shaf pertama sekarang) satu raka'at (lagi), kemudian beliau duduk (tahiyyat) hingga para sahabat yang masih kurang satu raka'at selesai menambahnya, kemudian Rasulullah mengucapkan salam. (Muttafaqun ‘alaih: Muslim I : 575 no: 841, Fathul Bari V: 422 no: 4131dengan redaksi yang sema'na, Nasa'i III : 170, dan Tarmidzi II: 40 no: 562). 

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bertutur, "Saya pernah hadir bersama Rasulullah saw. mengerjakan shalat khauf. Rasulullah saw. jadikan kami dua shaf di belakangnya, sementara musuh ada di antara kami dengan kiblat, lalu beliau takbir dan kami sekalian juga turut takbir, kemudian beliau ruku' dan kami sekalian juga turut ruku', lalu beliau angkat kepalanya dan ruku' dan kami juga turut bangkit; kemudian beliau tunduk sujud bersama shaf yang pertama, sedangkan shaf yang kedua berdiri menghadap ke arah musuh. Sesudah Nabi dan shaf yang pertama selesai mengerjakan sujud dan telah bangkit berdiri maka shaf yang kedua juga mengerjakan sujud, lalu berdiri; kemudian maju shaf yang kedua menjadi shaf yang pertama dan mundur shaf yang kedua, kemudian Nabi ruku' dan kami sekalian turut ruku', kemudian beliau angkat kepalanya dari ruku', dan kami sekalian juga turut bangkit; kemudian beliau sujud bersama-sama shaf pertama (yang tadinya menjadi shaf yang kedua pada raka'at pertama), sedang shaf yang kedua (sekarang, yang tadinya shaf pertama) berdiri menghadap kearah musuh. Sesudah Rasulullah selesai kerjakan sujud bersama shaf yang (sekarang) jadi shaf yang pertama, maka shaf yang kedua (sekarang) juga turut sujud, kemudian Nabi beri salam, dan kami semua pun turut beri salam." (Shahih Nasa'i no: 1456, Muslim I: 574 no: 840 dan lafadz ini baginya, Nasa'i III:175).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 320 – 323.