Juraij Al-Abid

Pengantar

Kisah Juraij adalah kisah besar yang mengandung pelajaran-pelajaran dan nasihat-nasihat. Juraij adalah seorang ahli ibadah yang shalih di kalangan Bani israil. Dia membuat ibunya kesal karena dia mendatanginya selama tiga hari agar kedua matanya bisa melihatnya dan kedua telinganya bisa menyimak pembicaraannya. Setiap kali datang, dia pulang dengan tangan hampa karena Juraij sibuk dengan shalat dan ibadahnya. Maka ibu Juraij mendoakan kejelekan baginya dan Allah mengabulkan doanya. Ibunya mendoakan agar Juraij tidak mati sebelum melihat wajah wanita pezina. Lalu seorang wanita pezina menuduh Juraij telah melakukan zina dengannya. Dia mengklaim bahwa Juraij adalah ayah dari bocah yang dilahirkanya. Akan tetapi, Allah menyelamatkan Juraij karena keshalihan dan ketakwaannya. Allah membuat bocah yang masih merah bisa berbicara. Dia memberitahu bapak yang ia diciptakan dari airnya. Dengan itu Allah menjawab doa ibunya dan membebaskannya dari tuduhan wanita pezina karena keshalihannya.

Teks Hadis

Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak berbicara dalam buaian kecuali tiga orang: Isa. Dan di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang bernama Juraij. Dia sedang shalat. Lalu ibunya mendatanginya dan memanggilnya. Juraij berkata, ‘Aku menjawabnya atau meneruskan shalat.’ Ibunya berkata, ‘Ya Allah, jangan matikan Juraij sebelum Engkau membuatnya melihat wajah wanita pelacur.’ Pada waktu itu Juraij sedang berada di kuilnya, maka datanglah seorang wanita yang menawarkan diri kepadanya, tetapi juraij menolak. Lalu wanita itu mendatangi seorang pengembala dan melakukan zina dengannya. Wanita itu melahirkan seorang bocah. Wanita itu berkata, ‘Anak ini dari Juraij.’ Orang-orang pun mendatangi Juraij. Mereka menghancurkan kuilnya, mengeluarkannya dan mencacinya. Juraij lalu berwudhu melakukan shalat, kemudian mendatangi anak wanita itu. Juraij bertanya, ‘Wahai bocah, siapa bapakmu?’ Anak itu menjawab, ‘Fulan si penggembala.’ Orang-orang berkata, ‘Kami akan membengun kuilnya dari emas.’ Juraij menjawab, ‘Tidak. Cukup dengan tanah.'”

Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah bahwa dia berkata, “Adalah Juraij sedang beribadah di kuilnya. Ibunya mendatanginya.” Humaid berkata, “Abu Rafi’ menjelaskan kepada kita penjelasan Abu Hurairah tentang penjelasan Rasulullah perihal ibu Juraij manakala memangilnya. Bagaimana ibunya mengangkat telapak tangannya di atas alisnya, kemudian dia mengangkat kepalanya untuk memanggilnya. Ibunya berkata, ‘Wahai Juraij, aku ibumu, kemarilah dan berbicaralah denganku.’ Kebetulan saat itu Juraij sedang shalat. Juraij berkata, ‘Ya Allah, ibuku dan shalatku.’ Lalu Juraij memilih meneruskan shalatnya. Ibunya pun pulang. Kemudian ibunya kembali untuk kedua kalinya dan memangglnya, ‘Wahai Juraij, aku ibumu. Kemarilah dan berbicaralah denganku.’ Juraij berkata, ‘Ya Allah, ibuku dan shalatku.’ Lalu dia memilih shalatnya. Ibunya berdoa, ‘Ya Allah, ini adalah Juraij. Dia adalah anakku. Aku mengajaknya berbicara, tetapi dia menolak. Ya Allah, jangan Engkau matikan dia sebelum Engkau memperlihatkan kepadanya wanita pezina.’ Dia berkata, ‘Seandainya dia berdoa agar Juraij terfitnah, niscaya dia akan terfitnah.’

Ada seorang penggembala kambing yang bermalam di kuil Juraij. Lalu seorang wanita keluar dari desa. Penggembala itu menggaulinya. Wanita itu hamil dan melahirkan bayi laki-laki. Dia ditanya, ‘Apa ini?’ Wanita itu menjawab, ‘Dari penghuni kuil ini.’ Lalu orang-orang berdatangan dengan membawa kapak dan sekopnya. Mereka memanggilnya sementara dia sedang shalat. Maka Juraij tidak menemui mereka.

Mereka mulai merobohkan kuilnya. Manakala Juraij melihat itu, dia turun kepada mereka. Mereka berkata, ‘Tanyakan kepada wanita ini.’ Juraij tersenyum, kemudian mengelus kepala bayi dan bertanya, ‘Siapa bapakmu?’ Bayi itu menjawab, ‘Bapakku adalah penggembala kambing.’ Manakala mereka mendengar jawabanya, mereka berkata, ‘Kuilmu yang telah kami hancurkan akan kami bangun kembali dengan emas dan perak.’ Juraij menjawab, ‘Jangan. Kembalikan seperti semula dengan tanah.’ Kemudian Juraij pun masuk.”

Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak berbicara dalam buaian kecuali tiga:Isa bin Maryam dan bayi Juraij. Juraij adalah seorang ahli ibadah. Dia membangun temnpai ibadah dan tinggal di dalamnya. Ibunya mendatanginya pada saat Juraij shalat. Ibunya memanggilnya, ‘Ya Juraij.’ Juraij berkata, ‘Ya Rabbi, ibuku dan shalatku.’ Lalu dia meneruskan shalatnya. Ibunya lalu pulang. Esok harinya ibunya mendatanginya lagi, sementara Juraij sedang shalat, Ibunya memanggil, ‘Wahai Juraij.’ Juraij berkata, ‘Ya Rabbi, ibuku dan shalatku.’ Lalu Juraij meneruskan shalatnya, maka ibunya pulang. Esok harinya ibunya kembali datang, sementara Juraij juga sedang shalat. Ibunya berkata, ‘Wahai Juraij. Juraij berkata, ‘Ya Rabbi, ibuku dan shalatku.’ Lalu Juraij meneruskan shalatnya. Ibu Juraij berkata, ‘Ya Allah, jangan matikan Juraij sebelum dia melihat wajah wanita pelacur.’

Lalu Bani Israil membicarakan Juraij dan ibadahnya. Di sana terdapat seorang pelacur yang terkenal cantik. Wanita itu berkata, ‘Jika kalian mau, aku akan merayunya.’ Lalu wanita itu menggoda Juraij, tetapi Juraij tidak meliriknya. Wanita itu kemudian mendatangi seorang pengembala yang berteduh di kuil Juraij. Dia berbuat mesum dengannya dan hamil. Ketika wanita itu melahirkan, dia berkata, ‘Anak ini dari Juraij.’ Lalu orang-orang mendatanginya dan menyuruhnya turun, menghancurkan kuilnya dan mulai memukulinya. Juraij bertanya, ‘Ada apa dengan kalian?’ Mereka menjawab, ‘Kamu telah berzina dengan pelacur dan dia melahirkan anak darimu.’ Juraij bertanya, ‘Mana bayi itu?’ Lalu mereka membawanya kepadanya. Juraij berkata, ‘Biarkanlah aku shalat.’ Lalu Juraij shalat. Selesai shalat Juraij menghampiri bayi itu dan menyentuh perutnya seraya bertanya, ‘Wahai bocah, siapa bapakmu?’ Bayi itu menjawab, ‘Fulan si penggembala.’ Lalu orang-orang mendatangi Juraij, mencium dan mengelus-elusnya. Mereka berkata, ‘Kami akan membangun kuilmu dari emas.’ Juraij menjawab, ‘Tidak usah. Bangunlah dengan tanah seperti semula.’ Dan mereka melakukannya.'”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwaytakan oleh Bukhari Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah. Hadis ini dalam Shahih Bukhari ada pada Kitab Ahadisil Anbiya’, bab firman Allah, “Dan sebutlah Maryam dalam Al-Kitab.”(Maryam:16), 6/476, no.3436.

Bukhari meriwayatkan dalam bab tanpa judul (6/511), no.3466.

Bukhari meriwayatkan secara muallaq dalam Kitabul Amal Fis Shalah, bab jika ibu memanggil anaknya di dalam shalat, 3/78, no.1206.

Bukhari meriwayatkannya dalam Kitabul Madzalim, bab siapa yang menghancurkan tembok hendaknya dia membangun sepertinya, 5/126.

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Bir Was Shilah, bab mendahulukan Birul Walidain di atas shalat sunnah, 4/1976, no.2550.

Penjelasan Hadis

Dari keseluruhan riwayat dapat disimpulkan bahwa Juraij adalah salah seorang ahli ibadah yang shalih di kalangan Bani Israil. Awal mulanya dia adalah seorang pedagang, kemudian dia meninggalkan perdagangannya dan cenderung kepada ibadah. Dia membangun kuil untuk beribadah kepada Allah di dalamnya. Dia ber-uzlah dari manusia, dan inilah rahbaniyyah di mana Allah dan Rasulullah melarang kita untuk menjadikannya sebagai cara hidup.

Juraij mempunyai seorang ibu yang shalihah. Di sebagian hari si ibu datang untuk mengunjungi anaknya dan berbincang dengannya. Suatu hari ibunya datang dan memanggilnya. Pada saat itu dia sedang shalat, maka dia lebih mementingkan shalatnya daripada menjawab panggilan ibunya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mempraktikkkan kepada kita perbuatan si ibu ketika memanggil Juraij. Rasullah shallallahu alaihi wa sallam meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya, menirukan perbuatan ibu Juraij yang mendongakkan kepalanya ketika memanggil putranya. Orang-orang akan melakukan seperti halnya ibu Juraij jika orang yang dipanggil berada di tempat yang tinggi. Mereka ingin agar bisa melihat orang yang dipanggil dengan melongok kepada mereka. Mungkin sinar matahari yang menyilaukan menimpa kedua matanya ketika dia mengangkat pandanganya kepada anaknya. Dia meletakkan telapak tangannya di alis matanya untuk menahan sinar matahari dari kedua matanya.

Semestinya Juraij meninggalkan shalatnya dan menjawab panggilan ibunya, karena menjawab panggilan ibu lebih baik daripada shalat sunnah. Dia bisa meringankan shalatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan shalat daripada ibunya, dan sepertinya dia meneruskan kenikmatan di dalam shalatnya hingga tidak meninggalkan shalat karena satu dan lain hal.

Esok harinya ibu tersebut mengulangi pangilannya, begitu pula di hari ketiga. Nasibnya di kali kedua dan ketiga tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. Karena itu ibu Juraij marah, lalu dia mendoakan kejelekan baginya dan Allah mengabulkan doanya. Ibu Juraij berdoa agar Allah tidak mematikannya hingga menjadikanya melihat wajah pelacur. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan kepada kita, seandainya ibu Juraij berdoa agar tertimpa fitnah niscaya dia akan terfitnah. Jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.

Allah telah menyiapkan sebab-sebabnya dengan mengutus seorang pelacur untuk merayu dan menggodanya. Penyebabnya adalah bahwa Bani Israil membicarakan kebaikan dan ibadah Juraij. Maka wanita ini begitu meremehkan Juraij, keshalihan dan ketaqwaannya. Dia mengklaim bahwa jika dia yang merayunya, maka Juraij akan bertekuk lutut dan jatuh seperti yang lain. Wanita ini begitu percaya diri dengan alasan kecantikannya. Hadis diatas menyebutkan bahwa orang-orang menjadikan wanita ini sebagai ikon kecantikan dan kemolekan. Orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur kenistaan mengira bahwa semua manusia adalah seperti yang mereka kenal. Mereka tidak menyangka bahwa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia yang hanya sementara dan tidak abadi, juga bahwa terdapat di kalangan mereka orang-orang dengan iman dan taqwa serta agama yang menjaga mereka sehingga tidak terjerumus ke dalam kenistaan dan perbuatan keji. Di antara mereka adalah Nabiyullah Yusuf yang menjadi teladan di bidang ini dan Al-Quran telah menyampaikan kisahnya. Lalu ada Juraij, si ahli ibadah yang digoda oleh wanita pelacur tetapi dia tidak menolehnya, tidak tergoda dan terus khusyu’ dalam ibadah dan shalatnya, seolah-olah dia tidak melihat dan menyaksikannya.

Orang yang mengetahui tabiat manusia akan mengetahui sejauh mana kesedihan dan kemarahan yang ada di hati wanita nista akibat penolakan seperti ini. Dengan penolakan ini, maka dia kalah perang. Hal ini karena dia telah berjanji kepada orang-orang yang membicarakan kebaikan Juraij agar ia memfitnahnya dan menjerumuskannya ke dalam pelukannya. Sekarang, dia pulang dengan hasil yang nihil. Keinginannya gagal dan impiannya kandas.

Dia benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Oleh karena itu, dia membuat makar besar terhadap Juraij. Wanita ini melihat seorang penggembala yang menginap di kuil Juraij. Dia menginap bersamanya dan berbuat mesum dengannya. Hasilnya, dia hamil di malam itu. Manakala dia melahirkan bayinya, dia mengatakan bahwa dia adalah hasil perbuatan Juraij ahli ibadah. Juraijlah pelaku perbuatan buruk ini. Ini berarti Juraij beribadah secara dusta, kebaikannya hanyalah sekedar pemanis palsu.

Betapa sedih dan marahnya orang-orang manakala mereka meletakkan kepercayaan kepada orang-orang yang menampakkan kebaikan, ketaqwaan dan keteguhan beragama, kemudian ternyata mereka buruk. Orang-orang yang mereka percayai hanya serigala berbulu domba atau musang berbulu ayam untuk menipu orang-orang bodoh. Maka, mereka pun berbalik melawan ketika kesempatan tersebut tersedia, sebagaimnana orang-orang memperlakukan rahib yang diceritakan oleh Salman ketika dia mengambil dan menimbun harta sedekah mereka. Mereka menyalibnya setelah dia mati dan menolak menguburkannya.

Penduduk desa mendatangi Juraij dengan kemarahan yang memuncak di hati dan pembuluh darah mereka. Mereka meminta Juraij turun dan meninggalkan ibadah dusta yang ditampakkannya. Tetapi Juraij tidak menghiraukan panggilan mereka karena dia terus larut dalam ibadah dan shalatanya. Pada saat itu kapak-kapak dan sekop mereka bekerja menghancurkan kuil Juraij. Melihat itu Juraij pun turun untuk menemui mereka. Akibatnya, mereka meneriaki dan memukulinya. Ketika Juraij bertanya tentang alasan kemarahannya, mereka mengatakan perbuatan Juraij. Mereka meminta agar Juraij bertanya kepada wanita yang telah mengakui apa yang dia akui itu.

Juraij tersenyum mendengar ucapan mereka. Dia benar dalam ibadahnya, jujur dalam istiqamahnya. Dia yakin tidak melakukan seperti tuduhan mereka. Tuduhan wanita hina itu hanyalah dusta yang terbuka. Juraij meminta kepada oranng-orang yang marah agar memberinya waktu untuk berwudhu dan shalat. Selesai shalat dia mendatangi bocah yang baru dilahirkan beberapa jam atau beberapa hari. Juraij menyentuh perutnya sambil bertanya, sementara orang-orang terdiam, “Siapa bapakmu?”

Sebuah ayat Allah yang menunjukkan kepada-Nya dan kepada besarnya kodrat-Nya, bayi itu berbicara dengan suara yang terdengar, ucapan yang jelas dan dipahami. Bayi itu menjawab, “Bapakku adalah fulan penggembala kambing.” Orang-orang menyadari besarnya kejahatan mereka terhadap seorang hamba shalih. Mereka mengetahui bahwa Juraij tidak termasuk dalam deretan orang-orang yang mereka duga. Juraij bukan penjilat dan bukan penipu, dia benar dalam ibadah dan keshalihannya, dan bahwa wanita inilah yang telah berdusta dengan menuduh Juraij. Mereka menyadari bahwa mereka telah terburu-buru mempercayai tuduhan itu, sebagaimana mereka telah gegabah memukuli Juraij dan merobohkan kuilnya. Orang-orang yang bertindak terburu-buru itu mencoba menghapus kesalahan mereka pada Juraij. Mereka menawarkan kepadanya untuk membangun tempat ibadahnya dari emas atau perak, tetapi Juraij menolaknya. Dia ngotot supaya tempat ibadahnya dikembalikan dengan tanah seperti sedia kala. Mereka melakukan. Begitu selesai Juraij masuk kembali untuk beribadah kepada Tuhannya.

Allah telah menjawab doa ibu Juraij pada Juraij. Dia mewujudkan keinginannya, akan tetapi Dia menyelamatkannya dengan keshalihan dan ketaqwaannya. Terdapat dua pelajaran yang berharga pada dikabulkannya doa ibi Juraij dan selamatnya Juraij.

Pelajaran-Pelajaran Dan Faedah-Faedah Hadis

1.Keterangan tentang akibat durhaka kepada kedua orang tua, tidak berbuat baik kepada keduanya dan memenuhi perintah keduanya. Hal itu bisa menjadi sebab musibah yang menimpa seseorang sebagaimana terjadi pada Juraij ahli ibadah.

2.Allah menyelamatkan hamba karena keshalihan dan ketaqwaannya, sebagaimana Dia menyelamatkan Juraij dan membebaskannya dari tuduhna yang dialamatkan kepadanya.

3.Kemampuan Allah membuat seseorang berbicara di mana orang sepertinya belum berbicara, sebagaimana Allah membuat bayi itu berbicara untuk membebaskan Juraij.

4.Pada kaum Isa terdapat orang-orang shalih yang terpilih. Juraij adalah pengikut Isa. Dan pencipta rahbaniyyah adalah orang-orang Nasrani.

5.Jika salah satu dari bapak ibu memanggil untuk kepentingan yang dibolehkan secara syara’, maka seseorang yang sedang shalat sunnah harus meninggalkan shalatnya. Hadis di atas menunjukkan bahwa Juraij bersalah kepada Allah karena tidak menjawab panggilan ibunya.

6.Akibat dari ujian adalah kebaikan, jika seorang hamba bersabar dan bertaqwa kepada Allah. Setelah Juraij tertimpa ujian, ia bertindak lebih baik di mata manusia dan di mata Tuhan manusia, daripada sebelumnya.

7. Seorang hamba shalih bisa memiliki keteguhan, keyakinan dan kepercayaan diri kepada Allah. Dengan itu dia mampu menghadapi persoalan-persoalan besar dengan keberaniam dan ketangguhan sebagaimana yang dilakukan Juraij.

8.Hadis ini menetapkan karamah para wali.

9.Wudhu telah disyariatkan pada umat sebelum kita. Juraij shalat setelah berwudhu lalu menyentuh perut bayi.

10. Orang-orang shalih akan berlindung kepada shalat jika mereka menghadapi musibah dan cobaan.

11.Para pengikut kenistaan berusaha membuat buram muka orang-orang shalih, sebagaimana wanita pelacur tersebut melakukannya kepada Juraij.

12.Tidak boleh tergesa-gesa mempercayai tuduhan tanpa bukti dan dalil, seperti yang dilakukan oleh penduduk desa manakala mereka mempercayai tuduhan pelacur itu kepada Juraij. Semestinya mereka mengecek kebenaran ucapan pelacur itu sebelum menyerang Juraij, mencaci dan memukulnya.

Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 307-315.